Tagore Menabuh Genderang Perang Dengan Bank Aceh

budi luhur

Ketika menjabat sebagai Bupati Bener Meriah, dia berseberangan dengan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Publik mengetahui dua tokoh Aceh ini berseberangan. Gesekan panjang itu hingga berahir masa jabatan. Kemudian mereka berjabat tangan.

Saat akan dilaksanakan pemilihan legeslatif, muncul insiden antara mantan pimpinan PETA Aceh ini dengan PA. Aceh Tengah dan Bener Meriah mencekam. Ada aksi pembakaran, perusakan terjadi. Masa dua kekuatan ini menunjukan powernya. Saling berbalas serangan.

Inilah Tagore, tokoh kontraversial yang kerap menjadi buah bibir. Kini tokoh Golkar yang kemudian menyeberang ke PDIP ini, duduk di DPR RI. Sebagai anggota parlemen Tagore tetap dengan perjuanganya, ingin melahiran provinsi ALA di Aceh.

Bahkan dia dengan tegas mengatakan pada Agustus 2016 ini provinsi baru di Aceh akan lahir. Namun pernyataan Tagore ini terbantahkan dengan statemen Presiden Jokowi, saat datang ke Bener Meriah. Presiden ketika ditanya wartawan soal pemekaran menyebutkan, untuk saat sekarang ini tidak ada pemekaran.

Tidak hanya sampai di situ, kini Tagore kembali membuat gerakan. Dia melarang Bank Aceh yang akan membangun kantor di Aceh Tengah. Tanah lokasi pembangunan Bank Aceh ini yang dipermasalahkan. Tagore menyebutnya tanah tersebut anak yatim yang lebih berhak menikmatinya, bukan untuk kantor Bank Aceh.

Dalam bulan April 2016 pembicaraan tentang Bank Aceh, Tagore dan Bupati Aceh Tengah menjadi topik yang hangat. Pihak rekanan yang kini sedang mulai mengerjakan pembangunan Kantor Bank Aceh dibuat bingung. Di lokasi Panti Asuhan Budi Luhur, Kemili, Kecamatan Bebesen Aceh Tengah, saat pihak rekanan sedang membangun, ada pelarangan dari pihak lain.

Bank Aceh resmi membeli tanah Budi Luhur dari Pemda Aceh Tengah. Nasaruddin Bupati Aceh Tengah menanda tangani berita acara penjualan tanah tersebut. Kelengkapan administrasi berupa persetujuan DPRK Aceh Tengah dan surat lain yang legal, telah menyatakan bahwa tanah tersebut milik Bank Aceh.

Panti Asuhan Budi Luhur dijual Pemda Aceh Tengah pada ahir tahun 2009, senilai Rp 8 milyar. Luasnya mencapai 4.7355,5 M2. Tidak seluruhnya tanah panti itu yang dijual, hanya bagian depan yang berhadapan langsung dengan jalan negara, Takengen- Bireun.

Aksi protes tentang penjualan tanah tersebut bermunculan. Tanah yang sejak awal pendirianya saat Indonesia baru saja memerdekakan diri, diperuntukan untuk kegiatan sosial membantu anak yatim. Namun aksi protes tersebut tidak membuahkan hasil, karena pihak Bank Aceh membelinya secara resmi pada Pemda Aceh Tengah. Tanah untuk anak yatim itu berpindah tuan.

Setelah tujuh tahun dijual, kini muncul kembali aksi penolakan. Giliran Tagore yang menghalangi pembangunan kantor Bank Aceh ini. “Anak yatim lebih berhak untuk menikmati tanah tersebut, karena sejak awal pendirianya diperuntukan untuk anak yatim,” sebut Tagore.

Anggota DPR RI ini akan menyurati Gubernur Aceh dan akan memperjuangkan tanah tersebut dikembalikan kepada peruntukan awal untuk anak yatim. Sikap Tagore ini kembali menjadi pembicaraan.

Mengapa Tagore baru muncul sekarang? Apakah ada muatan politik menjelang dilangsungkanya Pilkada. Padahal jauh-jauh hari Tagore sudah mengetahui proses penjualan tanah tersebut. Apa kepentingan Tagore di sini? Pertanyaan itu bermunculan di kalangan masyarakat Aceh Tengah, bahkan menjadi pembahasan hangat di warung kopi.

“Tidak ada urusan dengan politik, ini murni perjuangan hati nurani. Tanah anak yatim jangan dimanfaatkan pihak lain, tetapi kembalikanlah kepada anak yatim. Saya punya kepentingan di sini, yakni membela anak yatim,” sebut Tagore ketika Waspada meminta tanggapanya.

Mengapa sekarang baru muncul? “Saya sudah melihat dokumen tentang penjualan itu yang disebutkan sah menurut hukum. Sekarang setelah saya pelajari, ternyata dokumen itu punya celah, seharusnya yang menjualnya gubernur, bukan bupati. Setelah saya dapatkan celah itu, makanya sekarang saya muncul,” kata Tagore.

Walaupun aksi protes itu bermunculan, pihak Bank Aceh yang sudah menyakini memiliki dokumen resmi dan sah, tetap akan melanjutkan pembangunan kantor. Tagore adalah tokoh fenomenal dan kontraversial, sering berbenturan, terutama ketika menarik garis demi merah putih. Kini Tagore sudah menabuh genderang perang, saat Bank Aceh akan membangun kantornya di Aceh Tengah. (Bahtiar Gayo/Harian Waspada Sabtu, 23/4/2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.