Nilai Moral Merosot di Gayo, Ini Hasil Penelitian Sri Wahyuni

KEADAAN masyarakat Kecamatan Permata saat ini sangat memprihatinkan karena kondisi sosial budaya yang tidak seperti semula. Nilai-nilai agama telah berkurang dan mereka lebih mementingkan kebutuhan ekonomi di atas segalanya. Bahkan pergaulan bebas pemuda-pemudi semakin merajarela. Pemuda baik pemudi sudah berani memakai narkoba, minum minuman keras, seks bebas, dan lain sebagainya.

Dari data KUA menjelaskan bahwa dari 10 peristiwa pernikahan 3 orang yang menikah dalam keadaan  hamil di luar nikah. Di Kecamatan Permata ada tiga desa yang angka terbayak terjadinya pernikahan hamil diluar nikah di karenakan pergaulan terlalu bebas, desa tersebut adalah desa Jungke, Wih Tenang Uken dan Gelampang Wih Tenang Uken karena ketiga desa ini termasuk lintasan Kecamatan. Sedangkan di desa lain terjadinya pernikahan hamil diluar nikah itu hanya 1 orang dari 10 peristiwa pernikahan.

Di Kecamatan Permata tiga desa seperti Wih Tenang Uken, Jungke dan Kelampang Wih Tenang Uken merupakan daerah yang cenderung terjadinya pergeseran budaya dikarenakan daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan Kecamatan.  Di ketiga wilayah ini  merupakan wilayah yang bayak pendatang dari suku-suku lain yang memungkinkan terjadinya pergeseran budaya.

Dalam kehidupan remaja sehari-hari juga sudah bergeser dari nilai-nilai budaya seperti cara berpakaian masyarakat sekarang bagi ibu-ibu tidak lagi menggunakan kain sarung dirumah malah sudah menggunakan celana dan celana yang dipakaipun sangatlah ketat seperti celana lejing, jeans, dan tidak lagi memakai jilbab untuk menutup kepala. Apalagi para remaja memang sudah tidak lagi memakai pakaian yang sopan tetapi sangatlah ketat seperti memakai celana dan baju yang ketat serta rambut yang tergerai. Seprti itulah keadaan masyarakat sekarang baik dari yang muda sampai yang tua walaupun tidak semua dari mereka tetapi kebayakan dari masyarakat yang seperti itu.

Bapak Yusran selaku polisi di Kecamatan Permata mengatakan bahwa banyak remaja yang tertanggkap karena kasus narkoba, terutama di desa Gelampang Wih Tenang Uken, Pegayon Antara, Jungke dan Wih Tenang Uken serta Ramung Jaya. Hampir setiap bulannya tertangkap para pencadu, pengedar dan penanam Ganja. Kasus ini tidak hanya di ke lima desa ini saja yang terjadi tetapi hampir semua desa di Kecamatan Permata, tapi yang lebih cenderungnya di keempat desa ini. Narkoba ini memang sudah meraja-rela di tengah-tengah masyarakat tidak tua tidak muda yang mengisap narkoba.

Remaja seperti Siswa SMP, SMA sudah berani mencoba-coba mengunakan narkoba malah bukan mencoba-coba lagi tapi sudah kecanduan. Wilayah Wih Tenang Uken merupakan wilayah sekolah SMA 1 Permata di sekolah ini bayak siswa yang mengunakan narkoba, dan di SMP 2 Permata itu merupakan daerah yang sangat sering terjadinya.

Bapak Suhada salah satu tokoh masyarakat desa di Kecamatan Permata mengemukakan bahwa sebahagian masyarakat tidak sanggup lagi melihat keadaan pemuda-pemudi sekarang bahkan sampai anak-anak SD sudah coba-coba merokok, dan berani bolos sekolah. Ini semua karena pengaruh teknologi sekarang ujar bapak suhada.

 Teknologi mempunyai dampak positif dan negatif, dampak positif dari teknologi yaitu mempermudah  dan memperlancar arus Komunikasi, berkembangnya ilmu pengetahuan dan lain sebagainya tetapi pemuda dan pemudi bahkan anak-anak mensalah gunakan perkembangan teknologi tersebut malah dengan teknologi mereka mudah untuk menonton film-film porno dan lebih dari itu.  Beberapa masyarakat Kecamatan Permata yaitu Bapak M. Ali Ibrahim selaku Ketua mukim permata, Bapak Sulaiman selaku ketua mukim Tawar Bengi, bapak Zainal Abidin selaku ketua mukim Pilar Jaya dan bapak Kamarudin sebagai ketua mukim Pegayon Antara juga mengemukakan bahwa sosial budaya masyarakat memang telah berubah dalam segi apapun, terlebih-lebih lagi faktor lingkungan yang sudah menyebabkan budaya mulai memudar dari masyarakat Kecamatan Permata.

Faktor lingkungan memang sangat menentukan prilaku generasi kegenerasi, kemajuan teknologi di lingkungan masyarakat bukan lagi berdampak positif malah sudah berdampak negatif. Seharusnya disini peran orang tua dan masyarakat setemapat untuk mendidik dan mengawasi generasi muda agar kemajuan teknologi itu tidak disalah gunakan kearah yang negatif.

Agar aspek-aspek nilai  budaya masyarakat tidak bergeser maka perlu adanya pengontrolan dari masyarakat, orang tua dan guru sekolah dalam mendidik generasi-generasi kedepannya. Kerena kemajuan suatu desa tergantung pada generasi muda jika baik generasinya maka baik pula perkembangan desa tersebut.

Faktor terjadinya pergeseran budaya disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang budaya dan  nila-nilai agama, karena kurangnya peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama terhadap mereka. Malah para orang tua merestui prilaku anak mereka yang terlepas dari nila-nilai budaya. Para orang tua tidak memikirkan bahwa di dalam agama saja lawan jenis itu tidak bisa berdua-duaan.

Dalam Al-Quran sudah dijelaskan tidak boleh berdua-duan karena itu bisa menyebabkan zina, sedangkan zina itu hukumnya dosa besar. Di dalam budaya Gayo juga itu dilarang karena itu dianggap sumang, dulu jika ada remaja puteri atau remaja puteri yang bukan muhrim berboncengan naik kereta atau duduk berdua-duan itu orang tua sangat malu dan menjadi ocehan masyarakat. Tapi sekarang itu sudah menjadi hal yang biasa malah orang tuapun tidak melarang karena orang tua seakarang menganggap itu hal yang wajar.

Pengaruh globalisasi menyebabkabkan para remaja mudah menerima perubahan budaya baru. Modernisasi juga merubah cara dan tatakeramah bahkan  Akhlak Muda-Mudi dan Anak-Anak. Apalagi perkembangan teknologi semakin pesat menyebabkan bayak terjadinya pergeseran nila-nilai, norma-norma yang ada dalam budaya. Seperti media elektronik yang berbentuk HP, TV, parabola dan internetan sedangkan media massa seperti koran, tabloid dan majalah itu berpengaruh dalam perubahan prilaku masyarakat.

HP dan TV sebenarnya untuk memudahkan komunikasi dan memudahkan kita untuk mengetahui informasi, tetapi bayak sekali sekarang mereka menggunakan Hpnya untuk mengirim hal-hal yang tidak bermanfaat sepeti foto-foto porno dan bahkan flim-flim yang merusak moral itu, dan TV lagi bukannya memnonton berita tapi digunakan untuk melihat sinetron, gosip dan lain sebagainya sehingga menyebabkan masyarakat itu mudah sekali mengikuti modernisasi seperti sekarang. Contohnya kemana-mana tidak lagi menggunakan jilbab, pakaian ketat-ketat.

Remaja sekarang sudah mudah untuk mendapatkan video porno melalui download di internet dan di kirim ke HP lalu dibagi-bagikan kepada teman-teman mereka. Menurut para remaja-remaja ini kalau sudah menonton flim-flim porno ini berarti sudah gaul. Akaibat mereka keseringan menonton flim seperti ini dan akibat terlalu bebasnya pergaulan antara mereka menyebabkan mereka bayak kawin muda dikarenakan hamil di luar nikah, bahkan masih kelas satu yang bayak.

Kalau pergi menggunakan jilbab itu tidak keren dan tidak gaul untuk apa kita Rebonding dan Smoting kalau harus pakai jilbab ujar Dewi siswa SMA kelas 1 Kecamatan permata. Sekarang kita lihat walaupun syari’at Islam sudah diterapkan dimasyarakat tetapi belum berjalan sepenuhnya buktinya remaja bahkan orang yang sudah tuapun tidak takut kalau berpergian tidak menggunakan jilbab dan berpakaian ketat.

Semenjak bayaknya pendatang ke Kecamatan Permata seiring itupula pergeseran nilai budaya terjadi dan diiringi dengan globalisasi, dan modernisasi mengakibatkan masyarakat benar-benar melupakan budaya mereka. Bahkan para Remaja sekarang kalau tidak modern katanya tidak gaul kata-kata itu bukan dari remaja saja bahkan hampir semua masyarakat bilang seperti itu.

Bapak Drs. Husaini selaku Kepala Desa Wih Tenang Uken membenarkan bahwa yang mendorong masyarakat untuk menerima budaya baru itu karena kedatangan pendatang, dan perubahan alam. Hal senada juga diungkapkan oleh Zulkifli selaku kepala Desa Bale Musara Beliau menambahkan juga bahwa Pergeseran Nilai Budaya seperti itu disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Jadi antara masyarakat yang lama dengan yang baru jangan saling menyalahkan antara satu dengan yang lain. Masyarakat lama harus intropeksi diri lagi kedepan agar tidak terjadi pergeseran Budaya lagi di masa yang akan datang. Masyarakat Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah hingga saat ini masih dalam keadaan seperti itu pemuda dan pemudinya masih mengunakan narkoba, minum-minuman keras dan bahkan berani melakukan seks bebas. Berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah minat masyarakat Kecamatn Permata untuk merubahnya dan kembali kepada keadaan sebelumnya yang masih sangat kurang. Mereka masih mempunyai paradigma bahwa untuk apa budaya itu terlalu rumit menurut mereka. Terlebih lagi bagi perempuan kalau tidak berpakaian ketat tidak seksi katanya padahal perempuan kalau menurut budaya yang sebenarnya sumang (pamali) kalau tidak berjilbab, kalau bergaul terlalu bebas.

Paradigma tersebut sangat salah karena seharusnya perempuan kalau memakai jilbab dan berbusana sopan itu lebih anggun. Tidak seharusnya mereka mengikuti kemauan anak-anak mereka, selagi hal itu bertentangan dengan aturan dan norma yang ada. Apabila masyarakat Kecamatan Permata mempunyai keinginan untuk berubah dan tidak mudah dipengaruhi oleh Budaya lain yang tidak menguntungkan bagi masyarakat setempat maka masyarakat itu harus membentuk serta mengutamakan kerjasama kelompok agar apa yang diinginkan bisa tercapai dengan baik dari pendidikan, ekonomi,  sosial budaya, keagamaan maupun pembangunan.

Hal itu diungkapkan oleh Bapak Arifuddin,  bapak Juanda, selaku Geuchik di Kecamatan Permata. Ia mengemukakan bahwa masyarakat Kecamatan Permata memang harus mengutamakan kerja sama antar masyarakat, karena apabila sesuatu itu dikerjakan bersama maka akan memudahkan masyarakat itu sendiri dalam melakukan kegiatan baik itu kegiatan sosial, ekonomi  maupun dalam mengatasi perilaku-perilaku yang melenceng dari norma yang membuat masyarakat setempat merasa terganggu. Namun, ada sedikit perbedaan diantara apa yang diungkapkan orang lain dengan yang diungkapkan oleh Bapak Arifuddin,  bapak Juanda yaitu bahwa masyarakat Kecamatan Permata tidak terlalu peduli terhadap keluarga dan anak-anak mereka.

Akhir-akhir ini putra putri masyarakat Kecamatan Permata banyak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan seperti banyaknya anak sekolah yang berbuat mesum sementara mereka masih mengenakan pakaian sekolah mereka. Hal itu sangat memalukan. Faktor penyebab terjadinya hal itu adalah karena orang tua atau masyarakat kurang memperdulikan pendidikan anak dan juga disibukkan dengan pekerjaan lain.

Faktor-faktor pergeseran nilai budaya dalam masyarakat sangatlah bayak jadi agar pergeseran budaya dapat di atasi perlu peran dari masyarakat untuk selalu mengingatkan dan menanamkan bahwa pentingnya budaya dalam kehidupan kita yaitu untuk kesejahteraan dalam masyarakat karena di dalam budaya itu  ada aturan-aturan yang sifatnya untuk menjaga masyarakat agar terhindar dari hal-hal yang buruk. []

Sri Wahyuni Bersama Dosen Penguji. (Ist)
Sri Wahyuni Bersama Dosen Penguji. (Ist)

Sri Wahyuni adalah putri kelahiran Bener Meriah yang telah mempertahankan hasil penelitiannya dihadapan Dosen Penguji Drs. Muchlis Aziz, M,Si, Drs. Abdullah Atiby, M.Pd, Drs. Jamhuri, M.Ag dan  Salman Yoga S, S.M.Ag, M.A. Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, pada akhir bulan Januari yang lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments