Batam | Lintas Gayo – Penggagas grup SABA Group, Samsul Bahri, menolak penjualan peninggalan Reje Linge dan Datuk Imem Lumut. “Jangan sampai dijual. Karena, ini menyangkut sejarah, marwah, dan identitas orang Gayo,” tegasnya di Batam, Rabu (8/8/2012).
Karenanya, beliau mendukung sepenuhnya upaya yang dilakukan Forum Penyelamatan dan Pelestarian Peninggalan Reje Linge (FP3RL). “Kalau memang peninggalan tersebut benar dan ada (yang ada sama Erah Linge), kita dukung. Saya pun akan membantu sebisanya. Juga, menggalang dukungan dari teman-teman yang lain,” sebutnya lagi.
Menurutnya, bukti sejarah tersebut merupakan kekayaan sejarah Gayo dan menggambarkan keegaliteran Kerajaan Linge sebagai kerajaan pertama dan tertua di Aceh. “Kerajaan Lingga di sini saja masih punya hubungan dengan Kerajaan Linge. Mereka yang berbapak sama Linge,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, ajaknya, masyarakat Gayo sudah semestinya ikut andil. “Jangan sampai kita jadi orang yang merugi. Karena, tidak tahu asal usul sejarah kita. Kalau sampai warisan Gayo tadi terjual, sama artinya kita memberikan kepala kita sama orang lain,” katanya.
Jepang, kata Samsul mencontohkan, kenapa sampai mau membeli Samurai berapa pun harganya. Padahal, hanya dibuat dari baja biasa. “Nilai sejarah dan identitas yang ada pada Samurai itu yang mahal. Makanya, mereka maju. Karena, mereka tahu diri dan menghargai sejarahnya,” bandingnya (*).
Benda apa yang ditinggalkan Reje Linge?
Kalau pedang, saya pun bisa buat.
Kalau kampil, guci, buatan luar negeri jauh lebih hebat.
Jadi gak usah membangga2kan benda peninggalan reje itu,
nanti musyrik. Kalau yang ditinggalkan reje linge M-16 atau AK47 atau
granat kan bisa untuk bela diri.
Musyrik mengagung2kan pusaka…..