Oleh: Sabela Gayo*
WANITA merupakan sosok yang paling penting dan strategis dalam proses pembangunan sosial kemasyarakatan. Karena wanita adalah orang yang paling punya pengaruh dalam mendidik anak-anaknya menjadi satu generasi yang baik, islami, bermartabat dan berpengaruh luas dalam melakukan perubahan sosial.
Gayo bukan tidak memiliki sederet nama pahlawan-pahlawan wanita yang demikian agungnya sudah menorehkan satu sejarah pengabdian tertingginya bagi kemajuan peradaban masyarakatnya, diantaranya adalah Datu Beru, Inen Mayak Pukes dan Inen Mayak Teri. Ketiga wanita tersebut telah menorehkan satu sejarah perjalanan perjuangannya dengan tinta emas baik dalam konteks sejarah Aceh maupun Gayo.
Hari ini peran wanita di Gayo terlihat semakin hari semakin melemah seiring dengan minimnya tokoh-tokoh wanita Gayo yang muncul ke permukaan dalam melakukan rekayasa perubahan sosial disekitar lingkungan masyarakatnya. Hal itu mungkin disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi minimnya kemunculan tokoh-tokoh wanita dalam proses pembangunan di Gayo yaitu: Kurangnya kesadaran para wanita terkait dengan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat, Kurangnya Kemauan para wanita untuk berbuat sesuatu yang berharga dalam proses perubahan sosial dilingkungan masyarakatnya, dan melemahnya pengaruh hukum adat Gayo dan sistem tata adat Sarakopat di dalam lingkungan sosial masyarakat Gayo.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi minimnya peran wanita dalam proses pembangunan di Gayo yaitu: kurangnya informasi terkait dengan partisipasi wanita dalam pembangunan, lemahnya tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh kaum wanita di Gayo. Kurangnya akses yang diberikan oleh masyarakatnya kepada wanita untuk terlibat dalam proses perubahan sosial dan adanya penafsiran yang salah dari masyarakat tentang posisi/peran wanita sebagai pemimpin dalam islam.
Dalam Islam banyak contoh atau suri teladan yang bisa dijadikan alat untuk memotivasi para wanita di Gayo agar berperan aktif dalam proses pembangunan Gayo antara lain; Asma’ binti Abu Bakar yang berhasil mendidik anaknya Abdullah bin Zubair sehingga ia menjadi pahlawan islam yang terkenal. Asma’ binti Abu Bakar selalu menanamkan prinsip ”Isy kariman au mut Syahiidan (Hiduplah Mulia atau Mati Syahid)”. Nuwair binti Malik yang mendidik anaknya Zaid bin Tsabit sehingga menjadi orang yang memiliki kepandaian dalam menulis wahyu dan menghapal alqur’an. Sampai hari ini umat Islam selalu mengenang jasa-jasa Zaid bin Tsabit dalam mengabadikan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Kemudian ada Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anak lelakinya pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Keteladanan dan keteguhan hati Shafiyyah dalam menanamkan karakter gemar beribadah, mencintai ilmu pengetahuan dan gemar ke mesjid ternyata berhasil menjadikan anaknya sebagai ahli hadits dan imam mahzab, siapa yang tidak kenal dengan Imam Ahmad dan dialah anak Shafiyyah.
Selanjutnya ada Ummu Habibah yang selalu mendoakan anaknya yaitu Muhammad bin Idris agar memperoleh keberhasilan dalam menuntut ilmu dengan doa’nya yaitu ”Ya Allah tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keradhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon pada-Mu ya Allah permudahlah urusannya, peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya, agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna”. Anak itupun kemudian berhasil menjadi ahli hadits dan ulama mazhab yang terkenal. Kita mungkin tidak akrab dengan nama aslinya yaitu Muhammad bin Idris tapi kita pasti mengenal nama besarnya; Imam Syafi’i.
Nama-nama tersebut diatas merupakan beberapa contoh betapa penting dan strategisnya peran seorang wanita khususnya yang sudah berstatus sebagai ibu dalam mendidik anaknya agar menjadi generasi penerus bangsa yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara. Hal itu patut menjadi renungan bersama dalam upaya meningkatkan peran wanita dalam proses pembangunan masyarakat Gayo.
Peran wanita dalam pembangunan Gayo tidak harus selalu diterjemahkan dengan terjun secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang beraroma politik atau keorganisasian semata. Namun yang lebih penting dari itu semua adalah peran wanita dalam melakukan upaya-upaya penyadaran dan menciptakan satu generasi muda Gayo yang kuat, ulet, pemberani, tangguh, dan sadar budaya dan bahasa Gayo.
Sebelum para wanita Gayo melakukan upaya-upaya penyadaran terhadap anak-anaknya di dalam lingkungan keluarganya masing-masing, mungkin langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan kegiatan penyadaran terlebih dahulu terhadap semua kaum wanita yang ada di Gayo melalui suatu program yang terarah dan terencana. Barangkali sebagian wanita di Gayo sudah ada yang sadar akan perannya tersebut tetapi belum maksimal dalam melakukan upaya tersebut. Yang lebih perahnya lagi mungkin masih banyak kaum wanita di Gayo yang belum sadar sama sekali akan perannya bahkan tidak mau tahu dengan peran tersebut. Diperlukan munculnya satu kesadaran kolektif dari kaum wanita di Gayo bahwa perannya dalam proses pembangunan masyarakat Gayo sangat dibutuhkan dan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan dan perekayasaan sosial munculnya satu generasi yang berilmu pengetahuan baik umum maupun agama dan sekaligus sadar budaya dan bahasa Gayo.***
*Mahasiswa Program Ph.D.in Law at College of Law, Government and International Studies of University of Northern Malaysia (UUM).