Kopi Gayo Seperti Artis Dunia

Cherry | Foto : Win Ruhdi Bathin

Harga kopi Arabika Gayo yang dieksport ke berbagai belahan dunia, naik drastis sejak beberapa bulan silam. Harga terkini kopi Gayo berbasis Arabika, dibeli di Takengen dan Bener Meriah  perkalengnya Rp. 110-120 ribu.

Harga ini adalah untuk jenis kopi buah merah yang disebut gelondong (chery). Untuk kopi gabah, tanpa kulit buah Rp.27-30 ribu/bamboo (1 bambu = 1.2 Kg). Kopi asalan (green bean) Rp.55-60 ribu. Sementara untuk harga kopi ready eksport diatas Rp. 60 ribu.

Menurut Ir. Djumhur Sungkit dari Koperasi Permata Gayo yang merupakan salah satu koperasi eksport , kopi Aceh Tengah dan Bener Meriah  sangat ditunggu penikmat kopi dunia.

Djumhur beralasan, dari 67 eksportir kopi dari Aceh dan Sumatera, selalu kekurangan bahan baku kopi Arabika untuk dieksport. Setiap tahun, jelas Djumhur, Aceh dan Sumatera hanya mampu memproduksi 27 ribu ton Arabika.

“Jumlah ini sangat kurang dibandingkan jumlah eksportir sehingga kehadiran kopi Arabika Gayo selalu ditunggu penikmat kopi dunia karena keterkenalan aroma dan rasa”, ujar Djumhur. Djumhur menilai produksi kopi Arabika perhektar pertahunnya hanya rata-rata 700 kilogram.

“Padahal jika dilakukan pemeliharaan dan perawatan lebih intensif dari kebun kopi petani, hasil ini akan meningkat. Karena perhektarnya mampu dihasilkan 1.2 ton lebih”, jelas Djumhur. Keterkenalan rasa dan aroma kopi Gayo, tambah Djumhur telah membuat banyak buyer (pembeli) yang setiap minggu datang ke Takengon dan Bener Meriah.

Roasting Coffee | Foto : Win Ruhdi Bathin

“Hampir setiap minggu, pembeli kopi dari luar negeri datang menjajaki kemungkinan pembelian kopi langsung dari sentra kopi Takengen dan Bener Meriah”, ulas Djumhur. Karena demikian terkenalnya nama kopi Gayo, imbuh Djumhur lagi, Kopreasi Permata Gayo kini sudah membuka cabang koperasi ini di Korea.

“Dulu pasar kopi Gayo di Asia adalah Jepang. Kini digantikan Korea”, tambahnya. Koperasi Permata Gayo di Korea melayani hamper 1000 roaster disana. Di Korea, kopi Gayo dijadikan sachet dan dijual secara bebas menjadi kopi instan.

“Banyak pengusaha Korea yang menjajaki pembelian langsung kopi Arabika, meminum kopi Gayo hingga delapan gelas saat berada di sentra kopi Gayo”, sebut Djumhur. Bahkan untuk satu gelas luwak yang berasal dari Gayo, di Korea dibandrol dengan harga Rp.1.5 juta/gelasnya.

Pun begitu, rinci mantan aktipis lingkungan ini, pasar terbesar dari kopi Arabika Gayo masih dikuasai  oleh Amerika. Masalahnya, Permata Gayo terpaksa menjual kopi Arabika Gayo  dengan label Sumatera Kopi Gayo karena adanya klaim paten nama kopi Gayo oleh Holland Kopi Belanda.

“Merek kopi Gayo oleh pengusaha Belanda jelas sangat merugikan petani Gayo dan pengusaha. Padahal kopi Gayo sudah dilindungi dengan paten Indikasi Geograpis (IG)”, kata Djumhur. Di tempat yang sama, Asisten Ekonomi, Pemkab Aceh Tengah, Muhammad Syukri  menjelaskan bahwa saat ini paten kopi Gayo sudah menjadi milik petani kopi Gayo dengan adanya IG.

Muhammad Syukri menyatakan bahwa selain IG, adanya resi gudang yang mampu dijadikan agunan bank, pasa lelang juga merupakan rangkaian dari menaikkan posisi tawar kopi dan petani kopi Gayo.

“Kedepan kita berharap harga kopi ditentukan petani, bukan lagi oleh pengusaha.Untuk itu kita perlu Pasar lelang dan Resi gudang”, tegas Syukri.  Dengan pola ini, petani menentukan sendiri harga kopinya berdasarkan kualitas yang dimiliki.

“Bila memungkinkan kopi Arabika Gayo dijual untuk memenuhi kebutuhan kopi nasional. Untuk eksport, harus terjadi nego harga dengan petani pemilik kopi”, tambah Syukri. Mengingat  masih terbatasnya jumlah kopi Arabika Gayo yang diproduksi petani, sementara demikian banyak permintaan akan kopi Gayo,M.Syukri mengistilahkan bahwa kopi Arabika Gayo bukan lagi gadis desa yang pemalu.

Black Coffee | Foto : Win Ruhdi Bathin

“Kopi Gayo sudah menjadi artis yang dinantikan kehadirannya dan menjadi bahan gossip”, pungkas Syukri sambil tersenyum. Sebelumnya, pengusaha Belanda telah mendaftarkan mereka “Coffee Gayo” di dunia perdagangan Erofa  dengan nomor 001242965.

Dampak pendaftaran ini adalah larangan menggunakan kata “Gayo” di perdagangan Erofa. Meski begitu, seorang  eksportir  putra daerah Sadarsyah tetap memakai  merek kopi Gayo ke berbagai pasar kopi dunia karena menurut Sadarsyah masyarakat Gayolah yang berhak memakai paten kopi Gayo.

Kopi Arabika Gayo masuk kategori Kopi Spesialty  yang menggambarkan biji dan rasa terbaik yang diproduksi secara khusus. Kopi Specialty menurut SCAA (Asosiasi Kopi Spesial Amerika) kopi dengan nilai skor 80 poin atau lebih dari skala 100 dinilai sebagai kopi Spesialty.

(Win RB)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.