“Catatan Seorang Muallaf” Diluncurkan

Bukittinggi | Lintas Gayo – Buku Catatan Seorang Muallaf “Masihkah Ada Harapan untukku Ya Rabb…” yang ditulis Ahmad Fauzi, mahasiswa semester akhir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Syech M. Djamil Djambek Bukittinggi secara resemi diluncurkan Rabu (29/5/2013) di Kampus I STAIN Bukittinggi. Buku itu diluncurkan Ketua STAIN Bukittinggi diwakili Wakil Ketua III Dra. Nuraisyah, M.Ag., didampingi Ketua Prodi Iswantir M, M.Ag di hadapan 150an peserta.

Bedah buku Catatan Seorang Muallaf.(Lintas Gayo | Ist)
Bedah buku Catatan Seorang Muallaf.(Lintas Gayo | Ist)

“Sepanjang sejarah saya mengajar di STAIN Bukittinggi, ini pertama kali seorang mahasiswa menerbitkan buku dan berani meluncurkan sekaligus membedahnya di hadapan mahasiswa dan dosen,” ujar Dra. Nuraisyah, M.Ag., Wakil Ketua III STAIN Bukittinggi.

Dikatakannya di dunia kampus mahasiswa diharapkan tidak hanya berkutat dengan perkuliahan tetapi juga harus kreatif menulis. Lewat menulis apalagi menerbitkan buku buah pikirnya akan dapat dinikmati lebih luas oleh banyak orang.

“Kita harapkan, dari kampus ini, satu tahun minimal terbit satu buku, baik dari mahasiswa maupun dosen,” ujar Nuraisyah.

Buku Catatan Seorang Muallaf “Masihkah Ada Harapan untukku Ya Rabb…” dibahas oleh dua narasumber, yaitu DR. Silfia Hanani Syafei (Penulis dan Dosen STAIN Syech M. Djamil Bukittinggi) dan Muhammad Subhan (Penulis dan Ketum Forum Aktif Menulis Indonesia).

Dalam pembahasannya, Silfia Hanani Syafei mengulas sisi perjuangan seorang mahasiswa bernama Ahmad Fauzi melahirkan karya tulisnya lalu menerbitkannya menjadi buku. Dia menyebut, ketika draf buku itu diperlihatkan kepadanya, ia tergerak untuk mendorong Ahmad Fauzi segera menerbitkan bukunya itu.

“Terlepas dari soal berkualitas atau tidaknya buku ini, saya memberikan apresiasi kepada penulisnya, karena telah mampu menulis berlembar-lembar, terstruktur, sehingga layak diterbitkan menjadi buku,” kata Silfia.

Sementar Muhammad Subhan menyebutkan, pertama kali menerima buku Ahmad Fauzi itu dan memintanya menjadi salah seorang pembedah, ia mengira buku tersebut adalah semacam buku biografi si penulis yang seorang muallaf. Namun setelah dibaca hingga tamat, buku tersebut fokus mengulas tentang kepedulian penulis terhadap kaum muslimah.

“Buku ini membahas tentang perilaku kaum perempuan dalam berbusana. Setelah memeluk Islam, penulis melihat realita banyak kaum perempuan yang tidak mengindahkan aturan-aturan Islami, sehingga ada yang membuka aurat atau berpakaian ketat dan tidak berjilbab,” ujarnya.

Menurutnya, buku tersebut semacam kritik sosial Ahmad Fauzi sebagai bentuk kepeduliannya terhadap agama yang dianutnya. Ahmad Fauzi yang juga seorang muballig muda, lewat bukunya itu, mengajak kaum perempuan untuk mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) dan tidak setengah-setengah.

“Walau buku ini memfokuskan bahasannya pada kaum muslimah, tetapi pola penulisan buku ini tidak menyudutkan kaum perempuan, melainkan memberikan solusi-solusi yang bijaksana untuk mengembalikan posisi perempuan sebagai kaum yang paling dimuliakan,” urai Muhammad Subhan.

Ahmad Fauzi lahir di Desa Hiliamaeta Niha Kabupaten Nias, Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1988 dari keluarga yang memeluk salah satu agama di luar Islam. Hidayah mempertemukannya pada keyakinan Islam atas kesadarannya sendiri setelah ia ikut berpuasa di bulan Ramadhan walau ketika itu ia masih berstatus nonmuslim. Di saat berpuasa itulah ia menemukan kedamaian jiwa.

Ahmad Fauzi merantau dari Nias ke Kota Bukittinggi pada tahun 2002. Ia menamatkan MTs Hidayatunnas Tarok Agam, lalu melanjutkan ke MAN Batu Mandi Tilatang Kamang. Setamat dari MAN ia memutuskan kuliah di STAIN Syech M. Djamil Djambek Bukittinggi dengan mengambil Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agam Islam (PAI).(SP/red.04)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.