Takengon | Lintas gayo-Meski terkendala cuaca, Syuting “Perempuan Kopi”Selesai Lebih Awal
Proses syuting “Perempuan Kopi” mengalami kendala cuaca buruk yang melanda kota dingin ini sejak seminggu terakhir. Meski demikian sutradara film dokumenter peserta Aceh Documentary Competition (ADC 2013) ini Iwan Bahagia SP didampingi Edi Santosa mengakui, pengambilan gambar selesai pada Kamis (14/6).
Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, cuaca buruk juga menggangu proses syuting yang sedang dilakukan oleh rekan-rekannya yang juga finalis ADC disejumlah Kabupaten. “Cuaca buruk diantaranya mendung dan gerimis sempat mengganggu proses syuting, hanya saja berkat kegigihan dan kerja keras bersama kameramen, Alhamdulillah selesai kamis kemarin”, kata Iwan.
Ditambahkannya, pengalaman perdana keduanya menjadi sutradara film dokumenter ternyata penuh tantangan, terutama menyesuaikan diri dengan kehidupan narasumber yang sudah diriset sebelumnya.
Bukan hanya itu, kedua sutradara ini kadang harus menyesuaikan diri dengan kameramen yang sudah terbilang profesional. “Kami bersyukur kameramen dapat bekerjasama dengan baik, apalagi kameramen sudah profesional”, tambah iwan.
Materi yang didapatkan saat In House Training sebelumnya selama tujuh hari di Banda Aceh sambung Iwan, sangat membantu bekerja dilapangan, terutama dalam penyutradaraan, baik dalam cara mengambil gambar dan juga bagaimana memudahkan sutradara dalam proses syuting. Dilanjutkan Iwan lagi, proses syuting yang dilakukan di Takengon terhitung lebih cepat dari yang dijadwalkan. “jadwal syuting seharusnya tujuh hari, tetapi kita bersyukur bisa selesai lebih cepat”, tuturnya.
Dirinya juga meminta masyarakat Aceh umumnya serta masyarakat didaerah penghasil kopi khususnya untuk mendukung film mereka ini, karena setelah proses editing yang akan dilakukan akhir bulan ini, akan ada polling sms untuk mendapatkan ADC Awards pada Agustus mendatang. “mari dukung film “Perempuan Kopi” kami ini agar mendapat tempat dihati masyarakat”, harapnya.
Pengakuan kedua sutradara ini, proses syuting dilakukan tidak hanya dilakukan di seputaran kota Takengon, tetapi mencapai sejumlah objek diantaranya Pantan Terong, sekitar Danau Laut Tawar, Umah Pitu Ruang dan sejumlah lahan kopi diberbagai lokasi. “Syuting perdana bahkan kami menginap dipuncak pantan terong untuk menanti sunrise dari lut tawar, tetapi karena perubahan cuaca, hasilnya ternyata tidak seperti yang dibayangkan”, tutupnya. (ISP).