Bahagia, derita dan uraian air mata senantiasa mengiringi perjalanan cinta manusia. Tuhan memberikan romantika hidup, untuk menguji ketangguhan ciptaanya. Ada air mata dalam pusaran cinta, sudah menjadi ukiran dunia. Cinta memang harus ada bahagia dan air mata.
Darwati A Gani, sebagai istri orang nomor satu di Aceh, juga mengalami romantika dalam persoalan hati. Diantara balutan bahagia yang pernah dirasakanya, pahit dan asamnya hidup bersama sang suami, juga menghadirkan air mata.
Ahir ahir ini, sudah terlalu banyak air mata yang dicurahkan Darwati. Air hangat yang mengalir dari pelupuk indra penglihatanya, bagaikan sudah mengering.
“Sering kecewa, sering sedih, sering menangis. Tetapi saya tidak menampakanya kepada manusia. Saya curhat sama Allah. Dalam shalat, dalam doa. Tidak tau lagi sudah berapa banyak air mata yang keluar, mungkin sudah kering” sebut Darwati A Gani.
Bila perasaan dalam hatinya sudah terasa sesak, tidak mampu menahan lagi, Darwati ahirnya melepaskan sesak di dadanya dengan curhat ke keluarga atau sahabat terdekat yang bisa diyakininya sebagai tempat menyimpan rahasia.
Sebagai manusia, sebagai wanitia, Darwati juga memiliki segumpal hati. Dia juga bisa marah, kecewa, sedih, bahagia, sama seperti manusia lainya. Teman hidupnya dalam suka dan duka yang sudah cukup lama diarungi bersama, juga mengores luka di relung hatinya.
Irwandi Yusuf telah membuat Darwati berurai air mata. Darwati mengakui banyak yang menanyakan kepadanya, apakah dia tidak marah? Ibu kenapa diam, setelah bapak mengecewakan ibu sedemikian rupa?
Sebagai manusia Darwati mengakui marah juga. Dia marah melepaskan sesak di dadanya. Dia melampiaskan marahnya dihadapan manusia yang telah mengukir kisah cinta bersamanya. Dia marah di depan ayah dari anak anaknya. Bila marah itu tidak mampu dielakan, Darwati juga ada kalanya melampiaskan “unek unek” di relung hatinya kepada keluarga dan sahabat terdekat.
Namun bagi Darwati, curhat yang paling sering dilakukanya sambil berurai air mata, adalah mengadu kepada sang pencipta. Dia bermunajat kepada Allah dalam setiap sujud dan bait doanya. Ada kalanya juga dia curhat kepada sahabat atau keluarga terdekat.
Pengakuan yang jujur dari seorang Darwati yang menjadi “pakaian” Irwandi Yusuf. Lihatlah bagaimana Darwati menuangkan perasaanya sebagai wanita, ketika dia mengoreskan kata di laman Facebooks miliknya, 3 Juli 2019, pukul 17.30 WIB. Kekecewaannya kepada sang suami dalam persoalan hati, tidak mau diumbarnya di dunia maya.
Sebagai seorang istri, sebagai pakaianya Irwandi Yusuf, dia menyimpan beragam persoalan hidupnya dan membawanya ke dalam jiwa. Tidak etis dan layak, seorang istri sebagai pakaian sang suami “membuka aib” untuk diketahui publik. Karena manusia, siapapun dia pasti ada kesalahan dan kealpaan.
Di Gayo ada sebuah falsafah yang sering diamanatkan kepada pasangan hidup. “Gelah pane munason resie, gelah mutape ikot munamat punce. Tason wan dede, gere siuke sempak ku heme – Pandailah menyimpan rahasia, kuatkan ikatanya, bawa ke dalam dada tidak harus manusia mengetahuinya”.
Ketika ada persoalan yang memang harus disimpan, tidak untuk disampaikan ke orang lain, peganglah dengan teguh. Bawalah sampai mati, hanya kita yang mengetahuinya bersama sang maha pencipta, serta malaikatnya.
Prinsip hidup itu harus dipegang dan Darwati A Gani sudah melakukanya, tidak mengumbar di dunia maya. Kesabaran dan ketabahan Darwati A Gani sedang diuji Tuhan. Ketabahan yang sudah pernah dipersembahkanya kepada suami, saat pahit dan manisnya hidup ini, kini kembali diperlihatkanya.
Perjalanan panjang hidupnya dengan Irwandi Yusuf, sudah menjadi catatan sejarah. Bagi Darwati A Gani, sosok Irwandi Yusuf adalah pahlawan, bukan hanya untuk dirinya dan keluarga, namun untuk rakyat Aceh.
Lihatlah akun Facebooks Darwati, 26 Maret 2019 silam. Selian terlihat mesra dengan Irwandi Yusuf, Darwati juga menukilkan semangatnya dalam menghadapi tantangan hidup.
“Mereka boleh menuntut hukuman berapa saja, nanti memvonis berapa saja… Tetap semangat Pak, bagi kami dirimu tetap tidak bersalah. Dirimu sudah terukir dalam jiwa kami sebagai pahlawan bagi masyarakat miskin dan anak yatim Aceh,” demikian Darwati mengungkap isi hatinya.
Selain membanggakan sang suami sebagai pahlawan untuk rakyat Aceh, Darwati juga menanamkan semangat dalam jiwa anak anaknya dalam menghadapi kenyataan hidup.
Darwati berkeinginan, disisa umurnya, usia yang sudah mulai senja, semoga ada manfaatnya bagi orang lain dan diberkahi Allah SWT. Keinginan yang indah bila mampu diwujudkan. Pengakuan Darwati dalam laman dinding dunia maya miliknya, kiranya menjadi iktibar untuk manusia.
Perjalanan hidup seseorang sudah ditakdirkan Tuhan. Tidak ada manusia yang mampu menghalangi, apa yang sudah digariskan Tuhan. Darwati A Gani sudah mengukir sejarah yang penuh dinamika di negeri ini, dalam menemani perjalan panjang Irwandi Yusuf.
Istri yang setia bagaikan dua tubuh dalam satu jiwa. Dia akan merasakan apa yang ada dalam jiwa pasanganya. Apalagi ketika datang ujian, rasa cinta akan mampu mengalahkan segala galanya. Panasnya bara dan ganasnya ombak samudra, akan mampu dihadapi bila dua jiwa sudah direkatkan bagaikan satu nyawa. (Bahtiar Gayo/Dialeksis.com)