Seorang putra Gayo yang sukses meniti karier di negeri paman Sam Amerika, kini ada ditanah kelahiran untuk melihat secara langsung fenomenanya. Adalah Najib Bantacut, pria paruh baya asal Bebesen Kebupaten Aceh Tengah, yang sukses meniti kariernya sebagai kontraktor di negara adidaya tersebut.
Berawal dari tugas yang diberikan kepada dari salah satu perusahaan di Aceh mobil oil pada tahun 1981, dan kemudian memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tersebut pada tahun 1992 untuk kemudian memutuskan untuk tinggal dan bekerja di Boston, merupakan keputusan yang paling berani diambilnya pada saat itu, banyak teman kerabatnya yang menentang akan keputusannya itu, dikarenakan penghasilan yang tinggi didapatnya di perusahaan Mobil Oil pada masa itu.
Tetapi, tekadnya yang bulat untuk mengadu nasib membuat perjuangan dan kegigihannya pun dimulai, menurutnya kemampuannya untuk bersaing di negara itu akan menunjukkan kepada dunia bahwa ada seorang anak negeri dari pengunungan Aceh yang akan menjadi sukses dinegara orang, keinginan yang bulat itu lah menjadi motivasi untuk dirinya untuk tetap pada keputusannya itu.
Menurutnya mudah mendapatkan pekerjaan yang layak dinegara itu, asalkan punya nilai kompetensi yang baik dalam mendapatkan kepercayaan pihak lain. Dan dirinya kini telah membukti anak Gayo dapat bersaing dibelahan dunia manapun. Bekerja sebagai kontraktor dinegara tersebut menjadi kebanggaan tersendiri baginya.
Najib yang mempunyai tiga orang anak, dengan memperistri wanita asal Bukit Tinggi ini, mengaku gagal menerapkan idealisme ke-Gayo-an kepada ketiga anaknya, ini dilihat dengan tidak bisanya anak-anaknya dalam berkomunikasi berbahasa Gayo, bahkan bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menjadi salah satu tekadnya untuk kembali ke tanoh Gayo walaupun untuk sementara, dan mendirikan sebuah usaha di tanah kelahirannya itu.
Najib yang kini mempunyai 1 orang cucu dari hasil penikahan anak keduanya yang bersuamikan pria asal Maroko ini berkeinginan untuk menggelar pesta pernikahan anaknya itu kembali di Gayo, dengan semua dengat adat dan istiadat Gayo.
“Mungkin dengan cara ini, akan menumbuhkan rasa ke-Gayo-an kepada anak-anak saya, dan berharap anak bungsu saya Ahmad Zulkifli (25) dapat mempersunting wanita Gayo menjadi istrinya, saya ingin dia menikah dengan beberu (gadis-red) asal Gayo, agar tidak lupa akan tanah kelahiran ayahnya”, kata Najib penuh harap.
Bukan hanya itu, Najib berkeinginan membawa Gayo ke luar dalam segala hal, agar semakin banyak urang Gayo yang menjadi pelaku dalam setiap aspek usaha perekonomian terutama Kopi Gayo yang kini sudah mendunia.
“Saat ini banyak pelaku kopi bukan dari putra Gayo, melainkan banyak orang yang masuk ke negeri ini dan sangat sedikit dari putra Gayo yang memanfaatkan bisnis ini, dari itu dibutuhkan komunikasi dan berani berspekulasi agar lahir enterprenuer-enterprenuer muda di negeri ini”, kata Najib, pemilik hotel di jalan Empun Mogan No 2, Hotel Darussalam, Senin (2/4/2012).
Menurutnya urang Gayo memiliki kecerdasan yang luar biasa, hal ini dibuktikan dengan banyaknya urang Gayo yang sukses meniti karier diluar daerahnya sendiri. Akan tetapi hanya sedikit dari mereka yang mau pulang ke tanah kelahirannya.
Hal ini disebabkan karena ruang gerak dan tidak banyaknya sumber pencaharian dibidang usaha di Gayo, hal ini menjadi catatan tersendiri bagi mereka, kenapa mereka tidak mempunyai inisiatif sendiri untuk menciptakan peluang usaha itu sendiri di sini. Padahal di Gayo ini sangat banyak peluang untuk menciptakan peluang usaha itu, hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan dari anak negeri ini, kata Najib.
Ditambahkannya, jika mau melihat Gayo lihatlah dari dalam jangan melihat Gayo dari luar, ini yang terjadi di negeri ini, sehingga banyak urang Gayo yang pulang kesini salah menilai Gayo, contohnya tokoh Gayo yang telah lama meninggalkan Gayo, dan memiliki popularitas ditempat dia bekerja, pulang ke Gayo ingin menjadi pemimpin, akan tetapi kalah bersaing, padahal di Gayo dia dikenal oleh masyarakat Gayo yang sukses diluar. Hal ini lah menjadi penilaian tersendiri bagi Najib, bahwa janganlah melihat Gayo dari luar tapi lihatlah langsung kejantungnya, agar mengerti permasalahan yang terjadi.
Dari segi pendidikan, Najib menilai saat ini sangat jarang urang Gayo yang melanjutkan pendidikannya ke luar negeri terutama di universitas-universitas top dunia, hal ini yang menjadi bahan pemikirannya, dirinya berinisatif akan membuat sebuah asrama khusus anak muda Gayo yang berkeinginan melanjutkan studynya di Boston – Amerika. Dia memilik tanah seluas 3 hektar disana dan saat ini dirinya sedang mencari pihak yang mau diajak bekerja sama baik pemerintah maupun individu-individu yang punya persepsi dengannya.
Dia ingin menjawab sebuah persoalan yang menjadi penghalang urang Gayo male muranto, “Gere mutenelen”. Ayo ke Amerika bersama saya, ko mera ke ?, tantangnya dalam bahasa Gayo. (Darmawan Masri, Khalisuddin)