Takengon | Lintas Gayo – Dalam menunjang kemajuan sektor pariwisata Kabupaten Aceh Tengah, perlu dilakukan lokakarya guna menyamakan persepsi untuk dijadikan konsep bersama untuk memajukan pariwisata di Kabupaten ini, hal ini terucap dari salah seorang pemerhati pendidikan, sosial dan ekonomi di Aceh Tengah, Drs. Muhammad Syukri, M. Pd saat Lintas Gayo berbincang-bincang di kantin Batas Kota Takengon, Sabtu (21/1/2012).
Dikatakan Muhammad Syukri, bahwa sektor pariwisata di Aceh Tengah merupakan potensi yang luar biasa dan perlu pembenahan disemua lini, mengingat potensi Aceh Tengah memang cocok dijadikan sebagai pusat wisata di Aceh.
Kebanyakan pelaku pariwisata di Aceh Tengah saat ini mengganggap bahwa kegiatan pariwisata hanya dikaitkan dengan kedatangan orang asing (bule) dari mancanegara saja, ujarnya lagi. Padahal wisata bukan hanya itu, melainkan wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan luar daerah.
“Apabila orang melakukan perjalanan dengan menempuh jarak menempuh lebih dari 80 km yang datang ke suatu tempat, maka kegiatan itu sudah dikatakan dengan kegiatan wisata, bahkan jika ada orang kawinan yang datang dari luar Takengon sudah dikatakan dengan wisata”, timpalnya.
Ditambahkan Muhammad Syukri, dengan kemajuan pariwisata di Aceh Tengah maka akan timbul ekonomi kreatif dari masyarakat Aceh Tengah itu sendiri, sehingga akan dapat menunjang ekonomi masyarakatnya dan menyadari betapa pentingnya alam Gayo untuk dilestarikan.
Untuk mencapai kegiatan itu, Syukri mengatakan perlunya promosi wisata Aceh Tengah melalui internet, foto dan even-even seperti olahraga, budaya termasuk kegiatan do’a bersama yang melibatkan massa dari luar daerah. Tujuannya agar dunia wisata di Aceh Tengah dapat lebih dikenal.
Pernyataan ini diamini oleh salah seorang pendiri komunitas Visit Tanoh Gayo (VisTaGa) dan komunitas sepeda di Aceh Tengah, Central Aceh Bicyle Community (CABC), Win Ruhdi Bathin.
Diungkap Win Ruhdi, komunitasnya kerap mendatangkan dan menemani wisatawan asing dan dari beberapa penjuru tanah air untuk berkunjung ke dataran tinggi Gayo Aceh Tengah, dan mengajak mereka berkeliling menggunakan sepeda, dan kebanyakan dari mereka juga sebagai pecinta fotografi sehingga dalam waktu tak lebih dari 24 jam, foto-foto bernuansa Gayo sudah tersebar luas dunia maya dan dapat diakses diseluruh penjuru dunia. “Kegiatan ini merupakan promosi wisata yang paling efektif,” kata Win Ruhdi yang juga penggemar fotografi dan juga ikut membidani terbentuknya komunitas Gayo Fotografer Club (GFC) ini.
Selain itu, timpalnya, wartawan televisi, media cetak nasional dan bahkan para peneliti dari berbagai di Indonesia dan asing kerap meminta mereka menemani kegiatan mereka di dataran tinggi Gayo.
“Tak jarang diantara mereka malah meminta untuk ikut kegiatan sosial berbasis lingkungan yang kita adakan misalnya membersihkan sampah, menanam pohon atau ikut kegiatan kita sehari-hari,” ujar Win Ruhdi.
Selanjutnya menurut peracik kopi (barista-red) di Batas Kota Cafe ini, saat ini tak efektif lagi mempromosikan wisata Aceh Tengah lewat brosur-brosur yang disebar. Disamping membutuhkan biaya yang besar untuk mencetak dan mendistribusikannya juga daya jangkau brosur yang disebar sangatlah terbatas, kini kita mempunyai segudang pusat penyampaian tempat untuk promosi melalui internet, kenapa kita tidak dimaksimalkan”, pungkas Win Ruhdi.
(Darmawan Masri | Red-03)
.