Perpustakaan Tanpa Tumpukan Buku

Catatan : Muhammad Syukri

BUKU adalah jembatan ilmu, begitu kata-kata bijak yang sering diucapkan orang. Kata bijak itu sungguh sangat benar, karena buku menyediakan banyak informasi. Dari berbagai buku, orang bisa menggali dan mengembangkan kembali ilmu pengetahuan berdasarkan tulisan-tulisan yang sudah ada.

Demikian pula halnya bagi anak-anak sekolah, baik tingkat SD, SMP maupun SMA membutuhkan buku bacaan dan buku pelajaran. Buku-buku itu diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolahnya. Tentu saja, semua guru maupun orang tua siswa sangat berharap dapat melengkapi buku bacaan dan buku pelajaran bagi anak maupun siswanya.

Beberapa toko buku di Kota Takengon memang menyediakan sejumlah buku pelajaran dengan harga bervariasi. Terkadang, kita tidak menemukan buku pelajaran yang direkomendasikan oleh guru sehingga sang siswa harus belajar tanpa bahan bacaan. Menghadapi kendala ini, sejumlah siswa terpaksa memfotocopy buku yang dimiliki teman-temannya dengan biaya yang cukup besar.

Sebenarnya, sejak Kemendiknas meluncurkan situs http://bse.kemdiknas.go.id/ dengan motto “bermutu dan terjangkau untuk semua,” maka kesulitan memperoleh buku bacaan maupun buku pelajaran untuk semua siswa sudah dapat diatasi. Situs itu menyediakan berbagai buku sekolah elektronik (BSE) yang sesuai dengan kurikulum terkini. Masuk ke situs itu ibarat masuk ke perpustakaan tanpa tumpukan buku, karena kita bisa langsung membaca buku elektronik dengan berbagai judul melalui layar monitor komputer.

Buku sekolah elektronik (BSE) itu bisa juga diunduh (download) dan disimpan dalam personal computer (PC) atau laptop masing-masing. Bisa juga diprint out menjadi hard copy (dijilid jadi buku). Tidak perlu khawatir mengunduh BSE, karena buku-buku itu memang disediakan untuk rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan motto situs itu “bermutu dan terjangkau untuk semua.”

Kalaulah para tenaga pengajar mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA sudah familier dengan teknologi informasi (TI) sangat memudahkan mereka dalam proses belajar mengajar. Bapak dan ibu guru tidak perlu lagi membawa tumpukan buku ke ruang kelas, tetapi cukup membawa laptop yang berisi puluhan bahkan ratusan buku didalamnya.

Begitu berada di ruang kelas, laptop tadi di-connect dengan infokus atau proyektor, maka lembaran BSE akan tampil di layar (dinding). Bisa dibayangkan, bagaimana senangnya siswa yang diajak gurunya untuk menonton “layar tancap” dengan materi ilmu pengetahuan. Semua mata tidak berkedip memandangi lembaran-lembaran BSE yang terpampang di layar (dinding) dalam ruang kelas.

Memang ada kendalanya, selain karena sejumlah guru masih mengidap syndrome “gagap teknologi,” juga masih banyak sekolah yang belum terjangkau aliran listrik yang stabil. Disamping itu, masih banyak pula sekolah yang belum memiliki perangkat proyektor. Kendala aliran listrik maupun perangkat proyektor, kemungkinan bisa diatasi dengan cepat. Namun, masalah sumber daya manusia (guru) yang bisa mengoperasionalkan perangkat teknologi informasi memerlukan waktu yang lama untuk mendidiknya.

Buktinya, belum semua guru merekomendasikan penggunaan BSE untuk siswanya. Terkadang alasannya sangat sederhana, bahwa buku BSE tidak dijual di toko-toko buku yang ada. Oleh karenanya, mereka lebih suka merekomendasikan buku tertentu yang harganya cukup mahal. Dipikir-pikir, koq jadi aneh. Soalnya, sudah tersedia BSE yang sangat murah dan mudah didapat tetapi kenapa masih direkomendasikan penggunaan buku-buku yang lebih mahal?

Boleh jadi, bahwa mereka belum mengetahui tentang tersedianya BSE yang bisa difotocopy atau diunduh. Namun, rasanya tidak mungkin jika seorang guru atau administrator pendidikan yang merupakan “gudang pengetahuan” belum memperoleh informasi tentang ketersediaan BSE. Kalaupun pemerintah daerah setempat belum mampu mengadakan buku-buku itu, setidak-tidaknya pihak sekolah harus menyediakan masternya untuk difotocopy oleh semua siswa.

Sudah saatnya sekolah-sekolah harus memanfaatkan BSE dalam proses belajar mengajarnya. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bahwa rendahnya capaian nilai belajar siswa disebabkan oleh ketidaktersediaan buku pelajaran. Lebih sempurna lagi jika BSE itu bisa ditampilkan para guru di layar (dinding) dengan menggunakan proyektor. Barangkali siswa mangkir akan makin berkurang, karena mereka ingin nonton “layar tancap” di ruang kelasnya. Untuk itu, mari manfaatkan teknologi informasi untuk memudahkan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah.

*Pemerhati pendidikan, tinggal di Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.