[Cerpen] Menjadi Dewan Impian 2014

Oleh : Irama Br Sinaga

 

BERAWAL dari perbincangan lewat telepon genggam dan saling tanya kabar. Banyak hal yang mereka bicarakan malam itu. Sehingga banyak ide dan mimpi yang ingin diwujudkan. Dia seorang gadis yang suka berhayal dan suka bercanda. Bila kita dekat dengannya dan berbicara seputar kehidupan, kita tidak tahu dia sedang berhayal atau berbicara sesuai dengan fakta. Gadis ini hidupnya sederhana tak bergelimpangan harta namun tak juga dalam balutan kemiskinan. Dia  hanya gadis biasa, rupanya tak secantik Syahrini, tak sepintar dan secerdas BJ Habibie, tak banyak dikenal orang, yah hidupnya biasa-biasa saja…

Dia gadis pemimpi yang memiliki sejuta impian yang ia gantungkan di langit ketujuh, tidak heran lagi kalau dia memiliki mimpi menjadi orang terpandang dan terhormat. Setiap hari dia berhayal ingin menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, sesuai dengan sunah Rasulullah : “Khairun nas, Anfa’uhum lin nas” artinya sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dia mengutip hadis tersebut karena selain terpandang dia juga ingin bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam islam  dengan tegas mengharuskan kita berusaha dan bekerja keras, bukan hanya sebatas do’a tanpa usaha dan hanya mengandalkan mimpi. Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra’du (13):11. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya”.  orang yang hanya bermimpi saja cenderung malas, tipe orang seperti ini, hanya mengandalkan hidup dengan mimpi. Pada akhirnya hanya anggan-angan berujung ketidak warasan. Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah, namun Allah juga benci kepada orang yang hanya berpangku tangan saja. Uang tidak akan pernah jatuh dari langit begitu saja tanpa kita berusaha. Gadis itu pernah mendengarkan ceramah dari kawannya bahwa “Berdoa tanpa usaha itu bohong dan berusaha tanpa doa itu sombong”, dari kata-kata itu dia kutip untuk tidak hanya bermimpi saja namun harus ada usaha dan doa yang mengiringi mimpinya.

Setiap usaha merupakan jalan menuju kehidupan lebih baik. Apa lagi setiap keberhasilan yang kita raih ada rejeki orang-orang yang tak mampu. Dan Allah menjanjikan tidak akan miskin seseorang dengan beramal dan bersedekah. Nampaknya ini yang ditunjukkan gadis itu dalam kehidupanya, dirinya begitu peduli terhadap nasib anak-anak yang kurang mampu, bahkan nasib Kabupaten tempat dia lahir. Dimana angka kemiskinan masih banyak dan kebersihan Kabupaten kurang dipedulikan serta banjir selalu melanda.

Gadis yang lahir di pegunungan Singkil ini, memiliki mimpi ingin merubah Aceh Singkil khususnya pendidikan dan ekonomi yang saat ini masih rendah sehingga Aceh Singkil masih kategori Kabupaten tertinggal dengan Kabupaten Aceh lainnya, padahal Aceh Singkil begitu kaya dengan sumber daya alam yang Allah titipkan namun masyarakat belum menikmati hal itu. Perikanan, Pertanian, Peternakan, dan kebun sawit adalah sumber daya yang ada dan dikelola. Gadis yang masih menduduki perguruan tinggi ini melihat Aceh singkil butuh diperhatikan secara dalam bukan secara kasat mata.

Terik mentari membakar ubun-ubun, pantulan aspal menampar-nampar wajahnya, hanya angin yang berhembus perlahan yang mampu membangkitkan semangatnya siang itu. Dia mencoba mencari tahu tentang Dewan Perwakilan Rakyat. Bagaimana dan apa sarat-sarat menjadi seorang dewan. Keinganannya untuk menjadi dewan tersebut menumbuhkan semangat empat lima untuk menyelesaikan kuliahnya pada tahun ini.

Malam itu, Minggu, dia menceritakan mimpinya itu pada kawan satu kamarnya. Dengan semangat dia mengatakan “Vi, mohon doanya, kakak ingin jadi dewan di tahun 2014 nanti”

Adik satu kamarnya tersenyum dan menjawab “amin, semoga tercapai ya kak?”. Adik itu menjawab sembari tersenyum karena mimpi kakaknya terlalu tinggi. Karena penasaran adik itu bertanya “Kakak mau jadi dewan?bagaimana caranya?proposal judul skripsi saja selalu ditolak”,  dia menggeledek kakaknya yang sudah semester tujuh belum seminar judul. Mereka saling bertatap mata dan serentak tertawa keras sehingga kawan kamar sebelahnya datang dan bertanya “ada apa Ra?”. Ira adalah nama sapaan untuk gadis pemimpi itu. Mereka tidak menjawab karena masih tertawa, sebenarnya tidak ada hal lucu dipembicaraan mereka tapi itulah keakraban seorang kakak dan adik satu kamar yang sudah mengikat, mereka selalu cerita dan menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.

Suasana malam itu sangat berbeda dengan malam lainnya, malam itu seakan-akan tidak ada masalah yang menghadapinya sehingga mereka meluapkan candaan dan hayalannya bila kelak menjadi dewan. Tidak lama kemudian kawan kamar sebelahnya yang sering di sapa Meri itu masuk dan ikut tertawa, dia tertawa bukan karena cerita mereka tapi Meri mentertawakan mereka.

Waktu demi waktu pun terus berlalu dan malam pun semakin larut, biasanya Meri jalan-jalan bila malam minggu tiba, namun kali ini Meri menemani gadis pemimpi itu yang meluapkan mimpinya dan mereka menghabiskan waktu hanya mendengarkan hayalan gadis itu, satu kalimat hayalan yang gadis itu ungkapkan mereka sudah tertawa, Meri adalah gadis yang mudah tertawa bila ada yang lucu, sehingga gadis pemimpi itu selalu meluapkan mimpi yang membuat Meri tertawa.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam, Meri kembali ke kamarnya dan gadis pemimpi itu merebahkan tubuhnya di kasur warisan kakak asramanya dan dia tenggelam dalam mimpinya. Gadis itu memikirkan bagaimana kelak bebicara di depan masyarakat dan  siapa yang menjadi tim suksesnya serta dari mana dapat dana untuk menjadi dewan. Ide-idenya pun bermunculan dan tak terasa dia telah terlelap dalam mimpinya.

Adzan subuh berkumandang, gadis itu bangun dan melipat kasur kesayangannya dan bersiap untuk menghadap Allah, rasanya dia tidak sabar ingin curhat dengan Allah mengenai mimpinya itu. Dengan lemah lembut dan memuji Allah, dia meminta agar diberikan yang terbaik dan kesempatan untuk menjadi dewan. Saat ini dia hanya bisa berdoa dan memikirkan bagaimana agar proposal judul skripsinya diterima karena skripsi itu perantara agar dia menjadi dewan. Namun dia tak berharap banyak dari sarjananya, toh tamat SMA pun bisa jadi dewan.

Dirinya mengakui bahwa ia merupakan pemimpi yang mengiginkan kesuksesan  baik untuk dirinya, keluarga, maupun untuk negara. Saat ini dia hanya berbekal tekad untuk mewujudkan impiannya. Padahal jika dilihat dari kenyataan kisah hidupnya, sulit dibayangkan dirinya mampu meraih mimpinya itu. Dia mengungkapkan posisinya dalam keluarga mengajarkan akan arti kehidupan. Keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik menyebabkan dirinya terus bermimpi.

Gadis itu tidak menyangka mimpinya akan selalu menghantui hari-harinya, setiap saat dia ingat mimpi itu dan terkadang dia suka berpidato serta berbicara tentang pemerintahan. Sepertinya, bakat untuk jadi dewan sudah dititik yang kuat dan jurusannya pun mendukung dia untuk jadi dewan, Dakwah dan Komunikasi sudah mendarah daging di tubuhnya sehingga tak perlu diragukan lagi. Dia hanya memikirkan dana karena dia belum ada penghasilan dan tabungan untuk hal itu.

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya”, kata itu dia kutip dari internet. Dia sering baca kisah orang-orang sukses karena dia pernah mendengarkan sang murabbinya memberikan motivasi “Bila antunna ingin menjadi orang besar maka bacalah kisah orang-orang besar dan bila antunna ingin menjadi orang sukses maka sering-seringlah baca kisah orang-orang sukses”.

Gadis pemimpi itu bukanlah gadis yang baik dan selalu benar, namun dia gadis yang terus memperbaiki dirinya dan mencari kebenaran. Dia sering merenungkan perjalanan hidupnya dan bagaimana dia bisa meraih mimpinya. Di setiap persimpangan, dia mempertimbangkan banyak hal untuk menjadi dewan. Orang tua dan saudara-saudaranya, merekalah yang terutama dalam pemikirannya dan mempengaruhi setiap keputusannya. Dia ingin membahagiakan semuanya, namun saat dia berbicara pada ayahnya tentang keinginannya untuk menjadi dewan, ayahnya langsung menegur dan melarang bermimpi terlalu tinggi.

Teguran ayahnya menurunkan sedikit semangatnya, dia telah berusaha meyakinkan ayahnya namun hasilnya nihil. Gadis itu tidak kecewa dengan larangan ayahnya, karena dia tahu kenapa ayahnya melarang dan alasannya hanyalah mereka keluarga yang tak mampu. Dan saingannya juga masih ikatan saudara dan mereka keluarga terpandang di kampung. Hal itulah ayahnya tidak mengijinkan dia untuk jadi dewan.

Gadis manis yang disapa Ira itu tidak menghiraukan apa kata ayahnya. Dia terus bermimpi dan menghubungi kawan-kawan,cerita tentang mimpinya dan semua kawannya memberikan dukungan. Dan dia juga yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambaNya sekalipun yang terbaik itu bukanlah yang terindah. Hanya saja manusia terkadang lupa dengan kasih sayang Allah, ketika Allah mewujudkan impiannya atau mengabulkan doanya maka dengan angkuh dia mengatakan “Itu karena aku begini dan begitu” seolah-olah impiannya terwujud itu bukan karena Allah. Namun ketika mimpinya tidak terwujud, dia mengatakan “Allah tidak mendengarkan doa ku, Allah tidak sayang padaku” padahal hal itu adalah yang terbaik untuk dia. Namun itulah manusia …

Kita boleh saja bermimpi, namun setidaknya impian itu merupakan penyemangat dalam menjalani kehidupan. Selama ini tak ada yang melarang seseorang untuk bermimpi. karena dengan impian itu justru melahirkan sebuah harapan, dengan harapan itu kita bisa punya tujuan hidup. Tanpa tujuan hidup bagaikan mobil yang melaju kencang tanpa bisa dikendalikan pengemudi, yang terjadi bisa dibayangkan. Begitu juga dengan impian, tanpa diwujudkan dalam kehidupan yang ada hanya anggan-angan,sering kita melihat pemberitaan bagaimana seseorang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Kejadian ini menunjukan sebuah keputusasaan yang terakumulasi.

Gadis pemimpi itu selalu berdoa kepada Allah agar mimpinya diwujudkan dan diberikan keyakinan. Sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam gadis pemimpi itu tidak mau jadi dewan karena dia takut tidak bisa menjaga amanah. Dan dia juga seorang wanita, tentu waktu dan tenaganya sangat kurang untuk menjadi dewan. Belum lagi nanti ketika sudah bekeluarga, banyak hal yang harus dipikirkan.

Gadis pemimpi itu dilema dan galau dengan mimpinya. Sepertinya banyak tantangan yang harus dihadapi untuk meraih mimpinya itu. Namun dia selalu mengingat pesan sang murabbinya “Ingatlah, tidak ada permasalahan yang paling besar di dunia ini selain mati tidak masuk surga”. Bila ingat pesan itu dia langsung semangat, seakan-akan masalah yang akan dihadapinya nanti itu semuanya kecil, yang penting mimpi itu terwujud dan dia berharap ketika menjadi dewan dia bermanfaat bagi masyarakat sehingga bisa memasukkan dia dalam surga Allah.

Ustazah Yoyoh Yusroh adalah motivatornya, gadis pemimpi itu sangat tersentuh dengan perjalanan hidupnya. Dan dia membaca buku tentang ustazah itu yang berjudul “Akhirnya Engkau Tersenyum”, buku itu menceritakan bagaimana perjalanan singkat ustazah itu. Gadis pemimpi itu berharap bisa mengikuti jejak beliau. Setidaknya meniru sedikit saja dari sekian lembaran hidupnya, ustazah Yoyoh juga seorang dewan dan beliau bisa menembus dunia sehingga tidak ada dunia yang tak mengenal beliau. Kekurangan beliau tertutupi oleh kelebihannya.

Gadis pemimpi itu juga memiliki sang motivator dari sahabat Rasulullah yaitu Said Bin Amir. Dimana beliau adalah orang miskin diantara sahabat-sahabat nabi lainnya, namun beliau di amanahkan menjadi gubernur disebuah negara dan jabatan itu tidak juga membuat dia kaya. Beliau memiliki sifat rendah hati dan bertanggungjawab, gadis pemimpi itu rindu dengan pemimpin seperti Said Bin Amir yang tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan atau dengan kata kasarnya tidak mengambil hak rakyat bahkan beliau sadaqahkan harta yang diberikan Umar Bin Khattab.

Gadis pemimpi itu sering membaca kisah-kisah sahabat nabi, dan kisah Said Bin Amir membuat semangatnya untuk menjadi dewan tak terkalahkan oleh tantangan yang dihadapinya kelak. Dan dia juga suka menonton film Negeri 5 Menara, gadis pemimpi itu mengambil hikmah dan motivasi dari film itu. “Man Jadda Wa Jadda” siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat. Kalimat itu membuat semangatnya untuk menjadi dewan sudah berada di titik seratus derajat celcius. Gadis itu yakin tidak ada yang tak mungkin di dunia ini bila Allah sudah berkehendak.

Seiring berjalannya waktu, gadis pemimpi itu selalu ikuti acara-acara organisasi dan berusaha agar selesai kuliah tepat waktu. Namun untuk menyelesaikan kuliah tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan yang dihadapi gadis itu terutama masalah pendanaan. Karena memang gadis itu terlahir dari keluarga yang kurang mampu, namun itu tak menjadi penyesalan untuknya bahkan dia bersyukur orang tuanya telah melahirkan dan mendidik dia hingga dia kuliah, berbeda dengan abang-abangnya yang tak pernah menikmati bagaimana rasanya duduk di bangku kuliah.

Gadis itu ingin merubah nasib keluarganya dengan mimpinya itu dan dia ingin membahagiakan keluarganya. Namun jika tidak terwujud dia ingin membuat usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. Tujuan hidup gadis pemimpi itu hanya satu, bagaimana dia bisa bermanfaat bagi manusia lainnya.

Irama BR SinagaIrama Br Sinaga, lahir di  Samardua. 11 Juli 1991 (Aceh Singkil). Mempunyai hoby membaca dan traveling dan bermotto La takhof, Innaka Antal a’la (jangan takut, sesungguhnya engkau yang paling unggul). Gadis alumni SMA N 1 SINGKOHOR ini Mahasiswi Jurusan Komunikasi Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.