Takengen| Lintasgayo.com- Selama 24 hari, para santri dayah se kabupaten Aceh Tengah dibekali dengan ilmu menjahit. Kegiatan ini merupakan program Dinas pendidikan Dayah kabupaten Aceh tengah.
50 santri dari berbagai dayah di Aceh Tengah ini dibekali ilmu menjahit, bukan hanya untuk para santri kelak, namun dapat membantu pengembangan ekonomi dayah setelah para santri ini selesai mengikuti pelatihan.
Kegiatan pelatihan life skill santri menjahit ini selama 24 hari ini berlangsung sejak 12 Agustus hingga 4 September 2022. Para santri dalam menimba ilmu menjahit juga disiapkan home stay oleh Dinas Pendidikan Dayah demi memudahkan para santri mendapatkan ilmu.
Para santri merasa bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Masing masing peserta dibekali satu unit mesin jahit dan peralatan lainya yang dibutuhkan.
“Saya dari dulu ingin sekali belajar menjahit, ternyata setelah bergelut dengan mesin susah sekali, rasanya mau nangis,” sebut salah seorang santriwati ketika dilangsungkan pelatihan menjahit itu.
Kegiatan latihan menjahit dipusatkan di kantor Reje Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Sementara para santri yang menginap di home stay, juga terbilang tidak terlalu jauh dapat ditempuh dengan berjalan kaki setiap harinya.
Para santri diajarkan bagaimana pola menjahit yang benar dan langsung setiap hari mempraktekanya, kegiatan ini rutin dilakukan hingga selesai pelatihan pada 4 September 2022 nanti.
“Belajar menjahit membutuhkan kesabaran, harus sering-sering bertanya. Malu bertanya itu samar artinya kita tidak mau maju untuk pandai,” sebut Jurisma salah seorang pelatih(instruksi) life skill menjahit.
Life skill santri menjahit ini, Dinas Pendidikan Dayah mempercayakan Jurisma dan rekan-rekannya sebagai pelatih. Jurisma adalah pendiri lembaga khusus menjahit Karisma Cipta Simpang Empat Takengon. Dia juga sebagai owner lembaga ini.
Awalnya para peserta terlihat canggung dan kaku, mereka ada yang takut salah potong kain. Namun berkat ketekunan pelatih menuntunya, dan senantiasa memberi semangat kepada mereka, masa-masa khawatir itu bisa dilalui.
“Areh-areh deh, gerel e pe belejer Kase ke pane we. Pelan –pelan, namanya juga belajar, nanti kan pandai juga,” ungkap Mahara dengan lembut yang senantiasa sabar menuntun para santri untuk mendapatkan ilmu.
Para santri ahirnya mulailah suka dan konsentrasi dalam pelatihan ini, walau diakui mereka juga lelah, karena setiap hari selama tiga pekan lebih senantiasa berhadapan dengan mesin jahit yang selama ini tidak pernah digelutinya.
Memasuki minggu kedua pelatihan, para santri ikut dalam program ini sudah mulia menunjukan ada perkembangan. Mereka mulai faham dan sudah terbiasa dengan urusan jahit menjahit.
“Semoga sampai selesai pelatihan ini mampu dijalani dengan baik dan menjadi bekal bagi santri dan juga untuk pesantren, semoga semakin banyak terlahir para penjahit yang berahlaq karimah,” demikian harapan dari para santri yang mengikuti pelatihan ini. *** Ratnawati, Dayah Al- Huda, Jagong Jeget.
Comments are closed.