Niat Puasa Non Aktifkan Rasa Lapar?

Catatan : Muhammad Syukri*

Marhaban ya Ramadhan, selamat datang Ramadhan, selamat datang bulan penuh maghfirah.Ā Itulah bentuk ungkapan gembira dan bahagia. Ungkapan kerinduan dari orang-orang beriman atas datangnya bulan suci Ramadhan. Disamping ungkapan, kegembiraan datangnya bulan Ramadhan diikuti pula dengan penyambutan yang sangat meriah, baik berbentuk pawai, membersihkan tempat ibadah, dukungan konsumsi, bahkan sampai kepada penyiapan mental dan fisik agar ibadah puasa dapat dilaksanakan dengan sempurna selama sebulan.

Mayoritas ummat Islam (terutama orang-orang beriman) begitu gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan, namun tidak pula disangkal jika masih terdapat ummat Islam yang kurang gembira atas datangnya bulan penuh maghfirah ini. Sesuatu yang sangat wajar, karena Allah SWT dalam QS 2:183 mewajibkan puasa hanya kepada orang-orang beriman. ā€Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.ā€

Alhamdulillah, terhadap mereka yang gembira atas datangnya Ramadhan, dapat diyakini bahwa mereka telah memahami makna puasa sebagai sebuah kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Sebaliknya, bagi mereka yang kurang bergembira atas datangnya bulan Ramadhan, mungkin, mereka belum memperoleh kefahaman terhadap makna dan manfaat ibadah puasa. Boleh jadi, dalam pandangannya, ibadah puasa menjadi beban yang dapat menyebabkan mereka lapar dan dahaga, serta mengurangi kesempatannya untuk menikmati makan dan minum secara bebas.

Kefahaman terhadap makna puasa hanya terdapat pada orang-orang yang beriman, karena mereka sangat yakin bahwa puasa adalah bentuk kasih sayang AllahĀ Ar-Rahim kepada hamba-hambaNya, bukan sebagai sebuah beban yang memberatkan. Dengan penuh keyakinan, ikhlas dan Lillahi Taā€™ala, mereka rela dan begitu gembira mengikuti sebuah training center selama sebulan penuh dengan ā€metode dan kurikulumnyaā€ langsung berasal dari Allah Azza wa Jalla yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW.

Mengapa perintah puasa merupakan bentuk kasih sayang Allah Ar Rahim? Sesungguhnya Allah Sang Khalik sangat menyayangi kita, hamba-hambaNya, sehingga tidak ingin hidup kita menderita dan menghadapi berbagai kesulitan. Walaupun dalam keseharian, kita masih menemukan manusia yang tidak menyayangi dirinya sendiri, bahkan menzalimi dirinya dengan tidak memberikan kebutuhan spiritual bagi jiwanya. Membiarkan jiwanya kosong dari zikir dan ibadah. Nauzubillahiminzalik.

Lalu apa tujuan utama ibadah puasa? Untuk mengubah kualitas jiwa kita agar menjadi lebih terkendali (lebih bertaqwa). Mengapa untuk melatih pengendalian diri harus melalui proses lapar dan dahaga? Agus Mustopa dalam buku ā€Untuk Apa Berpuasa?ā€ menyebutkan bahwa (1) lapar dan dahaga adalah sebuah proses yang mengakibatkan kesehatan kita mencapai kondisi yang seimbang kembali setelah sekian lama dibebani metabolisme yang berlebihan; (2) lapar dan dahaga adalah kondisi kritis manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, yang bisa digunakan untuk melatih pengendalian diri secara kejiwaan. Disini kita bisa berlatih keteguhan jiwa dalam suasana krisis; (3) lapar dan dahaga juga digunakan untuk mengingatkan kita tentang kondisiĀ orang-orang yang kurang beruntung disekitar kita; dan (4) lapar dan dahaga menyebabkan kita teringat terus bahwa kita sedang dalam kondisi berlatih untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan yang tujuan akhirnya adalah penyerahan diri kepada Allah SWT.

Disisi lain, pola makan kita yang tidak sesuai dengan ā€jam kerjaā€pencernaan menyebabkan sejumlah makanan tidak terserap oleh tubuh sehingga menjadi racun dan bakteri yang merupakan sumber penyakit. Tentu saja racun ini harus digelontorkan (dibuang) agar tidak terjadi penumpukan. Kapankah waktunya? Pada bulan yang penuh maghfirah inilah waktunya. Sebab, dibulan puasa, organ tubuh kita mempunyai waktu untuk istirahat, dan atas izin-Nya, tubuh kita membersihkan racun sisa metabolisme dari usus, ginjal, dan organ-organ yang lain. Organ tubuh yang rusak (cedera) berkesempatan melakukan proses penyembuhan.

Lha, mengapa organ tubuh kita berkesempatan untuk istirahat, kok pada hari-hari diluar Ramadhan, organ tubuh kita tidak sempat istirahat? Ini sangat terkait dengan niat yang kita lafalkan menjelang sahur: Nawaitu shauma ghadin ā€˜an adaa-i fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi taā€™ala (Aku berniat puasa esok hari menunaikan kewajiban ramadhan tahun ini karena Allah Taā€™ala). Niat yang dilafalkan dengan tulus dan ikhlas, menjadi perintah kepada otak untuk menonaktifkan semua organ yang terkait dengan rasa lapar dan haus.

Buktinya (jika niat itu dilafalkan dengan ikhlas) tidak muncul keinginan untuk minum kopi/teh pukul 10.00 pagi, tidak muncul keinginan untuk makan siang. Bagi perokok, tidak muncul keinginan mengisap sebatang rokok meski sebelumnya sangat sulit menghentikan kebiasaan merokok. Luar biasa anugerah otak (pikiran) yang dianugerahkan kepada manusia, masih pantaskah kita tidak mensyukuri nikmat-Nya?

Dengan demikian, sangat jelas bahwa ibadah puasa sangat menguntungkan manusia. Sangatlah rugi jika kita biarkan kesempatan emas ini berlalu begitu saja. Bagi mereka yang belum memahami tujuan dan makna puasa, perlu diberikan pemahaman bahwa puasa merupakan wujud kasih sayang Allah SWT kepada manusia. Oleh karena itu, berpuasa itu harus dengan iman dan penuh perhitungan sehingga Allah akan mengampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang, sesuai hadis Nabi Muhammad SAW: man shaama ramadhaana imaanan wahtisaaban ghufiralahu ma taqaddama mindanbihiā€¦.

*Pemerhati sosial budaya dan keagamaan, tinggal di Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.