Seni Tari Gayo Makin Populer di Banda Aceh

Tim Tari Hiemageo saat mengisici acara dalam pelantikan tiga organisasi asal Pidie Jaya. (Ist)
Tim Tari Hiemageo saat mengisici acara dalam pelantikan tiga organisasi asal Pidie Jaya. (Ist)

PERKEMBANGAN komunitas seni mahasiswa asal Tanoh Gayo di Banda Aceh khususnya semakin pesat. Ini terbukti dengan banyaknya undangan untuk menampilkan bermacam seni asal Gayo khususnya seni tari, tradisional maupun kreasi. Begitu juga dengan keikutsertaan mahasiswa Gayo dalam berbagai event seni di Banda Aceh, tidak jarang tim tari asal Gayo baik yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah terpilih sebagai pemenang atau penyaji terbaik.

Bukan hanya itu, secara individu perkembangannya juga tergolong meningkat dari tahun ke tahun. Seperti dalam mendidik atau mengajarkan tarian Gayo kepada mahasiswa asal pesisir Aceh sampai saat ini semakin meningkat. Baik mengajar di Sekolah, Sanggar, hingga ditingkat Universitas Negeri dan Swasta.

Sanggar Budaya Seribu Bukit (SBSB) asal Gayo Lues contohnya, hingga sekarang mereka sudah mengajar diseluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga ada sebagian dari mereka yang ditetapkan sebagai pengajar tetap.

ā€Alhamdulillah sampai saat ini sudah ratusan siswa sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar yang kita didik tari saman,ā€terang Zulkarnaen salah satu pengajar tetap di SMU modal Bangsa dan Lab School, Selasa (8/01) siang di sekretariat SBSB Jalan Taman Ratu Safiatuddin, Komplek PKA, Lampriet Banda Aceh.

Pengalaman lain, baruā€“baru ini, tim tari kreasi Gayo oleh mahasiswi FKIP Geografi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mulai ikut unjuk gigi.

Awalnya tari kreasi yang sengaja dibuat untuk mengisi acara pelantikan pengurus Himpunan Mahasiwa Geografi (Himageo) yang ke-5 tersebut dibentuk pada 10 November 2012 lalu oleh Inile Pinte Niate Mahasiswa FKIP Geografi asal Aceh Tengah. Meski baru dibentuk, namun hingga sekarang sudah banyak diberi tawaran mengisi berbagai acara mulai dari acara pelantikan pengurus sejumlah organisasi dari kampus hingga acara pelantikan pengurus organisasi dari daerah.

ā€œTim tari tersebut tergolong masih muda, tapi Alhamdulillah ternyata sangat berpotensi dan layak hingga digemari oleh masyarakat. Saya sebagai salah satu mahasiswa Geografi ikut bangga,ā€terang Aulia Nur.

Lanjut Aulia, selain menerima permintaan menari di acara pelantikan, tim tari Himageo juga aktif mengisi acara-acara sosial seperti penggalangan dana, dan lain-lain.

Walaupun tari yang dibawakan adalah tari kreasi Gayo, namun dari 7 orang hanya tiga orang yang berasal dari Gayo yakni Inile Pinte Niate (Takengon), Munara (Takengon), Sahara (Gayo Lues). Selanjutnya adalah Wahyu Trisma (Aceh Tamiang), Emiza Nanda Junita (Aceh Selatan) dan Fitria Rahma (Banda Aceh).

Di waktu yang sama, Sabarudin mahasiwa Fisipol Unsyiah saat ditanyai komentarnya tentang hal tersebut, menyatakan harapannya agar kualitas seni Gayo semakin baik, dan dapat berkembang lebih baik lagi hingga bisa ditarikan juga oleh teman-teman mahasiswa dari bagian pesisir.

ā€œGayo itu terkenal sebagai salah satu daerah di dunia yang kaya dengan bidang seninya, Saman salah satu buktinya sudah ditetapkan sebagai warisan dunia. Karenanya, bukan hanya teman-teman asal tengah tenggara saja, tapi teman-teman dari pesisir juga berkewajiban untuk ikut serta dalam menjaga dan mempublikasikannya, begitu juga sebaliknya,ā€kata Sabar.

Dari informasi yang dihimpun Lintas Gayo, di era tahun 1990-an ke bawah, seni tari Gayo juga sudah sangat dikenal, namun untuk pementasannya hanya diwaktu-waktu atau even tertentu saja, sangat berbeda dengan saat ini yang jauh lebih banyak kesempatan.

Untuk latihan, beberapa tahun silam agak sulit karena berbagai kendala terutama untuk tempat berlatih. Dulu latihan dilakukan dari rumah ke rumah Urang Gayo yang agak luas. Tidak seperti saat ini, latihan bisa dilakukan dibanyak tempat, khususnya di sarana prasarana yang ada di komplek PKA Aceh. Perkembangan saat ini juga didukung oleh sarana informasi yang memadai.

Tercatat sejumlah kelompok seni Gayo yang pernah ada di Banda Aceh diantaranya Sanggar Jinger di Ulee Kareng, Stone’s Sger di Kampung Laksana dan Keuramat, Geunta Bahana Rakan (GBR) di Ketapang, Sanggar Kerawang Gayo (KRG) di Darussalam, Sanggar Fusidaya yang beranggotakan para perantau asal Kebayakan Aceh Tengah, Dwiga kelompok seni musik modern mengandalkan olah vokal diiringi perlengkapan electone, sanggar Imatamu kelompok seni mahasiswa Universitas Muhammadiyah, serta sanggar-sanggar lain yang berbasis wilayah atau pembagian rayon dalam organisasi Keluarga Laut Tawar (KLT) saat itu.

Selamat dan makin semangat untuk berkarya seni budaya Gayo. Kenalkan Gayo diperantauan dengan kekayaan seni budayanya. (Supri Ariu/Red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.