
Redelong| Lintasgayo.com – Meski telah memasuki masa pensiun dari profesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Sutarmi tak lantas berdiam diri. Ia justru membuka lembaran baru dalam pengabdian, kini sebagai anggota DPR Aceh. Tak hanya aktif menyuarakan aspirasi rakyat, ia juga dikenal luas karena kepeduliannya lewat gerakan sosial Sedekah Seribu Sehari (S3), dukungan nyata kepada caleg perempuan di daerahnya, serta menyediakan rumah singgah untuk kepentingan warga dari dapilnya.
Pensiun tak berarti berhenti mengabdi. Itulah prinsip hidup Sutarmi, perempuan tangguh yang kini duduk sebagai anggota DPR Aceh priode 2024-2029 setelah puluhan tahun mengabdi sebagai PNS di Kantor Camat Bandar. Karier panjang di pemerintahan telah membentuknya menjadi sosok yang peka terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya kaum perempuan dan masyarakat kecil.
“Saya merasa belum selesai berbuat untuk orang banyak,” ujar Ibu dari 3 anak ini ketika ditemui di rumah sederhananya di Kampung Puja Mulia, kecamatan Bandar.
Salah satu kegiatan sosial yang digelutinya sampai sekarang adalah Komunitas S3 (Sedekah Seribu Sehari). Sebuah gerakan sederhana namun berdampak besar. Dari koin-koin yang terkumpul setiap hari, komunitas ini bisa membantu warga yang sakit, anak putus sekolah dan Lansia miskin.
“Kalau menunggu besar, kita sering tidak jadi. Tapi kalau seribu sehari, semua orang bisa ikut. Dan itu luar biasa hasilnya,” kata Sutarmi yang merupakan Isteri politisi senior di Bener Meriah ini sambil tersenyum.
Tidak hanya itu, Perempuan kelahiran 7 Mei 1965 ini juga aktif mendorong keterlibatan perempuan dalam politik. Ia sadar bahwa panggung politik masih sangat maskulin dan belum ramah bagi banyak perempuan. Oleh karena itu, saat pemilu kemarin usai, ia memenuhi janjinya memberikan hadiah berupa sepeda motor operasional kepada sembilan calon legislatif perempuan yang serius ingin terjun ke dunia politik.
“Biar perempuan tidak cuma jadi pelengkap di daftar caleg. Kita bantu yang memang punya komitmen,” ucapnya saat menyerahkan secara simbolis sepeda motor kepada para caleg Perempuan yang dia bina.
Sebelum resmi dilantik sebagai anggota DPR Aceh, Sutarmi sudah menunjukkan kepeduliannya yang nyata kepada masyarakat. Ia menyewa sebuah rumah singgah yang cukup mewah di Jl. Dr. Syarif Thaif No. 26-A, Kampung Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh. Rumah ini diperuntukkan bagi warga Aceh Tengah dan Bener Meriah yang sedang berada di Banda Aceh—baik untuk menjenguk anak yang sedang menempuh kuliah, maupun membesuk keluarga yang tengah dirawat di rumah sakit.
Lokasinya pun sangat strategis, tepat di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin, rumah sakit rujukan terbesar di Aceh. Dengan inisiatif ini, Sutarmi berharap rumah singgah tersebut bisa menjadi tempat bernaung sementara yang nyaman dan layak, khususnya bagi masyarakat dari dataran tinggi Gayo yang datang dengan berbagai keperluan mendesak.
Dalam kiprahnya, Perempuan yang lahir di Janarata ini tidak sendiri, ia dan suaminya, Sarhamija, SE., turun meyerap aspirasi ke dapilnya. Ia dan suaminya kerap memberikan lembu pada hari besar memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW kepada desa-desa binaannya, sebagai komitmen dan bentuk sedekah untuk dibagikan kepada masyarakat. Mereka ingin berbagi rezeki dan menunjukkan bahwa kepedulian sosial adalah bagian penting dari kehidupan mereka.
Masyarakat mengenal Sutarmi bukan karena jabatannya, tapi karena konsistensinya hadir dalam kehidupan warga. Dari kegiatan gotong royong, pengajian, hingga turun langsung membantu warga terdampak bencana, kehadirannya selalu terasa.
“Bu Sutarmi itu beda. Dia tidak hanya janji waktu kampanye, tapi memang dari dulu selalu dekat dengan kami,” kata Saliyem, salah satu warga di kampung tempat Sutarmi tinggal.
Di tengah wajah politik yang sering kali dipenuhi kepentingan pribadi, kehadiran sosok seperti Sutarmi menjadi teladan. Di balik wajah sederhana, tersembunyi semangat pengabdian yang besar. Ia membuktikan bahwa jabatan hanyalah sarana, bukan tujuan. Pengabdian dan keberpihakan pada rakyatlah yang membuat seorang pemimpin dikenang. Ia bukan sekadar mantan PNS yang kini duduk di kursi dewan, tapi seorang ibu, pemimpin, dan pelayan masyarakat sejati.
“Saya hanya ingin bermanfaat. Biar kecil, tapi nyata, Pengabdian tidak harus menunggu punya jabatan. Dan ketika diberi amanah, kita harus gunakan untuk seluas-luasnya kebaikan,” tutup alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala ini dengan senyum teduh. (Ihfa)