Belajarlah Dari PORA Aceh Timur! (I)

Amir Hamzah, ketika meninjau atlet silat Aceh Tengah
Amir Hamzah, ketika meninjau atlet silat Aceh Tengah

PORA Aceh Timur baru saja usai. Banyak catatan sejarah yang harus dipelajari Aceh Tengah dari pagelaran 5 tahunan ini. Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, atlet masing-masing daerah harus menunjukkan jati diri sebagai duta daerahnya.
Pengakuan atlet dan official, PORA ke XII di Aceh Timur adalah pekan olahraga terindah. Atlet dan official tidak disibukkan dengan persoalan dana, mereka pokus pada pertandingan. Semuanya transparan.
Kontingen yang memandu kegiatan atlet kompak dan cepat tanggap bila ada persoalan di lapangan. Rasa persaudaraan terbangun, kekompakan antar atlet dan kontingen terbina dengan baik.
Mengapa ini bisa terjadi? Padahal sebelumnya atlet dan official dibuat gelisah, antara berangkat dengan tidak. Bahkan sempat melakukan aksi meminta-minta di jalan demi keberangkatan ke PORA Aceh Timur?
Menjelang keberangkatan, atlet dan official bersyukur, karena persoalan PORA akhirnya diambil alih dan dipercayakan kepada Amir Hamzah yang sebelumnya menjabat ketua KONI Aceh Tengah. Sebelumnya semuanya serba tidak jelas, seperti lepas tanggungjawab. Akhirnya atlet turun ke jalan jadi “pengemis”.
Kedekatan Amir Hamzah dengan atlet dan bisa merasakan kebutuhan atlet, membuat atlet ketika mendengar staf ahli ini “terjun” dan dipercayakan mengurus PORA, para atlet bersyukur. Rasa kebersamaan itu makin terpupuk ketika mendengar Amir Hamzah dilantik menjadi Kadis Pora, satu hari menjelang keberangkatan kontingen.
“Ini PORA paling istimewa. Nome temas ber ac, motor beres, atlet diperhaten, gere recok, walau sebelemme gere jelas. (Ini PORA paling istimewa. Tidur nyaman, ber ac, kenderaan beres, atlet diperhatikan, tidak cekcok, walau sebelumnya tidak jelas,” sebut Jailani, pelatih Volly Pasir.
“Pelatih dan atlet tidak ada beban. Mereka tidak memikikirkan persoalan lainnya. Tetapi PORA kali ini atlet dan pelatih pokus, semua nyaman. Pengcab bertugas mengelola dana dan belajar mandiri, atlet lebih pokus ke pertandingan,” sebut Andi, pelatih Kempo Aceh Tengah.
“Ini PORA paling gure. Kompak dan bersatu, serta transparan,” sebut Samsul Bahri pelatih silat.
Hasil rangkuman tim jurnalis PORA yang berangkat dari Aceh Tengah, berbagai persoalan yang muncul di lapangan cepat diantisifasi. Tidak berlebihan bila disebutkan Amir Hamzah yang memandu atlet, sigap dan tanggungjawab.

Amir Hamzah, paska insiden kecelakaan truk tangki dengan sepeda motor warga Aceh Timur, memberikan pengertian agar diselesaikan secara kekeluargaan.
Amir Hamzah, paska insiden kecelakaan truk tangki dengan sepeda motor warga Aceh Timur, memberikan pengertian agar diselesaikan secara kekeluargaan.

Buktinya, ketika tuan rumah tidak mampu menyediakan air untuk kontingen, Amir Hamzah mendatangkan truk tangki dari Takengen, plus petugas dari PDAM Tirta Tawar, stand by di Darul Aman Aceh Timur. Kebutuhan air atlet terpenuhi, walau air diambil jarak dari lokasi penginapan dan harus antri.
Amir tidak menunjukan sikapnya sebagai pejabat. Justru membaur dengan siapa saja. Duduk bersama dengan atlet, ikut dalam sengatan matahari, merasakan kepulan debu, serta senantiasa memantau perkembangan. Sikap ini yang membuat tidak ada jarak dan atlet semangat dalam bertanding.

Amir Hamzah bersama Ansori Siregar, bendahara KONI menjenguk korban kecelakaan saat PORA Atim
Amir Hamzah bersama Ansori Siregar, bendahara KONI menjenguk korban kecelakaan saat PORA Atim

Saat terjadi kecelakaan, Amir cepat mengambil alih persoalan. Sepeda motor dan orang yang menabrak mobil tangki air dijadikannya bagian dari saudara, segala keperluannya, sampai untuk operasi diurus, sehingga menaruh simpati keluarga korban yang merupakan penduduk setempat.

Rasa simpati atlet dan official dan pengurus cabang sudah ditunjukkan, ketika Amir melakukan transper langsung kebutuhan atlet ke rekening masing-masing cabang olah raga. Tidak lagi para pengurus cabang harus berurusan dengan seseorang, tetapi mereka dengan atletnya yang mengurus uang masuk ke rekening.
Ketika kepercayaan itu muncul para atlet dan official, memiliki semangat bertanding. Mereka tidak lagi memikirkan beban, tetapi mereka sudah pokus ke pertandingan. Walau kontingen yang dipimpin Sekda Aceh Tengah, namun tidak pernah hadir ke lapangan. Demikian dengan bupati juga tidak nampak batang hidungnya. Berbeda dengan kabupaten lain yang pemimpinnya turun langsung (Tim Kontingen PORA). (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627

News