Takengon | Lintas Gayo – Sejak dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, 11 Juni 2011 lalu jumlah pengunjung ke Museum Gayo Gajah Putih yang berlokasi di Umah Pitu Ruang Kemili Takengon terus mengalami pengingkatan.
Dari laporan kunjungan yang diterima Lintas Gayo dari Kepala Museum tersebut, Sukmawati SH, Selasa (20/3/2012) pencatatan kunjungan dimulai sejak Juli 2011 hingga akhir tahun 2011 ada 357 orang yang berkunjung dengan rincian masyarakat umum 116 orang, mahasiswa 151 orang, pelajar 84 orang dan wisawatawan mancanegara 6 orang.
Sementara untuk tahun 2012, dijelaskan Sukmawati, pihaknya belum melakukan rekapitulasi jumlah kunjungan, dia pastikan jumlahnya terus mengalami peningkat.
“Animo masyarakat, mahasiswa dan pelajar sangat tinggi untuk berkunjung ke Museum ini. Selain melihat benda-benda dan foto sejarah dan budaya Gayo, mereka juga ingin tau tentang seluk beluk rumah adat Gayo, Umah Pitu Ruang,” kata Sukmawati.
Koleksi Artefak dan Ecofak Loyang Mendale
Sementara itu, arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Medan Sumatera Utara, Ketut Wiradnyana yang berkunjung ke museum menyatakan agar benda-benda peninggalan manusia pra sejarah Gayo yang ditemukan di Loyang (gua-red) Mendale dan Ujung Karang oleh peneliti Balar Medan saat melakukan rangkaian penelitian juga disimpan di Museum Gayo Gajah Putih tersebut.
“Agar benda-benda berupa artefak dan ecofak bukti kehidupan pra sejarah Gayo tersebut dapat dilihat oleh masyarakat, maka sebaiknya disimpan disini dan untuk serah terimanya agar diatur sebaik-baiknya,” ujar Ketut Wiradnyana. Kepada pengelola museum tersebut, penulis buku “Gayo Merangkai Identitas” ini juga memberikan sejumlah saran dalam pengelolaan museum yang baik, baik dari materi yang dimuseumkan maupun tata letak benda didalam museum. (Khalisuddin)
kunjungi museum Gayo Gajah Putih terbuka untuk umum setiap hari kerja. Tempat Umah Pitu Ruang Kemili, Takengon