Guru Fauziah, Tak Kendur Mengajar Walau Rabun dan Tertatih

 

PENDIDIKAN merupakan salah satu tujuan hidup manusia untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan suatu bangsa. Yah kata-kata itu lah yang sering diungkapkan setiap orang tatkala berbicara soal pendidikan. Pendidikan pun tak terlepas oleh suatu peran yang sangat besar. Peran itulah yang mengantarkan semua manusia yang di didik menjadi sukses. Sosok peran itu adalah seorang guru yang ikhlas mengajarkan muridnya hingga menjadi pandai, tanpa mengenal ruang dan waktu. Inilah petikan yang disampaikan oleh seorang guru yang telah mengabdi sejak tahun 1981, Rabu 29 Agustus 2012 di Takengon.

Terhitung sudah 31 tahun lebih beliau mengabdi di SMA tertua yang ada di Takengon. Bahkan di usia yang tergolong senja ini semangat mengajarnya tak kendur termakan usianya.

Meski mata yang mulai merabun, tubuh yang mulai membungkuk, langkah kaki seakan tertatih melangkahi kelas demi kelas untuk sebuah amal yang akan diperhitungkan kelak di akhirat, Fauziah tetap menjadi panutan oleh rekan-rekannya di SMA tersebut.

Fauziah lahir di Takengon, 27 Juli 1953 menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) Negeri 2 Takengon tahun 1966, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Takengon tamat tahun 1969, SMA Negeri 1 Takengon tahun 1973. Setelah itu menyelesaikan pendidikan tingginya di PGSLP Medan tamat tahun 1973 setahun kemudian melanjutkan pendidikan guru nya di IKIP medan dan tamat tahun 1979.

Sebelum diangkat menjadi PNS, beliau mengajar sebagai tenaga honorer di SMA Negeri 2 Takengon, SMA Muhammadiyah Takengon, SMA Pegasing dan SMA Simpang Tige Redelong. Tahun 1981, beliau diangkat di SMA yang dulu menjadi tempat belajarnya SMA Negeri 1 Takengon hingga saat ini.

Kini usianya sudah mencapai 59 tahun, tinggal setahun lagi Fauziah akan mengakhiri masa-masa pensiunya sebagai guru. Hingga saat ini sudah ribuan murid diajarnya, sebagian mereka kini telah berhasil menjadi sukses.

Meski saat ini Fauziah sudah memasuki masa pensiunnya, tak menjadikan semangat sebagai seorang pendidik hilang termakan usianya. “Jikapun saya pensiun jiwa dan pikiran saya tetap sebagai guru yang sewaktu-waktu memberikan ilmu kepada orang lain, jabatan saya sebagai guru boleh dikatakan pensiun tapi hati dan jiwa saya tetap sebagai guru”, kata Fauziah.

Hingga saat ini tercatat ribuan siswa telah di didiknya di SMA tersebut. Statusnya sebagai salah satu guru senior manjadikannya sebagai panutan dan pembimbing bagi rekan-rekannya di SMAN 1 Takengon.

“Fauziah bagi saya sebagai orang yang dituakan di instansi saya bekerja, beliau sering memberikan masukan kepada dan naseha yang bermanfaat kepada saya, bagi saya Fauziah adalah sebagai rekan saya sebagai guru sekaligus sebagai guru saya dalam menjalankan tugas sebagai guru”, jelas Syahrun rekan kerja Fauziah di SMAN 1 Takengon.

Ibu dua orang anak ini di kenal rekan-rekannya sebagai guru dengan kedisiplinan dan ketulusannya dalam menjalani sebuah proses pembelajaran. Hal ini lah yang menjadi panutan bagi rekan-rekannya untuk menjadikan Fauziah sebagai salah satu sosok guru yang memiliki keikhlasan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

Diakhir kariernya sebagai seorang guru, Fauziah kini telah mempersiapkan diri guna menyambut masa itu.

“Saat ini saya sedang mempersiapkan masa itu, pasti sulit menghadapinya, biasanya setiap pagi saya pergi ke sekolah untuk bertemu dan bertatap muka dengan murid-murid dan rekan kerja saya, setahun lagi masa itu tidak akan datang lagi, kini saya sedang mempersiapkan aktivitas lain yang akan mengisi hari-hari saya sebagai seorang pensiunan guru, yang pasti hati dan jiwa saya akan tetap menjadi seorang guru”, pungkas Fauziah. (Darmawan Masri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.