Pemimpin yang “Bertopeng”

Oleh: Jawahir Syahputra, S.Ked

PESTA Demokrasi di bumi Serambi Mekah sudah diambang pintu yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 9 April 2012 mendatang, hal ini berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) kepada Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dalam sengketa Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Provinsi Aceh yang lalu.

Banyak lika-liku dalam penetapan jadwal tahapan Pemilukada di Aceh, tentu banyak pula kepentinganyang mempengaruhi hal tersebut, akan tetapi persiapan calon-calon pemimpin yang akan bertarung dalam pesta demokrasi tersebut pastinya sudah terencana dan mempunyai strategi yang cukup matang baik yang maju melalui jalur Partai Politik maupun Independen (Perseorangan).

Perhatian calon pimpinan kepala daerah terhadap seluruh masyarakat dalam masaPemilukada ini sudah sangat jelas terlihat, untuk melakukan komunikasi tentu sudah menjadiprioritas utama dilakukan, lebih lagi ketika menghadirkan para calon-calon orang nomor satu tersebut dalam sebuah acara/diskusi di masing-masing daerah tentu begitu meyakinkan untuk kehadirannya dalam upaya untuk membangun tali silaturahmi, uluran tangan, sikap rendah hati, bijak dalam menerima masukan dari masyarakat dengan tanpa mengenal identitas, kata-kata yang disampaikanpun begitu santun serta perhatian yang meyakinkan terlihat jelas dari mimik wajahnya.

Beragam upaya dan cara yang ditempuh untuk mendapatkan simpati dari masyarakat terus dijalankan, berbaur dengan masyarakat tanpa mengenal golongan, tanpa mengenal ras, tanpa mengenal usia muda ataupun tua serta memberikan perhatian sampai ke daerah-daerah terpencil sekalipun diupayakan semaksimal mungkin.

Janji yang dilontarkan para calon pimpinan kepala daerah/kandidat terdengar begitusegar dan meyakinkan dihadapan masyarakatseakan harapan itu segera terlaksanakan, sugesti-sugesti terus dimainkan, harapan demi harapan terus diarahkan yang terkadang tanpa berpikir realistis yang akan dihadapkan, musim telah tiba dalam era demokrasi pada saat sekarang ini seiring pergantian pimpinan kepala daerah baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi di ujung Pulau Sumateraini.

Pendekatan kepada masyarakat tentu sudah menjadi strategi yang umum dilakukan bagi para calon pimpinan kepala daerah, terlebih lagi para calon yang memilih untuk maju dari jalur Perseorangan/Independen pastinya sudah dari awal membangun komunikasi untuk menarik perhatian masyarakat dengan mengharapkan imbalan Kartu Tanda Penduduk (KTP) diberikan yang menjadi syarat utama untuk bisa mendaftar dalam hal memberikan dukungan,berbagai carapun di tempuh untuk mendapatkan kepercayaantersebut.

Tentu dalam melaksakanan proses tersebut sudah jelas menguras tenaga, pikiran dan pastinya finansial yang tidak sedikit, apakahsemua yang dikerjakan tersebut murni dari suatu keikhlasan dalam memperjuangan kepentingan masyarakat atau hanya memperjuangan kepentingan pribadi semata, tentu hal ini hanya para calon pimpinan tersebut yang memahaminya.

Tidak jarang pemimpin mengalami lupa ingatan terhadap kepercayaan masyarakat yang mendukungnya ketika terpilih menjadi seorang pemimpin, apakah lupa ingatan atau dilupakan itulah sebahagian karakter mereka, masyarakat hanya dijadikan alat semata untuk mencapai kekuasan, bisa jadi karakter asli yang terlihat berbeda bagaikan warna putih yang berubahmenjadi warna hitam secara tiba-tiba.

Sungguh sangat disayangkan ketika perjalanan komunikasi yang dibangun dengan baik terhadap seluruh komponen masyarakat dilupakan begitu saja seperti “kacang yang lupa kulitnya”, seharusnya ketika menjadi seorang pimpinan porsi yang dijalankan sudah jelas bertambah, tidak hanya simpatisan pendukung dan keluarga besar saja yang menjadi perhatian tapi seluruh komponen masyarakat di daerah tersebut.

Masyarakat hendaknya terlebih dahulu mengenal dan memahami track record calon-calon pemimpinagar tidak salah dalam menentukan sikap. Kecerdasan dalam memilih perlu dimiliki agar Aceh hari ini tidak diisi oleh pemimpin-pemimpin yang “bertopeng” yang awalnya berbicara kepentingan masyarakat kemudian berubah dengan sikap mencari kepentingan pribadi dan golongan.

*Mahasiswa Fakutas KedokteranUniversitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.