Urutan 25 di PON Riau, Doto Zaini Diminta Reformasi Olahraga Aceh

Takengon | Lintas Gayo – Pegiat olahraga dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah, Zulkifli MD meminta Gubernur Aceh segera membenahi pengelolaan keolahrgaan di Aceh. Permintaan ini mengingat anjloknya prestasi olahraga pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 di Riau yang hanya diposisi ke-25 dari 33 Provinsi di Indonesia. Padahal dikabarkan telah mengabiskan dana hingga 25 Milyar Rupaih.

“Aceh adalah provinsi besar dan dikenal sebagai daerah modal, disegani dalam berbagai hal. Kenapa dunia keolahragaannya tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan seperti di PON Riau, padahal dana yang dikucurkan sangat banyak,” kata Zulkifli MD, Kamis 20 September 2012.

Dia menilai ada yang tidak beres dalam pengelolaannya, dan salahsatu sebabnya adalah terpusatnya kepengurusan cabang olahraga di Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh. Selain itu menurut Zulkifli juga personil kepengurusan Cabang Olahraga yang tidak profesional.

Saatnya pembinaan olahraga dipetakan sesuai karakteristik daerah di Aceh, saran pengurus Perkemi Aceh Tengah ini. Dicontohkan untuk olahraga bernilai wisata, maka dipusatkan di Sabang, Aceh Tengah dan Kuta Cane. Dan untuk olahraga perairan seperti renang dan selam di daerah pesisir serta di Aceh Tengah yang punya Danau Lut Tawar.

“Olahraga balap sepeda misalnya, yang saya tau persis sejak 2006 Kabupaten Aceh Tengah sangat serius dalam pembinaan prestasi yang berbuah prestasi atlitnya hingga tingkat nasional,” urai Zulkifli.

Namun karena ketidakbecusan Pengurus Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Provinsi Aceh dan KONI Aceh, lanjutnya, 3 orang atlitnya malah dipinang Provinsi Riau dan berhasil menoreh prestasi. Dan 2 atlit potensial Aceh sendiri di cabang ini malah dibatalkan dan diganti dengan atlit luar yang tidak jelas asal usulnya.

“Yang hebat itu anak sendiri diantaranya Syahrial Iman dan Fitri Diana putra-putri Aceh di balap sepeda, kenapa tiba-tiba diambil dari daerah lain yang terbukti tidak sumbang prestasi untuk Aceh,” kata Zulkifli seraya menimpali di cabang Karate juga kejadiannya sama, Asmaul Husna, putri Aceh yang juga bela Riau di PON dan dapat prestasi.

Zaman sekarang ditengah kemajuan informasi, penentu kebijakan jangan gagap, sindir Zulkifli. “Koneksi internet dimana-mana bisa. Seorang atlit yang berkeinginan kuat untuk berprestasi akan cari jaringan keluar Aceh jika tidak diakomodir di daerahnya sendiri”,  timpal Zulkifli.

Kedepan, Pemerintah Aceh harus lebih profesional mengawasi pengelolaan keolahragaan di Aceh. Baik di KONI Aceh maupun di Dinas terkait.

“Kami meminta Gubernur Doto Zaini untuk segera mengevaluasi dan membenahi KONI serta Dispora Aceh setelah PON ini. Jika perlu, pangkas saja semua personilnya, pasti kedepannya berhasil mengharumkan Aceh dari bidang olahraga asal saja diawali dengan niat yang luhur dan heroik seperti pahlawan dan raja-raja Aceh yang menjayakan Aceh dimata dunia,” pungkas Zulkifli MD.

Kontingen Aceh, sesuai urutan perolehan medali yang diterbitkan situs resmi PON XVIII Riau berada diurutan ke-25 dengan perolehan medali 3 emas, 5 emas dan 18 perunggu. Jauh dari target yang diberitakan di media lokal Aceh dengan perolehan 10 medali emas. (Win Aman/Red.03)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.