AGAMA memerintahkan kepada semua orang untuk memuliakan tamu, baik tamu itu dekat atau tamu yang datang dari jauh. Bentuk pemuliaan tidak diatur secara rinci oleh agama, karena itu pemuliaan yang diberikan berkaitan dengan budaya, sehingga bentuk pemuliaan sangat ditentukan oleh daerah dan masa pemuliaan itu diberikan.
Di sebagian masyarakat ditemukan, bahwa tamu yang secara kekerabatan dan kekeluargaan dekat maka untuk mereka tidak disiapkan tempat duduk di ruang tamu, tetapi mereka akan dipersilakan masuk melalui pintu samping rumah atau pintu yang menuju ke bagian dapur, untuk tamu yang tidak dekat baik secara kekerabatan dan kekeluargaan akan dipersilahkan masuk melalui pintu depan dan duduk di ruang tamu. Untuk sebagian masyarakat lagi mulianya tamua ada di ruang tamu.
Pemahaman terhadap budaya apakah tamu itu didudukkan di ruang tamu ataupun didudukkan di bagian dapur, sangat berhubungan dengan apakah bagian rumah itu baik untuk dilihat oleh arang atau sebaliknya tidak baik untuk dilihat, karena alasan kebersihan atau juga karena alasan pemuliaan itu sendiri.
Selanjutnya apabila tamu yang datang dari jauh dan menginap, maka pemuliannya juga akan berbeda. Sebagian mereka melayani tamunya dengan memenuhi kebutuhan yang diperlukan selama ia tinggal di rumah yang didatangi. Bentuk pemuliaan lain juga dengan mengajak tamu berbicara tentang keadaan diri, kaluarga, karabat dan daerah di mana tamu itu menetap, bila hal ini dapat dilaksanakan maka yang punya rumah akan mendapat pujian, dan sebaliknya bila yang punya rumah tidak melayani tamu sebagaimana kehendak tamu tersebut maka yang punya rumah akan dikatakan tidak menghormati dan melayai tamu.
Pemahaman tamu yang pada dasarnya harus dilayani kepada pemahaman terhadap kesempatan yang punya rumah untuk melayani tamu, sudah dapat dimengerti oleh masyarakat secara menyeluruh. Tamu yang datang akan berkata kepada yang punya rumah : “jangan terlalu perdulikan kami, silakan saja kalau mau pergi ke kantor atau mau pergi bekerja”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa penghargaan mereka yang datang bertamu dengan menyetujui bahwa pekerjaan kantor atau pekerjaan apapun yang dilakukan lebih penting, menunjukkan penghargaan terhadap hasil perjuangan, yang belum tentu didapatkan oleh mereka yang menjadi tamu.
Beberapa contoh menjadi pengalaman ketika ada tamu yang datang dari kampung, dimana mereka merasa bangga ketika kita yang didatangi dapat melakukan pekerjaan dan tidak meninggalkan pekerjaan karena keberadaannya di rumah kita. Malah ia akan menceritakan kepada siapapun bahwa ia diberi kebebasan dan kepercayaan untuk tinggal di rumah dengan tidak ada kecurigaan. Karena mereka juga mengetahui bahwa pekerjaan yang kita tekuni merupakan hasil dari perjuangan dan pengorbanan yang panjang.
Pemahaman tersebut tidak hanya muncul dari orang-orang yang menjadi teman tetapi juga dari keluarga dan orang tua yang melahirkan kita, mereka semua mengetahui bahwa apa yang kita kerjakan sehari-hari sebenarnya adalah cita-cita dan kebanggaan mereka. Itu adalah hasil dari usaha menyekolahkan anak,imbalan dari harta yang dikeluarkan selama dalam masa pendidikan.
Kebanggaan yang tidak terduga terlihat dari salah seorang keluarga ketika ia menjadi bagian dari pengantar jamaah haji baru-baru ini, ia belum pernah menginjakkan kakinya di Banda Aceh sehingga sangat merasa awam dengan apa yang ia lihal. Tapi ketika pagi (jam kerja kantor) ia ditinggalkan di rumah dengan pesan apa yang diperlukan ambil sendiri, namun ia tidak merasa dibiarkan bahkan berkata “saya punya cita-cita anak saya harus sekolah dan kuliah walaupun saya tidak punya biaya”, karena keberhasilan menurut mereka adalah mendapat pekerjaan yang berbeda dengan apa yang ditekuni yakni sebagai petani.
Kendati kebanyakan masyarakat yang tinggal di kampung bukan orang yang berada, tapi standar keberhasilan bagi mereka bukanlah banyaknya uang yang didapat oleh mereka yang bekerja di kota, namun keberhasilan menurut mereka adalah setelah menyelesaikan pendidikan dapat hidup secara mandiri di tempat yang bukan kampung asal mereka. Dan kalaupun harus hidup di kampung asal, masyarakat berharap orang tersebut dapat memberi contoh dan mendorong yang lain untuk melanjutkan pendidikan.(jamhuriungel[at]yahoo.co.id)
* Pemerhati pergeseran budaya masyarakat