Mukhlis, Si Anak Petani “Bintang” Jadi Duta Wisata Aceh 2011

Tidak sulit mencari rumah Mukhlis Muhdan Bintang, sang Duta Wisata Aceh 2011, cari tapal batas antara kampung Kuwala I dan Linung Bulen Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah yang dibangun persis dekat jembatan yang ada tulisan Aku Cinta Indonesia (ACI). Hanya terpaut belasan meter dari tapal batas tersebut ada sederetan rumah sederhana dan salah satunya adalah rumah orang tua Duta Wisata Aceh 2011, Mukhlis Muhdan Bintang

Seperti rumah diperkampungan sekitar danau Lut Tawar lainnya, rumah milik ayah Mukhlis sederhana saja, berbahan papan dan berdempet satu dinding dengan rumah lainnya.

“Assalamu’alaikum”, ucap kami setelah memastikan rumah tersebut milik Muhdan, ayahnya Mukhlis. “Wa’alaikum salam” ujar seorang ibu berjilbab berkulit putih yang ternyata istri Muhdan, ibunya Mukhlis, Masyitah.

Kami dipersilahkan masuk dan duduk diruang depan berukuran sekitar 3 meter persegi. Tampak sejumlah foto acara wisuda dipampang disejumlah sisi ruangan tersebut. Foto Mukhlis Muhdan Bintang saat diwisuda di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2008 silam.

Tak berapa lama, Muhdan ayah Mukhlis pulang dari Menasah menunaikan shalat Ashar. Dia tampak rapi mengenakan baju koko biru, berkain sarung dan memakai kopiah. Amatan kami, mereka keluarga bahagia, berwawasan dan ta’at menjalankan ajaran Islam. Dan ternyata Muhdan dipercayakan sebagai Kejurun Belang oleh warga setempat. Kejurun Belang adalah sebuah jabatan dalam adat Gayo dibidang pertanian, khususnya bercocok tanam padi.

“Dia anak saya yang paling sulung dari enam bersaudara dan kami tidak menyangka dia terpilih,” kata Muhdan mengawali penuturan tentang anaknya sang Duta Wisata Aceh 2011.

Selanjutnya Muhdan yang mengenakan baju koko warna biru dan Ibu Mukhlis yang bernama Masyitah silih berganti menceritakan bagaimana kehidupan Mukhlis dan keluarganya.

“Kami hanya petani  yang berkebun kopi, bercocok tanam sayur-sayuran dan bersawah serta memiliki beberapa ekor ternak. Dan dengan mata pencaharian itulah membiayai pendidikan anak-anak” kata Muhdan.

Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa Mukhlis yang dilahirkan di Bintang, 8 Oktober 1986 ini punya 5 (lima) orang adik. Masing-masing bernama Wahyu Fitri (kuliah di Unsyiah Banda Aceh), Mawaddah (sebelumnya sempat kuliah di Universitas Negeri Medan, namu karena kesehatan pindah ke Universitas Gajah Putih Takengon), Munasco (Unsyiah), Sari Rahmah (SMAN 4 Takengon) dan Rahmi Mahrezeki yang masih duduk dibangku TK di Bintang.

Dari penuturan Muhdan tersebut, nampaknya anak-anaknya berprestasi dalam bidang pendidikan dan ternyata Muhdan punya beberapa jurus yang diterapkan kepada anak-anaknya diantaranya  memahami bakat anak, menjaga pergaulan anak, membangun komunikasi dengan guru dan meminta masyarakat untuk ikut mengawasi anak-anak mereka serta tidak mengajak anak-anaknya berpikir persoalan biaya pendidikan.

Tak tanggung-tanggung, untuk pendidikan anak-anaknya, hingga saat ini Muhdan dan Masyitah telah menjual 10 ekor kerbau.

Selain jurus-jurus tersebut, Muhdan dan Masyitah selalu mengingatkan agar anak-anaknya merasa malu dalam menjalani hidup. “Gelah Mukemel” demikian nasehat yang kerap Muhdan sampaikan kepada anak-anaknya terutama kepada Mukhlis selaku anak yang paling sulung.

“Sejak kecil dia anak yang rajin dan tanpa disuruh selalu membantu kami bekerja di kebun, disawah atau mengurus kerbau,” kata Masyitah. Selain itu dalam berteman dia tergolong setia, peramah dan tidak pelit, timpal ibu Mukhlis.

Terkait pendidikan, diceritakan Muhdan, Mukhlis yang juga kerap mengumadangkan azan di menasah kampungnya tersebut mengawali pendidikan formal di SDN 1 Bintang, lalu ke SMPN 1 Bintang dan meneruskan ke MAN 2 Terpadu Takengon. Karena berprestasi, dia mendapat tiket bebas tes ke UIN Malang. Sebelumnya dia tidak ingin kembali ke Tanoh Gayo, ingin hidup diperantauan dan meneruskan pendidikan ke S2 dan S3. Namun keberuntungan belum berpihak kepada Mukhlis, sudah beberapa kali dia ikut tes S2 namun selalu gagal. Bukan persoalan nilai tapi karena kelengkapan administrasi yang kurang.

Berbekal pengetahuan dan pengalaman di perantauan, Mukhlis yang mahir dan hobi bola voli ini mengajar disejumlah perguruan tinggi di Takengon diantaranya di STAI Gajah Putih. Selain itu juga mendirikan lembaga pendidikan dengan nama MMB Harsyat Course yang berlokasi di SDN 9 Takengon.

Mungkin agak putus asa karena sejumlah keinginan atau cita-citanya belum tercapai, sebelum ikut seleksi Duta Wisata Aceh 2011, Mukhlis sempat minta dinikahkan dengan alasan agar bisa secepatnya hidup mandiri dan tidak lagi menjadi beban orang tuanya. Muhdan dan Masyitah menyetujui dan mulai merencanakan menikahkan Mukhlis.

Seperti dalam istilah di Gayo langkah, rezeki, petemun dan maut tidak bisa ditentukan oleh manusia, ada Sang pemilik jagad yang berkuasa. Rencana menikah kemungkinan bakalan tertunda. Mukhlis harus ikuti semua aturan yang ditetapkan dalam setahun ini sebagai Duta Wisata Aceh.

Saat gubernur Aceh, Irwandi Yusuf berada di Takengon menghadiri penutupan even Pacuan Kuda Gayo 25 September 2011 lalu. Mukhlis yang diminta menjadi panitia dan bertugas mendampingi Gubernur sempat menolak dan meminta seorang rekannya untuk menggantikannya. Pikirannya waktu itu adalah menikah, itu saja.

Diceritakan Muhdan, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah, Mukhlis Gayo SH sempat berang atas penolakan Mukhlis saat itu. “Jangan kamu permalukan marwah Urang Bintang” kata Kadis yang bertanggung jawab atas even pacuan kuda yang merupakan pesta rakyat Gayo tersebut.

Atas desakan tersebut, Mukhlis kembali bersedia untuk bertugas mendampingi Gubernur Aceh dan selanjutnya ikut seleksi Duta Wisata Aceh 2011 yang akhir terpilih sebagai peserta terbaik yang akan berpasangan selaku Agam dan Inong bersama Tasya Meisheilla Aditya, perwakilan Duta Wisata Kota Lhokseumawe. Keduanya terpilih pada grand final pemilihan Duta Wisata Aceh di Taman Budaya Banda Aceh, Rabu (5/10/2011) lalu dan berhak  mewakili Aceh pada Pemilihan Duta Wisata di tingkat Nasional yang akan berlangsung di Palu, Sulawesi Tengah pada 5-12 Desember mendatang.

Maju terus Mukhlis, Bintang sedang bersinar untukmu dan Lut Tawar. (Kha A Zaghloel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.