Dua Seniman ASEAN Puji Puisi dan Didong “Bus trasjakarta”

DUA seniman muda ASEAN ikut mengagumi pembacaan puisi dan pertunjukkan tarian didong yang digelar Fikar W. Eda, di atas bus Trans Jakarta jurusan Cililitan-Grogol, Minggu siang. Didong adalah seni pertunjukkan asal Gayo, Aceh Tengah.

Rithisal Kang, seniman tari asal Phnom Penh, Kamboja, kepada Atjeh Post mengatakan ide semacam ini sangat menarik, untuk mendekatkan seniman dan karyanya kepada masyarakat awam. Hanya saja, pertunjukkan seni di dalam transportasi publik memang perlu perencanaan yang matang, kata Kang.

“Saya suka idenya, karena Fikar sengaja menanti dan mengundang orang-orang untuk melihat pertunjukkannya secara langsung. Saya kira setiap seniman di ASEAN harus melakukan cara-cara seperti ini, supaya masyarakat percaya bahwa seni urban (perkotaan) adalah bagian dari kehidupan mereka juga, itu bagus. Saya pribadi tidak kenal dengan Fikar, tapi saya pikir satu saat saya harus berkunjung ke Aceh,” kata Rithisal Kang.

Seterusnya Kang menilai ekonomi ASEAN kini sedang berkembang pesat. ASEAN secara ekonomi kini lebih baik namun di waktu yang sama masyarakatnya juga harus tetap dapat menikmati seni dari negeri sendiri.

Sementara Eisa Jooson, penari asal Filipina, mengaku ini baru pertamakali melihat pertunjukkan seni kontemporer di dalam transportasi publik.

“Ini menarik karena seniman yang tampil di depan publik dalam transportasi umum itu belum pernah saya lihat. Di Manila pun belum pernah ada. Saya apresiasi pertunjukkan hari ini,” kata Eisa Jooson.

Rithisal Kang dan Eisa Jooson berada di Jakarta dalam rangka Indonesian Dance Festival ke-11, yang sedang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 1-9 Juni 2012.

Di atas bus, duapuluh laki-laki dalam pakaian adat Gayo terus bernyanyi, bertepuk tangan riuh, dan menggoyang-goyangkan badan dan kepala seirama musik dan langgam lagu.

Diantara permainan musik itu, di saat jeda Fikar W. Eda membacakan puisi-puisinya. Ia “meneriakkan” soal-soal yang biasa diperbincangkan masyarakat kota Jakarta yang majemuk; mulai dari banjir, macet, korupsi, sikap para politisi, nostalgia kampung halaman, dan masih banyak lagi.

Menurut penyair dan wartawan kelahiran Bireun, 8 Mei 1966 ini, bus Trans Jakarta adalah moda angkutan umum yang paling banyak digunakan warga Jakarta, termasuk para musisi dan penari Didong yang tampil.

“Aslinya didong ini dalam bahasa Gayo, namun yang kami tampilkan hari ini semua dalam bahasa Indonesia supaya penumpang umum bisa mengerti, dan mengambil satu tema tunggal yaitu “Jakarta”. Saya pilih rute Cililitan-Grogol ini karena praktis saja, karena ini bisa gandeng jadi satu gerbong bisa saya manfaatkan untuk musisi dan gerbong lainnya untuk penumpang lain,” kata Fikar yang tampil mengenakan baju khas Gayo warna hitam dengan sulaman bunga warna merah, kuning, oranye. Sebelumnya, beberapa anak ikut pula tampil membacakan puisi dan bermain biola.

Proyek seni urban ini adalah bagian dari tugas akhir program S2 yang sedang dikerjakan oleh Fikar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pembimbing tesis Fikar, Profesor Sardono W. Kusumo, juga ikut menyaksikan pertunjukkan khas siang itu, bersama politisi PKS Nasir Djamil yang baru pertamakali naik bus Trans Jakarta.

“Ini baru pertamakali saya naik Trans Jakarta. Enak juga,” kata Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu sambil tertawa.

Seterusnya ia katakan bahwa kesenian Aceh yang tampil membumi ini ada baiknya dijadikan tradisi oleh pemerintah DKI Jakarta.

“Idenya unik. Tidak banyak orang yang kenal dengan seni budaya Aceh,” kata Nasir Djamil.

Salah satu penumpang, Mirwan, menilai seni daerah memang perlu lebih banyak ditampilkan di muka umum, jangan hanya di televisi atau dalam upacara seremonial saja.

“Ini sebetulnya bagus supaya kita-kita ini rakyat biasa dan kebudayaan kita, itu kehadirannya tidak hanya untuk kaum elit saja. Seni yang ditampilkan ini membuat kita akrab satu sama lain, merasa senasib sepenanggungan karena sama-sama di atas bus,” ungkap Mirwan yang mengaku sudah 20 tahun menetap di Jakarta.(Sumber : The Atjeh Post)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.