Takengon | Lintas Gayo – Sulitnya memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) di Takengon dan sekitarnya ternyata memberi berkah kepada sebagian pengusaha jasa angkutan seperti Labi-labi, khususnya jurusan Takengon-Toa Kecamatan Pegasing.
‘Penghasilan saya meningkat sejak sulitnya mendapatkan bensin, armada angkutan labi-labi jurusan Toa berkurang yang beroperasi,” kata Aman Dian, warga Uning Pegantungen kecamatan Bies yang sejak puluhan silam berprofesi sebagai pengusaha jasa angkutan umum, Rabu (9/5/2012).
Biasanya, kata Aman Dian, ada sekitar 80 unit labi-labi yang beroperasi setiap harinya, dan karena ada rekan-rekannya yang tidak mendapatkan bensin maka labi-labinya tidak beroperasi. “Untuk memperoleh bensin ya mesti sabar dan jeli melihat kesempatan, terutama saat dinihari agar tidak terjebak antri,” kata Aman Dian.
Biasanya penghasilan Aman Dian rata-rata Rp.150 ribu kotornya, namun sejak sulitnya mendapatkan bensin, meningkat mencapai Rp.250 ribu dengan 6 sampai 10 kali pulang pergi (pp) Takengon-Pegasing. Untuk bensin, diungkapkan Aman Dian perharinya dibutuhkan sekitar 10 – 11 liter.
Faktor kondisi mesin dan pisik labi-labi juga menentukan penghasilan. “Jika mobil kita ngadat-ngadat dan kelihatan tua, maka tentu jalannya tidak lancar dan penumpang akan pilih-pilih labi-labi yang ditumpangi. Selain itu juga faktor kejelian saat kapan waktunya berangkat baik dari Takengon atau dari arah Toa. Salah ambil start maka akan habiskan bensin saja kesana kemari,” ungkap Aman Dian sambil tertawa.
Untuk ongkos penumpang, menurut Aman Dian tidak ada kenaikan walau sulit dapatkan bensin. Masyarakat biasa dikenakan Rp.4 ribu, mahasiswa dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Rp.2 ribu dan pelajar Rp.1.000,-.
Yang Muda dan Masih Kuat Sebaiknya Bertani Saja
Ditanya tentang apakah memadai penghasilan sebagai pengusaha angkutan umum untuk menutupi kebutuhan keluarga, Aman Dian menganjurkan lebih baik bertani saja ketimbang berprofesi seperti dirinya, pemilik sekaligus sopir labi-labi.
“Yang muda-muda dibawah 40 tahun sebaiknya bertani saja lebih dahulu, jika tekun maka 2 – 3 tahun sudah nampak hasilnya, ya bisa beli tanahlah, buat rumah lah dan lain-lain. Memang agak lambat namun jangka waktu kita nikmati hasilnya lebih lama. Sementara dari labi-labi cepat dapat hasilnya namun habis untuk keperluan sehari-hari. Berhenti nyopir yang berhenti juga rezeki,” papar Aman Dian.
Dengan profesinya tersebut, Aman Dian hanya mampu membiayai satu anaknya di bangku kuliah dan satunya lagi di bangku SMP. “Jika lebih dari itu saya tidak sanggup. Dan untuk buat rumah, beli kebun dan labi-labi ini saya beli dari hasil kebun,” ungkap Aman Dian.(Kha A Zaghlul)