Banda Aceh | Lintas Gayo – Sanggar Cikmi Kuta Alam Banda Aceh bekerjasama dengan Lapena akan menggelar diskusi karya penyair Aceh yang sudah almarhum. Rahmad Sanjaya Ketua Sanggar Diskusi Cikmi, Senin (21/01) di Banda Aceh mengatakan langkah pertama diskusi karya seniman yang akan dibahas adalah karya Almarhun AA. Manggeng.
Menyangkut hal tersebut Direktur Lapena Helmy Hass mengatakan bahwa kegiatan ini adalah sebagai bentuk do’a sekaligus apresiasi seniman yang masih diberi berkah umur kepada rekan seniman yang telah mendahului kita menghadap Illahi. Diskusi ini, lanjut Helmy, sudah semestinya dilakukan, karena sudah sangat lama kita tinggalkan dunia sastra Aceh yang tanpa desah. Kegiatan ini sepantasnyalah dilakukan secara berkala, baik mingguan maupun bulanan, jelasnya.
Disisi lain D. Kemalawati, seorang penyair perempuan Aceh yang telah mendunia mengatakan diskusi sastra yg mengedepankan karya AA Manggeng ini merupakan kegiatan terbaru di tahun 2013 meskipun pada awalnya telah ada diskusi lainnya. Tetapi ditahun ini ada formula penting yang dikepedepankan untuk membangkitkan gairah sastra Aceh kembali, sebut ibu tiga anak ini.
AA Manggeng yang bernama asli Asnawi Ali meninggal dunia pada tanggal 27 Maret 2010 yang lalu di RSU Zainal Abidin Banda Aceh, adalah penyair sekaligus teaterawan Aceh yang cukup berpengaruh. Dalam riwayat berkeseniannya Manggeng yang akrap disapa dengan AA aktif menulis puisi serta bermain teater, terakhir pernah menjadi pengurus Dewan Kesenian Aceh (DKA) sebagai Wakil Ketua serta bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh pasca Tsunami bidang Agama dan Kebudayaan.
Berikut cuplikan puisi karya AA Manggeng yang ia tulis pada awal tahun 1999:
Bunga kamboja berguguran di sebuah pedalaman // padahal angin sangat bersahabat malam itu // di jalan-jalan mencekam // isyarat kedukaan tanpa terduga // Bunga kamboja berguguran di sebuah pedalaman // aromanya ditiup angin ke seluruh penjuru // siapa yang sanggup menutup rahasia duka // atas kebiadaban manusia // Pohon kamboja yang tumbuh di taman kita // penghias kebun-kebun negeri // adalah dia yang lahir dari sejarah. (Salman Yoga S)