Oleh. Drs. Jamhuri, MA*
KETIKA mendengar kata penguasa masing-masing kita terbayang kepada kepemimpinan seseorang di suatu daerah atau wilayah, penguasa juga menggiring pemikiran kita kepada adanya orang-orang yang patuh kepada perintah sang pemimpin. Ketika seorang penguasa mendatangi suatu bagian daerah yang berada di bawah kekuasaannya beliau dihormati sebagai orang terhormat atau disanjung sebagai orang yang pantas disanjung.
Tapi sebenarnya makna penguasa bukanlah sesempit yang kita pahami, karenanya Nabi berkata “semua kamu adalah penguasa dan semua kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap penguasaanmu…”. Para ahli berpendapat apabila kamu menguasai sesuatu maka kamu akan menjadi penguasa terhadap sesuatu itu, dan apabila kamu tidak bisa menguasai sesatu maka kamu akan dikuasai olehnya.
Banyak upaya yang dilakukan ketika sesorang ingin menjadi penguasa, seorang pekerja bengkel berupaya keras mencari tahu akan honda atau mobil yang ia perbaiki, sehingga semua orang akan katakan bahwa ia adalah pekerja bengkel yang sangat menguasai pekerjaannya, tidak ada pelanggan yang ia kecewakan karena memang ia adalah penguasa terhadap pekerjaannya. Seorang guru menjadi penguasa terhadap mata pelajaran yang ia ajarkan, pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan mudah, tidak ada yang tidak merasa puas dengan ilmu yang diberikan.
Seorang petani bisa menjadi penguasa terhadap tanaman yang ditanam, mereka dapat menentukan ketika kapan tanaman akan berbuah dan dapat mengetahui kapan tanamannya tidak berbuah. Penguasa pertanian tidak lagi menumpukan pertanian mereka kepada musim, mereka dapat mengairi sawah mereka ketika musim kemarau dan mengeringkan sawah mereka ketika musim hujan. Mereka juga dengan kekuasaannya dapat meningkatkan hasil pertaniannya, sehingga luasnya tanah pertanian bukan menjadi ukuran bagi banyaknya produksi. Berbeda dengan petani tradisional yang sangat tergantung kepada musim hujan atau kemarau dan juga kepada luasnya lahan pertanian.
Seorang dokter akan menjadi penguasa terhadap ilmu yang dipelajarinya, ia akan mengetahui semua ilmu yang berhubunga dengan kedokteran. Menurut para ahli ilmu pengetahuan, bila seorang dokter ingin mengobati pasiennya maka janganlah sejak dari awal menumpukan keyakinan bahwa hidup dan matinya seseorang berada di Tangan Tuhan. Karena kalau hal itu dijadikan keyakinan awal maka ilmu yang didapat melalui pelajaran akan menjadi tidak sempurna. Dan bila berkeyakinan bahwa hidup matinya seseorang hanya semata berada di Tangan Tuhan maka tidak ada artinya sebuah usaha penyembuhan.
Sejarah mencatat bahwa orang Barat ketika ingin menjadi penguasa di suatu daerah atau negara, mereka terlebih dahulu harus mampu menguasai daerah atau negara yang ingin ia kuasai. Baik yang berhubungan dengan masyarakat yang menguni suatu daerah, seperti kekerabatan, tanggung jawab kekeluargaan, hubungan antar suku dalam suatu daerah, adat perkawinan, adat bertani atau juga yang berhubungan dengan bentuk negara dan pemerintahan yang berlaku. Setelah mereka mengetahui secara menyeluruh daerah atau negara tersebut barulah mereka dijadikan sebagai daerah jajahan.
Karena itu sesuai dengan apa yang dikatakan para ahli di atas, kalau ingin menjadi penguasa maka kuasailah apa saja yang ingin dikuasai. Bila ingin menjadi penguasa di sauatu daerah tertentu maka kuasailah seluruh apa yang ada di daerah tersebut, baik perekonomian, kekeluargaan dan hubungan antara satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat yang lain, di samping itu juga harus menguasa daerah yang akan dikuasai, karena sangat erat hubungan antara masyarakat dengan lingkungan dimana masyarakat itu berada. Namun kita tidak boleh juga melupakan apa yang telah disabdakan oleh Nabi, bahwa semua kekuasaan dan penguasaan akan dimintai pertanggung jawabannya, Karena sebenarnya mereka yang tidak dapat mempertanggungjawabkan penguasaannya bukanlah penguasa yang baik.