Pelajar Aceh Tengah Antusias Ikuti Seminar Pendidikan Seks

Seminar Pendidikan Seks bagi remaja di Aceh Tengah. (Foto Maharadi)

.

Takengon | Lintas Gayo – Ratusan remaja yang umumnya merupakan pelajar dari berbagai SMA/MA yang ada di Kabupaten Aceh Tengah mengikuti seminar “Pendidikan Seks” yang digagas Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Muslimah Hijbur Tahrir Indonesia Aceh Tengah, Sabtu (21/1/2012).

Seminar yang digelar di hotel Linge Land Takengon Kabupaten Aceh Tengah ini mengusung tema ”Remaja Islam Smart Inside, Healthy Outside” diisi oleh 3 orang narasumber diantaranya Nurhayati Simanjorang, SKM dari Dinas Kesehatan Aceh Tengah, Nun Chairi, S.Pd.I dari Dinas Pendidikan Aceh Tengah dan Asnita dari pihak penyelenggara.

Asnita dalam paparannya menyampaikan dalam sebuah kegiatan Sex Survey Presentation 2011 yang diikutinya, terungkap bahwa tingkat perilaku berhubungan seks mulai usia 15 tahun ratingnya tinggi.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di 9 kota besar di Indonesia, kehamilan tak diinginkan (KDT) mencapai 37.000 kasus, 27 persen diantaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persenya adalah pelajar.

Diungkapkan Asnita, kehamilan yang tak diinginkan (KDT) pada remaja bahkan menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun (kompas.com, 16 Feb 2009). “Banyak kehamilan tak diinginkan berujung aborsi. Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, dan 30 persen di antaranya dilakukan oleh para remaja,” paparnya.

Lebih lanjut disampaikan, seks bebas adalah media berbagai Penyakit Menular Seksual (PMS) mulai dari yang ringan hingga yang mematikan (HIV/AIDS). Data Kemenkes pada pertengahan 2010, di Indonesia kasus positif AIDS mencapai 21.770 dan 47.157 kasus positif HIV. Persentase pengidap usia 20-29 tahun 48,1% dan usia 30-39 tahun 30,9%. Kasus penularan HIV/AIDS tersebar di kalangan heteroseksual 49,3% dan pengguna jarum suntik 40,4%. Menurut United Nation Acquired Immune Defeciency Syndrome (UNAIDS) 56% pengidap HIV/AIDS adalah remaja, rinci Asnita.

Di kemudian memaparkan sejumlah solusi teknis pencegahan terjangkit HIV/ADIS. Namun Asnita menyimpulkan bahwa semua solusi yang ditawarkan bukanlah solusi yang tepat untuk mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS. Akan tetapi harus dikembalikan kepada solusi  Islam. “Tidak ada satu solusi pun selain kembali pada solusi Islam. Islam adalah satu-satunya solusi yang paling tepat,” pungkas Asnita menutup paparannya.

Di Aceh Tengah Ada Satu Penderita HIV/AIDS

Dalam paparannya, Nurhayati Simanjorang mengungkapkan di Aceh Tengah juga sudah ada penderita HIV/AIDS yang merupakan seorang petani biasa. Namun penderita penyakit tersebut bukan karena melakukan seks bebas. “Ia tertular saat menolong seseorang yang mengalami kecelakaan. Pada saat menolong si petani ini ada luka dibagian tangannya. Ia tertular melalui darah si korban kecelakaan ini yang menyentuh luka di tangan si petani ini. HIV/AIDS menular melalui darah dan jarum suntikan,” ungkap Nurhayati dalam bagian paparannya.

Jadi, ungkapnya lebih jauh, tidak semua penderita HIV AIDS karena perilaku seks, melainkan karena korban perilaku seks.

Sementara itu, Nun Chairi, S.Pd.I menekankan pada remaja agar senantiasa menjaga diri dari lingkungan yang tidak bermanfaat. Membentengi diri dengan ilmu-ilmu agama.

Diantara yang hadir, ternyat tidak seluruhnya para remaja, istri Wakil Bupati Aceh Tengah, Rahmawati juga tampak hadir dalam seminar tersebut sebagai peserta.

Dia memberikan apresiasi dan tanggapan kepada panitia atas terselenggaranya kegiatan tersebut. “Seharusnya panitia menghadirkan komponen yang mempunyai kuasa atas sistem yang berlaku, seperti MPU dan Pemerintah Daerah. Mereka yang harus bertanggung jawab dan yang memiliki peranan penting dalam hal ini,” saran Rahmawati.

Dia juga menyarankan agar panitia juga sebaiknya memberikan review terhadap peserta. “Berapa persen peserta mampu menyerap apa yang sudah disampaikan para nara sumber. Sehingga kita tahu berapa persen yang mampu menyampaikan kembali kepada teman-teman atau pada lingkungan tempat tinggal mereka,” kata perempuan yang kesehariannya juga aktif memimpin  Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Aceh Tengah ini.

(Mailida S | Red-03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.