Takengon
bagaimana
merenyahkan rindu-cinta
di hati sementara desir angin
terbelah dalam ayun raga. Menunggu
cahaya bulan-kabut malam itu
ah!
bagaimana
melupakan gigil bersemanyam
di tubuh. Bunuh aroma bunga kopi
melekat dalam pikir
ah!
-Takengon, 2012-
Gigil Kopi
Subuh
sunyi berkabut. Secangkir
kopi antar rindu ke awan
melewati gigil
ah!
-Padangpanjang, 2012-
Ingat
entah
seberapa pekat kopi mengeram
di jiwa. Menanam masa kanak tak bisa
lenyap dari ingat.
: mengapa kau asah rindu itu
Ah!
-Padangpanjang, 2012-
Belajar
aku
sedang belajar pada secangkir
kopi. Meresapi getir-ngilu dan gigau
di jiwa. Kebaikan hanya setipis kabut
mampir di pucuk rambut.
aku
sedang belajar pada secangkir
kopi. Membuang jejak lalu pamit pada
hati. Sebab hanya dengan sepi
aku berkawan.
: siapakah yang telah membunuh ingin itu
Ah!
-Padangpanjang, 2012-
Sulaiman Juned. Lahir di Gampong (desa) kecil Usi Dayah Kecamatan Mutiara Kab Pidie, Nangroe Aceh Darussalam, 12 Mei 1965. Kini memiliki istri dan seorang putra laki-laki. Menetap di Padangpanjang, menekuni pekerjaan sebagai seniman dan dosen diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Karya puisi, cerpen, esai, drama, reportase budaya, artikel, kolom di muat di berbagai media. Antologi puisi tunggal berjudul ‘Riwayat’ mendapat Juara III dalam Lomba Penulisan buku pengayaan sastra tingkat nasional pada Pusat Perbukuan Dinas Pendidikan Nasional (2007). Puisi-puisinya juga terkumpul dalam 30-an antologi bersama. Aktif dalam dunia teater dan telah memainkan 250 naskah selain juga sebagai aktor.
Karya puisi Sulaiman Juned di atas dinyatakan lulus seleksi tahap pertama dari sejumlah karya yang dikirim, dan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.