Perempuan Gayo

ACARA Keberni Gayo yang tayang setiap hari jum’at di Aceh TV Banda Aceh, setelah off beberepa minggu pada tanggal (11/05) tayang kembali dengan menghadirkan dua orang narasumber, pertama :  Zuhra Ruhmi (Mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan Matematika IAIN Ar-Raniry Banda Aceh) dan kedua : Syamsiah (Mahasiswa FKIP jurusan Bimbingan Konsling Unsyiah).

Kedua narasumber yang aktif berorganisasi ini mengawali paparan keduanya tentang kondisi perempuan yang ada di kalangan masyarakat Gayo, mereka menyebutkan bahwa memposisikan perempuan menjadi kelas dua setelah laki-laki masih terlihat. Sebagai bukti mereka katakan, dimana ketika ada sebuah acara seperti kegiatan remaja mesjid atau kegiatan lain, tokoh agama dan tokoh adat belum merelakan ketua panitia dijabat oleh perempuan, kendati pada akhirnya kegiatan tersebut dapat berhasil dengan baik.

Contoh lain mereka sebutkan, jumlah perempuan (mahasiswi) yang kuliah di Perguruan Tinggi yang mengambil jurusan atau prodi keguruan lebih banyak dari laki-laki (mahasiswa), namun realitanya jumlah perempuan yang menjadi kepala sekolah sangat sedikit. Ini menunjukkan bahwa perempuan belum siap menjadi penggerak terdepan dalam bidang pendidikan, ketidak siapan ini boleh jadi disebabkan oleh perempuan itu sendiri tapi boleh juga karena orientasi atau kebijakan yang berlaku.

Ketika ditanya sejauhmana peranan perempuan untuk mencerdaskan kehidupan manusia, kedua nara sumber menyebutkan bahwa rumah tangga adalah sukolah pertama (madratul ula) dan ibu adalah guru pertama (mudarrisatul ula). Artinya pelajaran yang diterima oleh anak-anak dari ibu sangatlah berpengaruh kepada pengembangan kepribadian anak. Anak akan bertutur kata baik apabila ibu mengajarkan kosa kata yang baik, anak-anak akan berbahasa dengan tutur kata yang buruk ketka orang tua mengajarkan kosa kata yang buruk. Anak-anak akan bersikap sopan, bila sang ibu mengajarkan tata kerama yang baik dan akan menjadi bandel bila sang ibu tidak mengajarkan tata kerama yang tidak baik.

Secara pribadi kedua narasumber mempunyai pengalaman yang berbeda. Syamsiah, seorang mahasiswi yang lahir di Wih Ni Bakong dari seorang ibu yang mencari nafkah dengan profesi bertani, merasa bahwa pendidikan yang ditempuh sejak Sekolah Dasar sampai hari ini seolah ada pembiaran, si ibu tidak bernah bertanya tentang apa pelajaran besok hari, ibu juga tidak pernah bertanya bagaimana dengan pelajaran yang berikan setiap harinya. Sampai-sampai pada pemilihan jurusan ketika masuk ke Perguruan Tinggi, ibu hanya mengucap “terserah ku ko, jeroh ke kene ko, keta jeroh. Aku gere kubetih”. Kendati demikian Syamsiah mengakui behwa ia belajar bersama abang dan kakaknya yang kebetulan usia dan kelasnya lebh tinggi.

Sedangkan Zuhra yang lahir di Asir-Asir Atas memiliki ibu yang berprofesi sebagai guru dan bapak pedagang, beliau mengaku peran ibu sangat dirasakan dalam hal pendidikan, ibu beliau mampu mengajarinya tentang mata pelajaran-mata pelajaran pada tingkat Sekolah Dasar. Namun ketika ia beranjak ke jenjang Sekolah Menengah sang ibu tidak sanggup lagi mengajar mata pelajaran tingkat SLTP/SLTA, walaupun demikian menurut pengakuannya bahwa ia memilih kuliah dan mengambil jurusan Matematikan karena profesi ibu sebagai guru dan ayah sebagai pedagang.

Dari pengalaman mereka berdua tentang bagaimana pentingnya peran ibu dalam mendidik anak, maka sangat disayangkan masa depan generasi Gayo. Apabila para perempuan Gayo tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena tidaklah mungkin seorang ibu yang tidak mempunyai ilmu mengajarkan ilmu kepada anaknya, tidaklah mungkin seorang ibu yang tidak memilki kemampuan teknologi menjadikan anaknya sebagai orang yang ahli teknologi. Demikian juga dengan agama, rendahnya nilai-nilai agama yang kita rasakan sekarang ini tidak terlepas dari pemahaman agama yang dimiliki oleh orang tua kita.

Lalu bagaimana dengan generasi penerus yang akan membangun Gayo, bila guru-guru pertama dan sekolah pertama tidak menanamkan fondasi yang kuat terhadap anak didik mereka. (Jamhuri | Keberni Gayo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.