Jakarta | Lintas Gayo – Banyak yang tidak tahu prihal Gayo. Lebih-lebih, orang-orang di luar tanoh Gayo dan Aceh. “Banyak orang yang bertanya tentang Gayo. Mereka masih belum tahu Gayo,” ungkap Bukhari, Pembimbing Tim Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2012 SMA Negeri Modal Bangsa di Gedung D Lt 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Senayan Jakarta, Rabu (10/10/2012)
Hal itu dialaminya saat mendampingi Tim OPSI SMA Modal Bangsa yang jadi finalis dengan judul penelitian “Perpaduan Corak Kebudayaan Gayo dan Jawa dalam Perkawinan Antar Suku di Dataran Tinggi Gayo” dalam OPSI 2012 yang berlangsung sejak tanggal 7-13 Oktober 2012. “Mereka beranggapan bahwa Gayo adalah Aceh. Dalam pemahaman mereka, Aceh hanya didiami suku Aceh,” sebutnya.
Dalam penjelasannya kepada setiap pengunjung yang hadir dalam pameran (11/10/2012), Bukhari menerangkan bahwa Gayo berbeda dengan Aceh. Persamaannya, cuma berasal dari satu daerah administratif yang sama, yaitu (Propinsi) Aceh.
Bahkan, ungkapnya, salah satu keturunan raja di Maluku; Rahail, baru tahu soal Gayo saat melihat pakaian adat perwakinan Gayo dalam stand tersebut. Sebelumnya, dia cuma tahu Aceh. “Beliau sangat terkejut. Sampai-sampai, merinding bulu tangannya saat melihat pakaian adat Gayo,” aku laki-laki asal Aceh Selatan itu.
Penguatan Publikasi
Di tempat yang sama, penyair nasional asal tanoh Gayo, Takengon, Fikar W. Eda, menyatakan, perlu penguatan publikasi dan pendokumentasian Gayo. “Ini yang masih kurang, sehingga Gayo kurang dikenal di luar Aceh,” katanya.
Karenanya, saran Alumni Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu, semua elemen sipil baik di Gayo maupun di luar Gayo bersama pemerintah kabupaten mesti bergerak dalam pemaksimalan publikasi dan pendokumentasian Gayo.
“Kalau tidak, masalah ini tidak akan pernah selesai. Dan, kita sama saja dengan generasi Gayo sebelumnya. Karena, tidak pernah belajar dari kekurangan yang ada,” tandasnya (LG-006)