Padang| Lintas Gayo- Bier langit mugegur, bumi mugunte, ko tanoh Gayo, tetap morep wan jantung rasa. Falsapah ini diamalkan urang Gayo yang berada di Sumatra Barat. Mereka mengamalkan manat leluhur, dan tetap menunjukan identias Gayo.
Urang Gayo yang berada di Padang, Sumbar, selain merekatkan hati sesama urang Gayo, tidak lupa membudayakan kesenian Gayo, berupa didong. Seni tradisionil ini mulai dikembangkan di Padang dengan melakukan latihan rutin. Menurut ketua pemuda Gayo di Padang, Fauzi Fitra, Minggu (13/10/2013) siang telah dilaksanakan latihan didong. Latihan itu berlangsung di Desa Maransi Kecamatan Padang Utara, Kota Padang Sumatera Barat.
Bukan hanya tepok runcang di atas kanvas, bertingkah tangan yang riuh ramai. Namun saat latihan itu, urang Gayo mendendangkan syair didong, melepaskan suara mengobati kerinduan untuk kampung halaman. IwanRantow, salah seorang Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI), Padang Panjang, sekaligus koordinator klub Didong di Padang, berharap kepada seluruh bebujang Gayo yang berdomisili di Sumbar khususnya agar selalu menjujung tinggi kesenian Gayo berupa didong. Tanpa latihan dan kebersamaan, kesenian yang unik dan indah ini, sulit ditunjukkan kepada masyarakat lainnya, bahwa didong itu mengandung seni.
Keseragaman tepok, tingkah, likak dan alunan guk dan jangin, sulit dipadukan. Latihan akan membuat tampilan didong itu indah. Menurut seorang Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) IrvanKinara, semangat kegayoanya semakin mengental dengan adanya didong dan latihan serius. (Iwan_Rantow).