Di Indonesia selama 32 tahun (1966-1998), perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya adalah Tahun Baru Imlek.
Kemudian , barulah di tahun 2000. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional. Mulai tahun 2003, Tahun Baru Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.
Sejatinya berpuluh tahun sudah kita hidup selaras dan berdampingan dengan orang-orang Tionghoa, atau sering kita sebut urang cine. Hal yang paling signifikan yang dapat kita lihat dari orang Tionghoa adalah matanya yang sipit dan kulitnya yang hampir 99% berwarna putih. Namun ada satu hal yang ingin saya kaji dari orang-orang Tionghoa di tanah air umunya dan Aceh Tengah khususnya, yaitu rahasia kesuksesan mereka dalam hal berdagang.
Di Indonesia, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa orang Cina handal dalam hal berbisnis atau berdagang. Berdagang bagi orang Cina adalah hal yang tak terpisahkan dengan diri mereka sendiri. Menurut Ann Wan Seng, penulis buku Rahasia Bisnis Orang Cina (Hikmah:2007), Ada beberapa prinsip dasar berbisnis yang dijalankan oleh orang Cina Diantaranya:
1 . Kerja Keras
Kerja keras dalam semua aspek kehidupan termasuk perdagangan adalah hal yang mutlak. Tidak ada satu kerja pun akan berhasil secara maksimal jika tidak dibarengi dengan kerja keras. Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, tidak ada pilihan lain, selain bekerja dengan lebih keras dan rajin. Orang cina berprinsip “Jika dahulu bapaknya berjualan air di pinggir jalan, maka anaknya akan membuka restoran dan cucunya akan mendirikan pabrik.”
2. Berhemat
Bagi orang tua Cina, hidup sederhana dan hemat harus tetap dijalankan oleh anak-anak mereka. Agar mereka mengerti bahwa kesuksesan harus dicapai dengan usaha dan kerja keras. Karena itu mempertanggungjawabkan pengeluaran secara rasional sudah diajarkan sejak dini.
3. Hidup Mandiri
Kemandirian telah ditekankah orang tua Cina pada anak mereka, tidak segan mereka mengajak anaknya untuk bekerja membantu usaha keluarga lalu menggajinya agar anaknya tersebut bisa belajar hidup mandi
4. Meningkatkan investasi
Orang Cina selalu berusaha meningkatkan investasi. Keuntungan yang diperoleh dibelanjakan untuk menambah modal kerja dan melakukan investasi.Uang digunakan untuk menghasilkan uang. Dengan meningkatkan investasi ini, maka bisnisnya akan selalu berkembang.
5. Memiliki prinsip yang kokoh dalam menjalankan bisnis
Bagi orang Cina, kegagalan pertama tidak dapat melunturkan semangatnya, sebaliknya justru akan membuatnya lebih gigih. Kegagalan yang kedua dijadikannya sebagai pelajaran. Kegagalan yang ketiga menjadikannya lebih bijak. Kegagalan yang seterusnya akan menguji kesabaran dan ketabahannya. Gagal beberapa kali bagi orang Cina tidak berarti akan gagal untuk seterusnya. Ann Wan Seng mengatakan, “Orang Cina percaya dan yakin mereka pasti akan berhasil suatu hari nanti.”
6. Menghargai waktu, baik hari maupun jam
Orang Cina biasa bangun dan mulai bekerja sepagi mungkin dan tidur menjelang tengah malam. Jumlah jam kerja mereka melebihi jumlah jam kerja orang lain. Jika pekerja biasa bekerja 8 hingga 10 jam sehari, mereka bekerja antara 16 sampai 18 jam sehari. Mereka bukannya gila kerja, melainkan pekerja keras. Sinonim dari kerja keras adalah tekun. Ketekunan merupakan salah satu faktor keberhasilan orang Cina dalam kegiatan berdagang.
7.Bersaing secara positif
Bagi masyarakat Cina, pedagang dilarang mengganggu dan menjelek-jelekkan kegiatan perdagangan orang lain. Persaingan dibenarkan menurut nilai moral dan pertimbangan kemanusiaan. Pedagang yang tidak mematuhi etika ini akan terkena sangsi. Perbuatan menjatuhkan perdagangan orang lain dianggap sebagai tindakan yang menyalahi aturan. Sekali namanya sudah rusak, selamanya orang tidak akan mempercayainya lagi.
8. Berani Mengambil Resiko
Pedagang Cina tidak boleh mengharapkan keuntungan pada saat baru memulai perdagangannya. Mereka harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan, seperti kerugian dan kegagalan pada tahap awal. Untuk itu, mereka harus mempunyai modal yang kuat dan sumber keuangan yang dapat digunakan selama masa kritis itu.
9. Tidak Mau Menjadi Pegawai/PNS
Menurut Orang Cina, orang yang bekerja dan mendapat gaji dianggap belum dewasa. Orang Cina dianjurkan berdagang meskipun hanya kecil-kecilan. Pendapatannya mungkin lebih kecil dibandingkan mereka yang mendapat gaji, tetapi akan dianggap lebih baik dibandingkan bekerja pada orang lain. Berdagang sendiri berarti seseorang dapat menjadi bos dan tuan. Bekerja dengan orang, sampai kapan pun akan dianggap sebagai kuli.
9. Sabar
Orang Cina juga dikenal dengan kesabarannya. Kesabaran itu memang pahit, tapi buahnya sangat manis. Jika ketekunan digabungkan dengan tekad yang kuat dan diperkuat dengan kesebaran niscaya akan menjadi aset yang cukup berharga bagi siapa saja yang ingin melibatkan dirinya dalam perdagangan.
Itulah beberapa kiat sukses berdagang ala Cina yang saya sarikan dari penulis Ann Wan Seng. Dan, dapat disimpulkan bahwa rahasia sukses itu sebenarnya hampir sama saja. Hanya saja semuanya berpulang pada diri kita sendiri. Apakah mau memulainya atau tidak?
Biodata Penulis:
Nama : Vera Hastuti, M. Pd
Pekerjaan : Guru SMAN 1 Takengon.
Alamat: Sengeda, Takengon.