Takengon | Lintas Gayo – Hasil penelitian dan eskavasi Loyang Mendale dan sekitarnya yang dilakukan oleh sejumlah arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Sumatera Utara serta uji tes deoxyribonucleic acid (DNA) terhadap ratusan warga dataran tinggi Gayo dan sampel gigi kerangka masusia pra sejarah Loyang Mendale Kabupaten Aceh Tengah disampaikan dalam sebuah sarasehan di yang dilaksanakan di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, Selasa (6/12/2011).
Dalam acara yang dibuka oleh Bupati Kabupaten Aceh Tengah yang diwakili oleh Asisten dua Setdakab setempat, Drs. Muhammad Syukri, MPd tersebut juga diluncur buku berjudul “Gayo Merangkai Identitas,” yang ditulis 2 orang arkeolog dari Balar Medan, Drs. Ketut Wiradnyana dan Taufikurrahman Setiawan dengan pengantar dari Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak dan penerbit Obor.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kabudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah, Muchlis Gayo, SH memberikan apresiasinya kepada Ketut Wiradnyana selaku peneliti dan penulis Buku Gayo Merangkai Indentitas.
”Terimakasih kepada Bapak Ketut Wiradnyana dan kawan-kawan yang telah membantu menemukan Indentitas masyarakat Gayo,’ ujar Muchlis Gayo dan menyatakan untuk cetakan pertama, Pemkab Aceh Tengah mencetak buku tersebut sebanyak 1200 eksmplar.
Buku tersebut, lanjut Kadis ini dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir hari ini dari berbagai elemen serta perwakilan masyarakat Gayo secara gratis.
Dia juga mengucapkan terima kasihnya kepada Bupati Aceh Tengah dan pihak Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) setempat yang telah mengganggarkan pendanaan penelitian lanjutan kehidupan pra sejarah di Loyang Mendale.
Menurutnya, dengan jumlah anggaran Rp.265 juta menjadi sangat kecil jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai yakni dengan ditemukannya jejak-jejak awal menguak misteri jati diri Urang Gayo yang sudah berpuluh-puluh tahun dicari-cari.
Penemuan Ketut Wiradnyana dan kawan-kawan ini, dipaparkan Muchlis Gayo bukan saja mampu mendorong menegakkan dagu wajah Urang Gayo, tetapi juga sejarah migrasi umat manusia di Indonesia. Bukan saja untuk bangsa Batak, tetapi juga merangsang para sejumlah pihak untuk meneliti kembali banyak hal termasuk hubungan manusia Mendale dengan Pithecantrhropus Erectus yang ditemukan Dr. Eugen Dubois di desa Tinil Jawa Timur. “Hal ini menjadi penting karena secara folklor Urang Gayo menghubungkan Probolinggo dengan Lingga Gayo,” cetus Muchlis Gayo.
Selain itu Kadis ini juga meyakini jika penemuan para Arkeolog dari Balar Medan yang dituangkan dalam buku “Gayo Merangkai Identitas”tersebut telah mengejutkan banyak pihak karena telah memutarbalikkan anggapan selama ini bahwa Urang Gayo lebih muda atau berasal dari Batak.
“Dari hasil penelitian ini dengan tegas menyatakan bahwa Urang Gayo lebih tua dari Batak dan karenanya diperlukan penelitian lanjutan dari berbagai sisi keilmuan yang tentunya harus dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah,” harap Muchlis Gayo.
Sementara itu, Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin MM yang diwakili oleh Asisten II, Drs. Muhammad Syukri, MPd juga menyatakan terimakasihnya mewakili seluruh rakyat Kabupaten Aceh Tengah atas upaya berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam upaya penerbitan buku tersebut.
“Diharapkan buku ini dapat dijadikan sebagai tonggak untuk menggali lebih dalam lagi identitas masyarakat Gayo dari sisi lain dan dapat dijadikan muatan lokal serta kepentingan yang lebih luas,” kata Bupati Aceh Tengah seraya menyatakan membuka secara resmi Sarasehan tersebut yang dilanjutkan dengan penyerahan buku secara simbolik kepada sejumlah kalangan yang hadir.
Setelah resefsi pembukaan sarasehan selesai, sejumlah narasumber memaparkan makalahnya. Kesempatan pertama diberikan kepada Ketut Wiradnyana sendiri yang dilanjutkan dengan pemaparan hasil uji DNA dari Lembaga Molekuler Eijkman Jakarta, Dr. Safarina Giofani Malik berjudul “Asal Usul Urang Gayo”. Dan terakhir sebagai pembanding tampil Muchlis Gayo SH dengan judul makalah “Urang Gayo dan Kebudayaan”.
Setelah pemaparan selesai, peserta sarasehan yang berasal dari sejumlah kalangan tersebut berebutan untuk bertanya kepada para narasumber. Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Khalisuddin tersebut juga tampak mengajukan pertanyaan dan saran dinatarannya dari tokoh penulis asal Gayo yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) tepatnya Denmark, Yusra Habib Abdul Gani serta Prof DR M Dien Majid yang merupakan guru besar di Universitas Islam Nasional (UIN) Jakarta.
Seluruh pertanyaan dengan lugas dijawab oleh para nasarumber dan para peserta dengan antusias mengikuti sarasehan yang berakhir hingga waktu shalat Ashar tiba tersebut. (Radi, Wen Rahman/03).