Peringatan Maulid Bukan Setahun Sekali

SERANGKAIAN acara yang disusun dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Sabtu (18/02), yang dilaksanakan oleh Keluarga Negeri Antara (KNA) Banda Aceh di gedung tertutup Taman Budaya Banda Aceh dan dihadiri oleh Wakil Kota Banda Aceh Elliza Saaduddin Jamal, SE., adalah seni, ceramah dan didong jalu antara klop Sinar Jaya dari Aceh Tengah dan Klop Arita dari Bener Meriah.

Dalam ceramah sekitar satu jam, Drs. Tgk. Ridwan Qari yang diundang sebagai penceramah pada malat tersebut memaparkan bahwa semua orang Islam sudah seharusnya menjadikan Nabi Muhammad sebagai Panutan, sehingga akhirnya nanti dapat menjadikan orang Islam sebagai panutan semua orang baik muslim atau juga non muslim (bukan malah sebaliknya). Karena itu tidaklah benar memperingati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad satu tahun sekali, tetapi seharusnya pada setiap saat menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam hidup.

Masih menurut penceramah, diantara karakter yang harus diikuti dari Nabi adalah : sifat tegas mengatasi kemungkaran baik dengan tangan (perbaikan secara structural), dengan mulut (berceramah dan juga bertegur safa), melalu lembaga Majelis Ulama dan Lembaga adat yang ada dalam masyarakat. Kalau juga dengan dua cara tersebut  tidak sanggup, maka barulah dengan qalbi (hati), artinya tidak ikut serta dalam melakukan kejahatan.

Selanjutnya Tgk. Ridwan Qari juga berharap untuk mengamalkan ruhamau bainahum, artinya memunculkan rasa  saling kasih sayang, hal ini diartikan dengan pemberdayaan yang bersifat mengalir. Pemerintah harus memberdayakan masyarakat, kepala kantor harus memberdayakan staf dan karyawannya bukan malah sebaliknya, harus ada setoran dari bawahan kepada atasan demi untuk mendapat dan mempertahankan jabatan. Kemudian adalah taat bersyari’at (atsaris sujud) maksudnya tidak berlama-lama dimesjid, lebih baik membawa mesjid dalam kehidupan dari pada membawa kehidupan kedalam mesjid.

Terakhir penceramah mengingatkan, bahwa mereka yang  berhak menerima sadaqah adalah tiga kelompok orang yaitu, sangat pakir, orang yang berhutang di jalan Allah dan orang yang tidak sanggup membayar diat.  Hal ini menurut beliau sesuai dengan falsafah Gayo, dimana orang Gayo harus lisik, mersik, bidik dan mutasik. Karena orang yang merke, kukese pasti gemade. (Ungel)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.