Banda Aceh | Lintas Gayo – Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, Gerakan Muda Pemerhati Budaya Minoritas (GAM-Pribumi) menggelar aksi unjukrasa di Bundaran Simpang Lima Banda Aceh, Minggu (28/10/2012).
Dalam aksi yang digagas lima organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan ini, yakni Koalisi Peduli Aceh, Gayo Merdeka, Gerakan Raja Kluet (GRAK), Himpunan Mahasiswa Pelajar Aceh Singkil (HIMAPAS) dan Himpunan Perantuan Pelajar Syeh Hamzah Fansury (HPP-SHaF).
Koordinator Aksi Muslim Arsani dalam orasinya menyebutkan, keberagaman budaya dan suku menjadi spirit dari Sumpah Pemuda dalam menyatukan keberagaman Negeri ini. Sejarah membuktikan bahwa, kekuatan beberapa pemuda mampu mengubah wajah negeri ini dibawah penjajahan Kolonial Belanda. Tepatnya hari ini, tanggal 28 Oktober 2012, sudah 84 tahun Sumpah Pemuda diperingati, namu realitanya dalam meperingati tidak disertai dengan pemaknaan dari isi Sumpah Pemuda itu sendiri.
Konflik sara, kemiskinan, keadilan dan korupsi menjadi wabah di Negara ini. Para pemimpin Nasional dan Regional yang seyogyanya menjadi panutan bergeser nilai menjadi penganut dari wabah tersebut. Kredibilatas Negara menjadi terkikis dimata rakyatnya sendiri, perlawanan, demonstrasi dan pengakuan terhadap nilai sejarah menjadi virus yang menyebar di seluruh pelosok, Aceh, Papua, Maluku dan nantinya akan di ikuti oleh daerah lain.
Beragam permasalahan yang menjadi tanggung jawab besar bagi kita semua dalam menjaga serta membina spirit Sumpah Pemuda untuk kembali kepada titahnya. Terutama pada pengakuan terhadap keberagaman dan suku di Negeri ini. Aceh misalnya, yang terdiri dari 23 Kabupaten mempunyai beragam suku, Aceh, Gayo, Alas, Singkil, Kluet, Jamee, Siemelue dll. Yang hari ini termajinalkan oleh suku mayoritas.
“Untuk itu kami dari Gerakan Muda Pemerhati Budaya Minoritas (GAM-Pribumi) menyerukan kepada para pemuda seluruh Indonesia untuk merevitailsasikan kembali peran dan fungsi pemuda sebagai kekuatan perubahan,” ujar Muslim.
GAM Pribumi juga menyerukan kepada semua komponen Aceh agar sekarang juga saling berjabatan tangan sebagai bukti solidaritas dan keteguhan sikap, dalam rangka menggugat setiap bentuk pengingkaran terhadap tatanan nilai peradaban Aceh sebagai warisan maha karya para Endatu serta penistaan terhadap hak-hak rakyat.
Dalam tuntutannya, GAM Pribumi menyatakan akan menggugat siapapun perbuatannya menyebabkan: Tereliminasinya rakyat Aceh (suku minoritas) dari mata rantai peradaban Aceh, Tersisihnya rakyat Aceh (suku minoritas) untuk memperoleh kesempatan berekpresi dan berkreasi atas dasar kesetaraan dan Memicu kembali konflik serta mencemarkan marwah umat islam di Aceh.
“Seruan pemuda dan mahasiswa Aceh ini dilakukan atas dasar kesadaran hidup berbangsa dan bernegara serta demi kemaslahatan rakyat,” ujar Muslim dalam pernyataan sikap yang ikut ditanda tangani Razikin dari Koalisi Peduli Aceh, Jalal Gayo (Gayo Merdeka) Tabrani (GRAK), Jirin Capah (HIMAPAS) dan utusan HPP-SHaF, Hasbullah.(SP/Red.04)