MAHBAS Jin yang termasuk dalam kawasan Aziziah terletak sekitar 3 km dari Masjidil Haram. Di kawasan inilah JCH asal Gayo memperoleh pemondokan untuk musim haji tahun 2012 M/1433 H. Disamping JCH asal Gayo, ribuan JCH yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia dan beberapa negara seperti Turki, Iran, Iraq turut menempati ratusan hotel yang berjejer sepanjang 4-5 km.
Kawasan Mahbas Jin cukup hijau, taman yang tertata rapi jalan yang sangat luas di antara bangunan hotel yang mampu menampung ratusan hingga ribuan tamu. Pada lantai dasar setiap hotel terdapat berbagai ragam toko mulai dari elektronik, mini market, warung sampai dobi.
Warung atau restoran di kawasan ini pada umumnya adalah restoran Turki, adapula restoran Indonesia. Pada umumnya hampir semua restoran menjual nasi putih, nasi goreng atau nasi berminyak (mirip nasi gurih atau bu lemak). Biasanya nasi dijual terpisah dangan lauk-pauk. Satu porsi nasi putih harganya beragam, berkisar anraea 3 sampai 5 real. satu porsi nasi putih cukup untuk 2-3 orang. Meskipun namanya restoran Indonesia tapi cita rasanya sangat jauh berbeda dengan cita rasa di tanah air. “Pecel peh entah lagu sanah rasa e” komemtar Pak Sulaiman dari Bies.
Pelayan di restoran pada umumnya bukan orang Indonesia dan kebanyak tidak bisa berbahasa Inggris. Untuk bahasa Indonesia tidak bermasalah, untuk percakapan singkat dalam jual-beli semua toko dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Disamping restoran resmi, banyak pula pedagang asongan asli orang Indonesia. Harga nasi 1 real, cukup untuk 1 orang makan. Biasanya mereka berjualan di kaki lima pemondokan atau pertokoan sehingga sangat menganggu lalulintas pejalan kaki. Cita rasa sudah mirip dengan rasa makanan di tanah air, sehingga pedagang makanan kaki lima menjadi favorit jamaah Indonesia. Sayangnya, pedagang kaki lima ini sering di tangkap dan dikejar-kejar oleh polisi Arab. “Aaa.. kusi mi kite mubeli kero ?” Keluh Aman Yus dari Kenawat, keluhan senada juga disampaikan oleh ibu-ibu lain
Disekitar Mahbas Jin banyak supermarket mini yang menjual berbagai rempah-rempah, bumbu masakan, ikan asin, sayuran dan buah-buahan seperti di tanah air. “Empan mi si gere tedemui aku” tutur ibu Rusminar dari Kecamatan Lut Tawar.
Semua kebutuhan jamaah haji tersedia dan sangat mudah di jumpai baik di Medinah maupun di Mekkah. Untuk kebutuhan pribadi seperti sabun mandi, sampo, peniti, mie instan, HP tersedia dalam berbagai merek dan produk-produk Indonesia seperti Lux, sunsilk, Indomie dll. Yang sulit dicari rokok. “Saya belum melihat rokok dijual di supermaket besar atau kecil, padahal menurut informasi ada hanya harganya yang mahal” jelas Aman Dio dari Bebesen. “Kalau mau pergi haji atau umrah, selain rokok, cukup bawa baju 2-3 pasang yang lain bisa beli di Medinah atau Mekkah, bahkan ada yang harganya lebih murah disini dari pada di tanah air” tambah Aman Dio.
Untuk cuci-gosok tersedia dobi dengan ongkos relatif lebih mahal, ongkos dobi dihitung perpotong baik baju maupun celana “zatu lema real, ehram lema belas (satu lima real, kain ihram 15 real -red)” kelas Kaareem tukang dobi asal Yaman yang membuka usaha dobi dekat dengan pemondokan kloter 09. Demikian, Jali melaporkan untuk Lintas Gayo dari Mekkah.(Jali/red.04)