Wartawan Dan Tukang Fitnah !

Wartawan Dan Tukang Fitnah !

Jangan karena kita ada yang korban. Jangan karena kita menyebarkan informasi yang belum tentu kebenaranya, ummat gelisah dan menjadi bahan pergunjingan. Jangan karena informasi yang belum diteliti kebenaranya, dosa kita bertambah.

Adanya pemberitaan yang tidak tepat, atau memang  beritanya benar , itu kembai kepada seseorang yang diberitakan. Apakah seseorang menerima isi pemberitaan itu atau tidak, tergantung kepada yang bersangkutan. Kalau tidak terima, dia bisa mengajukan hak bantah, atau menempuh jalur hukum.

Kalau ada yang berkomentar, atau menangapi sesuatu dari berita, itu hak seseorang untuk menanggapinya. Mungkin seseorang yang menangapi sebuah pemberitaan dia sudah punya data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan, makanya dia kembali berkomentar di media.

Kembali kepada seseorang yang menjadi persoalan dalam berita itu. Apakah dia terima atau tidak. Bila dia tidak tidak menerimanya, dia  bisa mengajukan hak bantah  atau menempuh jalur hukum, semuanya ada kekentuan dan aturanya.

Kalau saya pribadi, saya tidak akan berkomentar sebelum tahu persis apa persoalanya. Itu kalau soal komentar. Kalau soal pemberitaan, saya tidak akan menulis berita, kalau tidak punya sumber yang berkompeten. Saya akan menguji  kebenaran dari sebuah berita itu yang didukung data. Saya juga punya kewajiban untuk melakukan konfirmasi, agar beritanya tidak memihak dan menghakimi.

Setelah dikonfirmasi dan chek and richek, namun ada yang salah dalam pemberitaan itu, maka wartawan yang menulisnya harus minta maaf, mengakui kekeliruanya.Namun bila wartawan merasa yang dituliskan benar dan fakta, silakan saja pihak  yang merasa dirugikan menempuh upaya hukum.

Saya tidak akan membuat berita hanya karena katanya, namun tidak didukung fakta, atau tidak melakukan konfirmasi kepada pihak yang ditulis dalam pemberitaan itu. Wartawan bukan hakim, atau polisi dan jaksa yang berhak menyatakan seseorang bersalah, seseorang menjadi tersangka atau terdakwa.

Wartawan hanya mengangkat fakta dan berimbang. Semua pihak mendapatkan porsi untuk diberitakan. Saya tidak mau menambah dosa dengan memberitakan sebuah berita yang belum tentu benar, kemudian ada yang korban karena pemberitaan itu.

Mempertanggungjawabkan berat, dosa yang ada saja semoga diampuni Allah, jangan tambah lagi dengan dosa dalam menebarkan fitnah.  Tidak mudah menjadi wartawan. Niatkan dalam menulis berita sebagai ibadah kepada Allah.  Kalau ada yang tersingung, atau tidak suka, setelah kita berpedoman pada kaidah jurnalistik, itu resiko dari sebuah pekerjaan. Allah maha tahu.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
(Al-Hujurat 6)

“(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.”
(An-Nur 15)

** Tulisan di FB Bahtiar Gayo/ Wartawan Waspada, Senin (21/8/2017)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.