Takengen | Lintas Gayo – Kekhawatiran sejumlah elemen sipil beberapa tahun lalu terkait akan punahnya habitat sejumlah unggas liar di hulu sungai (Wih) Pesangan seperti diberitakan di http://theglobejournal.com/kategori/sosial/elemen-sipil-minta-konservasi-hulu-peusangan.php edisi Selasa, 27 Oktober 2009 lalu nampaknya segera terjadi.
Pasalnya, kawasan yang berlokasi dibatas Kampung Bom serta Kelurahan Takengon Timur dengan Danau Lut Tawar tersebut sudah ditimbun tanah yang dikenal dengan tanggul Danau Lut Tawar yang secara bertahap dari tahun ke tahun terus dilakukan dari Kampung Mendale Kecamatan Kebayakan hingga Kampung Bom Kecamatan Lut Tawar.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah yang diminta melalui media massa oleh sejumlah elemen sipil kala itu untuk melakukan peninjauan ulang pembangunan tanggul agar lokasi ini dijadikan sebagai tempat konservasi unggas liar hulu sungai Peusangan ternyata tidak digubris.
Saat itu, permintaan dilontarkan Komunitas VisTaGa, sebuah LSM yang bergerak dibidang lingkungan, pariwisata, budaya dan olahraga melalui Ketuanya Ir. Win Ruhdi Bathin, berharap kawasan tersebut dilindungi agar sejumlah jenis burung tetap lestari hidup disana.
“Banyak sekali jenis unggas liar dilokasi tersebut. Jika pembangunan tanggul Bom-Mendale diteruskan hingga mencapai lokasi burung-burung tersebut maka habitat burung-burung tersebut akan hilang,” kata Win Ruhdi saat itu.
Menurut Win Ruhdi, ada beberapa unggas yang terlihat hidup disana, diantaranya Bangau, Geroaken, Jongok, Kedidi dan jenis burung lainnya yang tidak teridentifikasi namanya.
“Lokasi tersebut sangat ideal dijadikan tempat wisata penelitian ilmiah dan selama ini lokasi itu luput dari perhatian. Kami tidak menyangka begitu banyak jenis burung sehingga layak dipromosikan sebagai daerah favorit untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara atau para pelajar atau mahasiswa yang melakukan penelitian,” ujar Win Ruhdi.
Win Ruhdi mengaku risau melihat perumahan warga kampung Bom Takengon dan Kampung Dedalu sudah mulai mendekati kawasan tersebut. Disamping itu, alat-alat berat yang mengerjakan pembangunan tanggul juga tinggal beberapa meter saja dari lokasi burung-burung tersebut hidup dengan bebas.
Seorang peneliti Unsyiah, Nur Fadli, saat itu mengaku terkejut. “Ternyata Lut Tawar juga menyimpan pesona satwa unggas liar yang sangat menakjubkan. Sayang jika lokasi ini harus tergusur,” kata Nur Fadli yang merupakan pengajar di Jurusan Ilmu kelautan di MIPA Unsyiah.
Nur Fadli dan kawan-kawan datang ke Aceh Tengah untuk mengambil sejumlah data terkait danau Laut Tawar, tidak termasuk satwa unggas. Tapi saat melihat adanya temuan habitat beberapa jenis unggas tersebut, Nur Fadli berencana akan datang kembali untuk lebih spesifik meneliti lokasi tersebut.
Sementara amatan Lintas Gayo, Sabtu (17/9/2011) lokasi ini sudah ditimbun untuk dijadikan tanggul dan kemungkinan sebagai bagian jalan elak lingkar kota Takengen. Riuh kicau burung dengan berbagai jenis dipastikan akan tidak terdengar lagi di lokasi ini, apalagi di lokasi bekas Dermaga Lukup Penalam Peteri Ijo juga akan dibangun Water Bom oleh Pemkab Aceh Tengah yang didanai oleh Pemerintah Pusat di tahun 2011 ini. (Khalisuddin)