Oleh; Indah Saharani
Menjadi mahasiswa tidaklah mudah. Rutinitas yang padat adalah makanan sehari-hari “penggali” ilmu di kampus ini. Mereka dituntut harus bisa membagi waktu dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka mereka akan tergilas. Ada mahasiswa yang terlalu fokus mengejar IPK, sehingga ada diantara mereka tak tau rasanya berorganisasi. Begitupun sebaliknya, ada yang terlalu fokus pada kegiatan non-akademik hingga lalai dengan tugas akademiknya.
Inilah persoalan yang banyak dialami mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa harus bijak mengatur waktu dan harus tau mana prioritas mereka. Karena jadwal yang cukup padat, membuat mereka kerap kali tak menghiraukan kesehatan fisik.
Lupa menjaga kesehatan fisik, tentunya akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Bila fisiknya terganggu, sudah banyak tentu akan sangat mempengaruhi keadaan mental dari generasi penerus bangsa yang sedang menuntun ilmu ini.
Akhir-akhir ini Isu mengenai kesehatan mental mulai ramai diperbincangan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia . Kini dunia mulai menyadari betapa pentingnya memberikan edukasi mengenai hal ini.
Meski belum terlalu menyebar ke masyarakat luas, setidaknya dibandingkan beberapa tahun kebelakang, ada kemajuan yang cukup pesat. Terlihat dari banyaknya media, film, maupun tokoh publik yang lantang menyuarakan pentingnya isu ini.
Pemahaman masyarakat mengenai gangguan kesehatan mental masih sangat minim. Masyarakat menganggap gangguan mental hanya berbentuk gangguan psikotik(gila) saja. Padahal ada banyak sekali jenis gangguan mental baik berat maupun ringan.
Pemahaman mengenai hal inilah yang seharusnya perlu disebarluaskan ke masyarakat, agar gangguan mental dapat di atasi dengan baik. Gangguan mental dapat menyerang segala usia. Mahasiswa, salah satu golongan yang rentan terkena gangguan mental. Ada beberapa contoh gangguan mental yang sering dialami mahasiswa. Seperti depresi insomnia, rasa cemas berlebih, dan gangguan makan.
Saya jadi teringat dengan sebuah berita. Berita tersebut saya kutip dari dari media online pikiran-rakyat.com, sekitar 78% mahasiswa, selama mejalani studi pernah mengalami masalah gangguan kesehatan mental. 40 persen diantaranya mengganggu prestasi akademisnya‚ dan 33,2% serius memikirkan tindakan bunuh diri.
Bunuh diri 3 orang mahasiswa selama 3 bulan di sebuah perguruan tinggi adalah puncak gunung es dari permasalah kesehatan mental di perguruan tinggi.
Menurut saya, untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa, ada beberapa cara yang bisa dilakukan mahasiswa sebagai terapi alami. Pertama tingkatkan kualitas spiritual, dengan mendekatkan diri pada Allah.
Kedua adalah berdamai dengan diri sendiri. Ketiga pilih sircle pertemanan yang positif, jauhi lingkungan toxic. Terakhir adalah sesibuk apapun jangan lupa istirahat. Jika jenuh, apa salahnya luangkan waktu untuk healing, dengan cara masing-masih karena setiap orang pasti punya cara tersendiri untuk menghibur diri.
Selain upaya dari dalam diri mahasiswa, pihak kampus juga diharapkan bisa mendukung dan serius menangani berbagai kasus gangguan mental ini. Seperti menyediakan lembaga khusus untuk konseling bagi mahasiswa.
Di Inggris misalnya, melansir dari laman edukasi.okezone.com. Beberapa kampus sudah menyediakan lembaga tersebut periset di Salford University membuat ProtectED sebagai skema akreditasi yang menilai suatu universitas dari indikator keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan para mahasiswanya. Projek yang dikembangkan oleh para akademisi tersebut juga memberikan program untuk mendukung langkah-langkah menangani masalah kesehatan mental.
Tentunya kita berharap, semoga banyak kampus di Indonesia yang akan mengikuti langkah yang diambil kampus ternama ini. Agar masalah gangguan mental mahasiswa dapat diatasi sedini mungkin.
Saran saya kepada sahabat mahasiswa, jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan fisik maupun kesehatan mental, karena tidak hanya kesehatan fisik yang diperlukan seorang mahasiswa. Kesehatan mental nyatanya dapat mempengaruhi jalan dalam menggapai cita-cita dan masa depan.
Ingat lelah badan bisa diobati, tapi lelah hati kemana obat akan dicari? Semoga kita semua selalu bahagia. Hidup mahasiswa! Salam literasi!
Penulis; Mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia, IAIN Lhokseumawe