Kasum, Semoga Kisah Ini tidak Sesingkat Pertemuan Kita

Foto dokumen Almarhumah Kasus saat dirawat di RS Datu Beru, Takengon. (Lintas Gayo | Maharadi)
Foto dokumen Almarhumah Kasum saat dirawat di RS Datu Beru, Takengon. (Lintas Gayo | Maharadi)

Catatan: Yunura*

 KASUM, seorang gadis remaja berumur 12 tahun adalah satu-satunya alasan Ibrahim dan Kasmian untuk tetap semangat menjalani hidup, setelah tiga anaknya meninggal sebelum tumbuh besar, sebagaimana kasum. Gadis cilik itu menjadi matahari dalam kehidupan sederhana mereka.

Berasal dari kampung Pertik, Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues, Ibrahim yang sudah menginjak usia 55 tahun, kehadiran Kasum merupakan sebuah anugerah tiada tara dibandingkan apa pun di dunia ini. Kasum adalah impiannya, sumber kebahagiaan, kekuatan dan cinta dikeluarganya. Walau ekonomi keluarga sangat sederhana, namun kebahagiaan selalu begitu terasa dalam kehidupan mereka.

Sebagaimana anak-anak lainnya, Kasum kecil tumbuh penuh keceriaan. Bermain, belajar dan mengaji ke surau, adalah kegiatan rutinitasnya, selain membantu pekerjaan kecil dirumah, membantu ibunya, Kasmian.

Beberapa waktu lalu, saat ajaran baru masuk sekolah, Ibrahim sudah mempersiapkan seragam putih merah untuk putri tercintanya tersebut. Ibrahim ingin anaknya tetap ceria saat masuk sekolah nanti dengan baju barunya.

Sayangnya, beberapa hari sebelum mengenakan seragam sekolah yang baru tersebut, Kasum jatuh sakit. Gadis kecil itu muntah-muntah, pingsan dan tubuhnya lemas. Sejak saat itu, sakit yang dialami Kasum tak sembuh-sembuh. Bahkan, kaki kanan Kasum pun bermasalah sehingga ia tidak bisa berjalan.

Melihat putri semata wayangnya seperti itu, tak membuat Ibrahim patah semangat. Apapun akan ia lakukan demi kesembuhan Kasum. Termasuk menggadaikan lahan pertaniannya untuk membeli sebuah sepeda guna mengantar kasum ke sekolah. Padahal, lahan pertanian itu adalah satu-satunya lahan mereka untuk bertahan hidup.

Ibrahim berfikir, Kasum hanya sakit biasa, tetapi kian  hari kondisi kesehatan anaknya itu semakin menurun. Ibrahim dan istrinya sudah mencoba membawa Kasum berobat kebeberapa tempat pengobatan alternatif tapi hasilnya nihil.

Akhirnya Ibrahim dan Kasmian membawa Kasum ke Rumah Sakit (RS) Blang Kejeren. Ternyata pihak rumah sakit tidak mampu menangani penyakit Kasum. Mereka memberi pilihan pada Ibrahim untuk merujuk Kasum ke Takengon atau ke Kuta Cane. Ibrahim memilih untuk ke Takengon, Aceh Tengah.

Kasum pun dibawa ke Takengon. Dirinya hanya terduduk lemah dengan tubuh membengkak di Rumah Sakit Umum Datu Beru, Takengon. Pertama melihatnya, aku berfikir, mengapa anak segemuk dan sesehat dia masih saja dirawat? Wajahnya yang oval dengan pipi tembem hampir melenyapkan mata, hidung dan mulutnya. Kalau saja dia tidak segemuk ini, betapa manisnya Kasum. Lekat aku memandangnya, dia hanya tersenyum malu.

”Dia membutuhkan cairan Albumin”. Satu kalimat dari seorang perawat diruangan itu menarik perhatianku. Ternyata Kasum menderita Sindrome Nefrotik. Yaitu penyakit gangguan ginjal atau ginjal bocor.

Protein ditubuhnya berkurang karena keluar bersama urine sehingga pengikatan cairan dalam pembuluh tidak bekerja secara maksimal yang membuat cairan tubuhnya keluar dari pembuluh dan memasuki jaringan. Akibatnya tubuh Kasum menjadi bengkak.

Kasum membutuhkan cairan albumin untuk memaksimalkan kerja ginjalnya karena kandungan Albumin ditubuh Kasum hanya 0,9 sedangkan Albumin normal tubuh manusia 3,5 hingga 5,2. Kasum sangat membutuhkan Albumin itu tetapi harganya mahal, dokter dan perawat yang merawatnya tidak tega mengatakan hal tersebut pada Ibrahim dan Kasmian. Mereka menilai dari keseharian Ibrahim dan Kasmian di Rumah sakit tersebut.

Ingin aku membantu, tapi apa? Aku tidak memiliki uang padahal itu yang dibutuhkannya sekarang. Aku berniat mencari bantuan pada para dermawan, tapi bagaimana caranya? Dan aku juga berfikir apa benar hidup mereka susah. Aku mewanti-wanti agar aku tidak dituntut balik oleh keluarganya.

Semakin aku memandangnya hatiku semakin tersayat. Dia harapan satu-satunya keluarga Ibrahim, bagaimana mungkin aku hanya diam saja. Mengingat dokter yang merawatnya berniat akan mengoperasi kaki kanan Kasum yang lumpuh jika berat badan Kasum turun. Aku berfikir keras, dan akhirnya aku memberanikan diri mengatakan niatku ingin mencari bantuan melalui media online Lintas Gayo. Ibrahim dan kasmian sangat menyetujuinya, mereka mengatakan bahwa harta benda mereka memang sudah habis untuk pengobatan Kasum dan sekarang pun sebuah kebun terakhir dalam proses penjualan.

Aku menghubungi seorang wartawan Lintas Gayo di Gayo Lues berharap beliau menghubungi Pemda setempat. Untuk melihat kondisi Kasum beliau menghubungi rekannya di Takengon. Ini awal kisah kami, pertemuan sekali menghasilkan banyak simpati. Keesokan harinya direktur Rumah sakit tersebut membuat resep Albumin untuk Kasum.

Saat direktur memberi resep, beliau berpesan pada para perawat agar tidak membuang botol albumin tersebut. Setiap manusia itu tidak luput dari lupa dan kecerobohan. Seorang perawat tidak sengaja membuang botolnya, kepala ruangan dan perawat lain marah pada beliau.

Tapi, tidak tau karena takut atau pusing mendengar celotehan temannya, beliau nekat membongkar tong sampah. Saat kepala ruangan mengatakan bahwa beliau harus bertanggung jawab jikalau direktur bertanya mengenai botol tersebut. Beliau langsung menjawab “siap bos”, jawabannya membuat perawat-perawat lain menganga di dalam kepanikan mereka. “botolnya udah ketemu ni” katanya santai sambil memperlihatkan botol albumin tersebut. Seketika tawa pecah dikeheningan dalam belenggu amarah.

Namun dua hari setelahnya kondisi Kasum menurun, dia kejang sampai beberapa kali dan akhirnya Kasum dipindahkan ke ICU dalam keadaan koma. Bantuan terus berdatangan sejak berita tentang Kasum masuk ke media online Lintas Gayo tersebut. Direktur, dokter, perawat dan wartawan sudah membantu untuk kesembuhan Kasum tetapi Allah SWT berkehendak lain.

Pada Senin, 4 Februari 2013 pukul 20.10 WIB gadis manis ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSU Datu Beru Takengon. Malam itu juga jenazah Kasum dibawa pulang ke kampung halamannya di Pertik, pining kabupaten Gayo Lues.

Penyesalan masih terbersit dibenakku, apa usahaku masih kurang? Tapi sudahlah ini suratan takdir Allah. Kasum, semoga kisah kami untuk membantu Kasum lainnya tidak sesingkat pertemuan kita. Aku masih ingin membantu menyelamatkan permata keluarga lainnya. Selamat jalan Kasum, semoga arwahmu diterima disisi Allah Swt dan diberi Kekuatan pada orang tua yang ditinggalkan, Amin.

*Mahasiswa FKIP Biologi Unsiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.