Tusam Gayo Lues, Kekayaan Alam Yang Terbengkalai

Pohon pinus yang sudah pernah dideres oleh investor Tionghoa, namun tidak ada kelanjutannya. Foto : Syamsinar

Ketika berkunjung ke beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Gayo Lues baru-baru ini, disekitar kampung-kampung dibukit-bukit dan gunung-gunungnya tumbuh pohon pinus Merkusi (Tusam-red) dengan amat suburnya dan logikanya bila dijadikan dalam sebuah Perusahaan Pemerintah Daerah atau swasta merupakan pemasukan uang ke Kas Daerah atau ke Kas Negara pada akhirnya.

Pohon Tusam yang di Gayo Lues itu sedari dulu tidak payah ditanam, dia tumbuh sendiri, berkali-kali juga terbakar oleh alam sendiri, berkali-kali juga tumbuh kembali semakin subur, oleh karena itu kiranya Pemerintah Daerah sudah saatnya, berusaha membuka kebun pinus tersebut dan kalau tidak mungkin, harus berusaha mengadakan kontrak dengan Negara tetangga mungkin ada diantara kontraktor di Negara tersebut yang berminat membuka usaha dalam bidang menghasilkan minyak terpentin.

Menurut cerita PT. Bengawan bila tidak silap, bahwa mutu terpentin yang dihasilkan dari pohon pinus yang tumbuh di Gayo Lues minyaknya berkualitas nomor 2 di dunia, nomor satunya adalah terpentin dari Negara Cina Negeri Tirai Bambu itu. Selanjutnya dapat menampung tenaga pengangguran untuk tidak usah mengirim mereka ke Luar Negeri menjadi buruh yang kadang-kadang sama sekali tidak dihormati pihak Luar Negeri.

Kekayaan alam dari pohon pinus yang terbengkalai, padahal getah pinus (Tusam) bisa dijadikan untuk Terpentin sebagai alat pencampuran atau pelebur cat. (Foto : Khalisuddin)

Menurut perhitungan saya tidaklah terlalu susah benar menjadikannya menjadi Perusahaan Daerah atau mencari pengusaha yang bonafit ke Luar Negeri dari tetangga kita. Sedangkan kita ketahui minyak terpentin adalah minyak nabati yang berharga dijadikan sebagai ramuan obat-obatan dan campuran cat dan bahkan bisa diolah menjadi BBM untuk kendaraan roda dua atau empat dan kita bukan ahlinya tetapi Bangsa lain yang sudah maju tentang perminyakan siap tahu.

Sebanyak 11 Kecamatan, semua bukit-bukit yang ada disekitar kampung-kampung penuh dengan pohon pinus merkusi mungkin keseluruhan mencapai jutaan hektar, sangat sia-sia sekali diterlantarkan tidak diusahakan, padahal di zaman Kolonial Belanda tempo hari sengaja Pemerintah Belanda menyewa kepada Raja-Raja dahulu untuk membuka perkebunan pinus merkusi tadi itu  dan didatangkan buruh-buruhnya dari pulau Jawa. Justru mengapa sesudah Kemerdekaan jalan 60-an sudah, belum mampu juga kita bangsa Indonesia padahal income Negeri jelas ada di pohon pinus ini. Semoga dalam waktu dekat masalah ini dapat dituntaskan.

(Syamsiar/03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.