Wujud Rasa Syukur di Malam Tahun Baru Islam, Ippematang Gelar Yasinan

Oleh: Junaidi Yahya

Drs. Ilyas (berbaju putih)

Malang, tepat pada malam Minggu 26 November 2011 merupakan malam tahun baru Islam. Yaitu pergantian tahun dari 1432 H menuju 1433 H. Tahun yang semestinya dirayakan ummat Muslim sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada ALLAH SWT, bukan dengan berhura-hura melakukan arak-arakan dan menyalakan kembang api selayaknya tahun baru masehi.

Begitulah yang dilakukan oleh Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanoh Gayo (IPPEMATANG) Malang. Sebagai ungkapan rasa syukur telah diberi umur yang barokah, setelah selesai melaksanakan sholat Maghrib berjama’ah, kemudian dilanjutkan dengan Yasinan bersama di asrama Gayo. Suasana khusu’ sangat dirasakan oleh seluruh anggota.

Tausiyah Agama

Setelah selesai melantunkan surat Yasin secara berjamaa’ah, tidak lengkap rasanya tanpa adanya siraman Rohani. Dipercaya sebagai pemateri, Drs. Ilyas yang merupakan Mahasiswa pascasarjana di UIN MALIKI Malang, memberikan sedikit wejangan tentang makna dibalik tahun baru Islam. Beliau menuturkan tentang ayat suci Al-Qur’an yang pertama turun, yaitu perintah untuk membaca. “Banyak makna yang bisa kita ambil dari ayat tersebut” pungkasnya. “bukan hanya membaca buku saja, akan tetapi membaca pembaharuan zaman, dan juga inovasi” tambahnya, yang merupakan bahan tesis Beliau yang saat ini sedang dikerjakannya. Melihat perkembangan ini, Drs. Ilyas  yang dikenal dengan sifat humorisnya menjelaskan agar kita tidak keluar dari “rel” yang sudah ditetapkan dalam Agama tegasnya.

Setelah menjelaskan tentang ayat yang pertama turun, kemudian beliau melanjutkan tentang ayat yang terakhir turun, yaitu Q.S. Al-Mai’dah:3, yaitu tentang kesempurnaan Agama Islam. Karena sudah mencakup tentang urusan dunia akhirat.

Hubungan dengan Organisasi

Drs. Ilyas menambahkan, hubungan antara  tahun baru Hizriah ini dengan Organisisasi IPEEMATANG Malang. “kite tutup buku si mokot, kite uke buku si ayu” (kita tutup lembaran lama, kita buka lembaran baru) katanya, dalam artian beliau menghimbau agar Organisasi IPPEMATANG bisa melakukan Inovasi. “tiada hari tanpa kecerdasan, tiada kecerdasan tanpa inovasi” jelasnya, yang suka memberikan motivasi dengan pribahasa.

Didalam Organisasilah kita banyak mendapatkan Ilmu, baik ilmu Agama, ilmu Akademik, Budaya dan ilmu-ilmu lain yang sudah dijelaskan didalam AD/ART kita jelasnya. “Mari kita me-manage (red:menetj) waktu, menet dalam dalam bahasa Gayo artinya mera, artinya segala sesuatu yang kita kerjakan harus didahului dengan kemauan” jelasnya.

Diakhir kata Beliau menambahkan, marilah kita ikuti gaya Kepemimpinan Rasulullah SAW, yang bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Dan diakhir acara Beliau membacakan pantun yang sebelumnya sudah dipersiapkan untuk acara tersebut:

Entah kite mubaca, sambil tonga demu ilmu

Kiet usaha i iringi do’a, Tuhen Maha Kuasa enti ko ragu

Dunie akhirat iemah ko serta, banyangen ine ama sipayah mubantu

Enti berulang kesalahen silalu

wan gubuk derita IPPEMATANG dewe lintang oya gere perlu

ubahi nasip murip jiwe juang

buge kase terang ken ganti ni lampu

kite kuini gere khusus ken dediang, pikiri ken lang siturah demu

enti lagu puren bedewe lintang, ibagi waktu luang mubaca buku

kutiro tabi pantun munantang, sengeje ikarang kerna kul nate ken anakku

 

—-

*Ketua Ippematang Malang Jawa Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.