Tonton Film “Perempuan Kopi”, Kelas Berbagi Sumbang Penyortir

Gambar: Rosmiati yang sedang menggendong anaknya yang lumpuh akibat kelainan tularng lering, Anggi Ridho, saat menerima bantuan dari Edi Santosa, salah seorang sutradara film tersebut. (Foto: Fajri)
Gambar: Rosmiati salah seorang penyortir kopi, yang sedang menggendong anaknya yang lumpuh akibat kelainan tulang luring, Anggi Ridho, saat menerima bantuan dari Kelas Berbagi Banda Aceh, yang diserahkan Edi Santosa, salah seorang sutradara film tersebut. (Foto: Fajri)

Takengen|Lintas Gayo – Kelas Berbagi, sebuah komunitas yang orang-orangnya merupakan eks folentir, lingkungan yang bergerak dibidang kesehatan, keterampilan, menyumbang dana kepada Ibu Rosmiati, seorang penyortir kopi disalah satu perusahaan eksportir di Takengon.

Salah seorang pendiri komunitas, Syafri Al Hayat mengatakan, ide pemberian dana dilakukan setelah pihaknya menyaksikan film “Perempuan Kopi” yang digarap sutradara Iwan Bahagia SP dan Edi Santosa yang digelar Aceh Documentary Competition (ADC) 2013, beberapa waktu lalu di Banda Aceh.

“Panitia ADC adalah teman-teman kita, dan saat menyaksikan itu, seorang teman saya yang juga pengusaha kopi mengatakan kepada saya, bahwa kehidupan para perempuan penyortir kopi di Takengon ternyata kontras dengan nama besar kopi Gayo,” ujarnya.

Awalnya kata Al Hayat, pihaknya mengira film ini hanya bercerita tentang buruh penyortir perempuan , tetapi setelah menonton film dokumenter itu, barulah kelihatan bagaimana kontradiksi kehidupan penyortir dan pengusaha.

“Kopi Gayo itu kan salah satu kopi Aceh yang terbaik di dunia, kok para penyortirnya ternyata miris ya?,” ungkap Al Hayat.

Pihaknya berharap, apa yang diberikan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Ibu Rosmiati, “kita terus berbagi dengan sesama, kami juga berharap yang kita berikan, bukan hanya sekedar untuk kebutuhan ekonomi, tapi dapat dijadikan modal usaha,” imbuh Al Hayat.

Bantuan sendiri telah diberikan melalui sutradara film “Perempuan Kopi” Iwan Bahagia dan Edi Santosa, yang kemudian telah diserahkan kepada keluarga Rosmiati, Sabtu (12/10/2013).

Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah ini sebelumnya menjelaskan, Kelas Berbagi sempat mengalami kevakuman selama beberapa tahun, setelah menjalani sejumlah projet. Selanjutnya komunitas yang digawangi oleh para remaja Aceh ini muncul kembali, untuk memicu semangat teman-temannya yang lain agar tetap belajar berbagi.

Gambar: sutradara film "Perempuan Kopi" Iwan Bahagia didampingi Edi Santosa menyerahkan sembako, bantuan tersebut berasal dari sebagian hasil penjulan tiket pemutaran antologi film finalis ADC 2013 beberapa waktu lalu di GOS Takengon.
Gambar: sutradara film “Perempuan Kopi” Iwan Bahagia didampingi Edi Santosa menyerahkan sembako kepada Rosmiati, bantuan tersebut berasal dari sebagian hasil penjulan tiket pemutaran antologi film finalis ADC 2013 beberapa waktu lalu di GOS Takengon.

Rosmiati sendiri merupakan salah seorang penyortir yang menjadi objek pada film “Perempuan Kopi”, film ini digarap oleh sutradara muda asal tanoh gayo, dan menjadi film terbaik pada ADC Awards 2013 baru-baru ini.

Kisah Rosmiati merupakan kisah yang mengangkat mirisnya kehidupan para penyortir kopi di daratan tinggi ini, ekonominya yang tergolong lemah, menjadikan ia harus menekani pekerjaan tersebut setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 Wib.

Rosmiati memiliki tiga orang anak laki-laki, salah seorang anaknya bernama Anggi Ridho berusia tiga tahun, mengalami kelumpuhan pada seluruh tubuhnya.

Setiap bekerja, Rosmiati yang memiliki seorang suami pekerja serabutan ini membawa anaknya kelokasi penyortiran, disalah satu perusahaan kopi di Mongal, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah.

Kini penderitaan Rosmiati bertambah, karena harus tinggal di rumah berdinding seng dan triplek yang mereka sewa, karena rumahnya sewaan sebelumnya hancur diguncang gempa 2 Juli lalu. (Tenemata)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.