Puisi “Linge Terlupakan” Ansar Salihin

LINGE TERLUPAKAN
Oleh :  Ansar Salihin

Linge
di bukit-bukit berjuang untuk rakyat
Johor diserang musuh
minta bantuan  Kutaraja Aceh
berangkat raja Linge Gayo, pimpinan perang
tinggalkan anak ganti tahta
pertahanan berhasil dapat penghargaan
kematian Linge di tengah Samudera
Johor tak lupakan perjuangan.

Linge
sejarah melayu catat kerajaan nusantara
raja Johor mengenang pertahanan perang
Linge telah lupa akan Linge
Aceh tak mengenal Linge
negara tak menganggap adanya Linge
Linge tak bersuara
induk pendiri Pasai
penyebar Islam di Jambi, Padang, Sulawesi, Jawa
menguasai jalur dunia, budaya dan agama

Padangpanjang, 25 Agustus 2012

SUMATERA
Oleh :  Ansar Salihin

Awan menata di atas pulau
berjajar menumpuk di bukit barisan
terbentang Aceh sampai Palembang
terik sinari wajah
bukit-bukit berkalung embun
daun-daun melambai lembut Melayu

Sumatera kota bersajak
mengantar rindu pada kegelisahan
Aceh Iskandar Muda tinggal jejak-jejak pahlawan
medan pertempuran  Bukit tinggi  historis jadi pariwisata
gelisah mentari hilang, deras hujan hanyutkan perjuangan
darah dan air mata melawan penjajah
Sumatera jaya, embun pagi pembuka sajadah

Sriwijaya Palembang bercerita
pertahanan Sumatera masih ada,  memanggil air mata langit
membasahi merapi yang sakit
meski hilang, Samudera Pasai mengusai Malaka
Islam telah sampai ke pucuk nusantara

Padangpanjang, 23 Agustus 2012

KOTA KECIL
Oleh : Ansar Salihin

Dapatkah kembali memandang Padangpanjang?
perlintasan Sumatera
berbayang langit terlukis ayat serambi mekah
awan tebal di atas negeri selimuti wajah gigil
mendungkan  rupa tak berteman.

Kota kecil penuh makna
hantarkan rindu
kota pendidikan, kota  seni budaya
hembusan nafas terus berkarya
berusaha
bejuang
demi setitik embun mengejar cita.

Padangpanjang
butir embun menari-nari di atas istana
cahaya tertahan merindui mentari
ujung-ujung ilalang meneteskan air
senja melintas
sinar tegak di atas gunung hitam merah
daun sujud sejuk tak layu
pagi berikan berkah nafkah untuk esok.

Padangpanjang, 26 Agustus 2012

PADANG SENJA
Oleh : Ansar Salihin

Cahaya pergi tenggelam
sepi pantai, hujan tak kunjung datang
petir jauh memanggil
rumput bernyanyi merindukan air
daun gugur buah jatuh, kering tangkai bertahan
hantarkan nadi darah mengalir terukir cerita
batu kerikil sunyi Malin Kundang
di pantai Air Manis menahan sejuk
lukiskan kota Minang
negeri pantai senja, berlalu teluk bayur
kota debu asap kunjung datang

Hembuskan pantai Padang
cahaya tenggelam
bukit berlapis-lapis hampiri kota
terbentang laut merah, jembatan Siti Nurbaya
nelayan berteduh di pondok-pondok
awan menumpuk tutupi bukit biru
meski terik matahari
kota senja cahaya penyejuk luka

Padangpanjang, 27 Agustus 2011

ANSAR SALIHIN mahasiswa Jurusan Seni Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Anak dari Pasangan Alimin dan Nurhayati, Lahir di Negeri Berselimut Kabut Desa Buntul Kepies, Bener Meriah, Aceh (11 Juni 1991). Aktif di Komunitas seni kuflet Padangpanjang sebagai Sekretaris Umum (2012/2013) dan sebagai
Staf  Redaksi di Jurnal Seni Online Kuflet.com (2011-2012). lewat Kuflet ia terus berkesenian dan aktif menulis, karya tulisnya berupa Puisi, Cerpen, Esai, Artikel, Ficures, berita dan Karya Tulis Ilmiah. Tulisannya pernah dimuat di koran Post Metro Padang, Koran Rakyat Sumbar, Korandigital.com, Jurnal seni Online Kuflet.com, Lintasgayo.com, dan Padangmedia.com. Puisinya pernah dimuat dalam Antologi Puisi Bersama PASA Tiga Bahasa (Gayo, Indonesia, Inggris).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.