Tangerang | Lintas Gayo – Aceh sudah mulai kehilangan tokoh. “Dulu, Aceh punya Tengku Daud Beureueh dan Tengku Ilyas Leube. Sekarang, tidak ada lagi yang seperti mereka. Mereka punya kharisma dan wibawa,” kata M. Yacob Nasution beberapa waktu lalu di Ciledug, Tangerang.
Mantan pegawai Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu, menyebut Tengku Ilyas Leube sebagai Singa Takengon. “Pas perang, dia tidak peduli. Dia terus maju. Nggak ada takutnya,”ungkapnya. Bahkan, sebutnya lagi, seringkali Tengku Ilyas Leube hilang. Khususnya, saat balik kanan.
Dalam pertemannya dengan Ilyas Leube, tahun 1969-1974, Yacob menyebut, Tengku Ilyas Leube banyak mengislamkan orang-orang yang ada di tanah Karo, Sumatera Utara. “Dulu, dia kerap pergi berdakwah. Dan, dia bisa juga berbahasa Karo. Saya dukung abang berdakwah, tapi sebaiknya usaha di Lampahan dikelola. Akibatnya, ada yang dipakai buat dakwah. Sebaliknya, ada yang tinggal buat keluarga,” sarannya kepada Tengku Ilyas Leube ketika itu.
Ulama besar Aceh itu pun kemudian menanggapi positif masukan Yacob, sapaan M. Yacob Nasution. Saking akrabnya, sebutnya, saat ketemu, beliau meminta rokok padanya. “Yacob, minta rokok mu dulu,” tuturnya. Bahkan, langsung mengambil dari kantong saya. Beliau sering juga di rumah, dekat penjara ketika itu—sekitar Losmen Fajar dan Gedung Olah Raga/Kantor KONI sekarang.
Selain Tengku Ilyas Leube, Yacob dekat pula dengan Prof. Baihaqi AK, Abdullah Aman Nur, Tengku Saleh Adri, Tengku Jali, dan tokoh-tokoh penting Gayo ketika itu. (al-Gayoni)