SEJAK dicanangkannya sebagai kota Wisata Islami, Banda Aceh semakin ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun manca Negara. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung, banyak fasilitas-fasilitas umum dijadikan sebagai tempat wisata berupa panorama alam dan sebagainya.
Selain wisata alam, salah satu tempat wisata kuliner yang tidak asing lagi di Kota Rencong tersebut adalah Warung Kopi (Warkop). Dimata masyarakat Aceh, warkop bukanlah sekedar tempat persinggahan biasa atau untuk meminum kopi saja, tapi warung kopi juga dimamfaatkan oleh sejumlah masyarakat sebagai tempat perkumpulan dalam berbagai kegiatan seperti diskusi dan mencari imformasi dengan mengakses Internet, sebab warung kopi yang ada di Banda Aceh dominan dilengkapi dengan fasilitas WiFi.
Warung kopi di Banda Aceh juga terdapat dalam beberapa jenis, ada yang khusus sebagai tempat minum kopi sambil mengakses Internet, ada yang dijadikan sebagai tempat berkreasi oleh beberapa perkumpulan anak muda seperti kesenian dan sosial, serta ada juga warung kopi tanpa fasilitas WiFi karena memang dikhususkan sebagai tempat berdiskusi oleh masyarakat umum, pengusaha, mahasiswa, LSM, aktivis, dan lain sebagainya.
Seperti warung kopi Solong misalnya. Warung kopi yang terletak di simpang 7 Ule Kareng yang berdiri sejak tahun 1974 tersebut semenjak berdiri sampai sekarang tidak pernah menyediakan fasilita WiFi.
Saat ditanyakan mengapa warung kopi tersebut tidak menyediakan fasilitas WiFi seperti warung kopi yang lain, salah satu pelayan di warung kopi tersebut menjelaskan bahwa Solong kupi memang sengaja tidak menyediakan fasilitas WiFi, ini sebagai tanda bahwa Solong kupi adalah warung kopi tradisioni. Warung kopi ini selain tempat beristirahat, memang biasa dipakai oleh pengunjung sebagai tempat berdiskusi. Jadi jika ada WiFi, bisa-bisa kebudayaan diskusi yang telah lama dilakukan oleh para pengunjung menjadi hilang.
Adan salah satu mahasiswa yang juga penikmat kopi mengungkapkan, sekarang warung kopi banyak dijadikan para mahasiswa untuk menggali informasi. Tidak jarang informasi-informasi yang bermamfaat didapatkan saat berdiskusi di warung kopi. “Karena tidak jarang disana saya akan mendapatkan teman-teman baru di warko,” terang Adan.
Adan menambahkan, sekarang yang menjadi permasalahannya, tidak jarang juga warung kopi dijadikan hanya sebagai tempat duduk biasa saja, terkadang satu kelompok yang duduk di satu meja tidak ada berkomunikasi selama mereka duduk yang sampai berjam-jam lamanya, karena lalai dengan hiburan yang ada di Internet.
Seharusnya selain duduk untuk mencari hiburan di Internet, gunakan fasilitas tersebut untuk berdiskusi untuk memperluas wawasan dengan teman-teman yang lain baik dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, atau pemerintahan.
“Karena tidak jarang, forum kecil yang terdapat di warung kopi bisa menghasilkan sebuah karya yang besar,” ujar Adan sambil menyuguh kopi Solong yang terkenal di Aceh itu.(Supri Ariu/red.04)