Pulo Tige | Lintas Gayo : Di era teknologi transportasi dan telekomunikasi saat ini ternyata masih ada pernyataan belum merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang dari mulut warga negara besar ini, malah dari salah satu Provinsi yang pernah berprediket daerah modal bagi Indonesia.
Masyarakat dusun Pulo Tige Kampung Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang yang beretnis heterogen antara Tamiang, Gayo dan Jawa, Kamis (5/5) mengaku belum merasa menikmati kemerdekaan akibat jalan inti kedaerah mereka yang melewati empat kecamatan (Tamiang Hulu,Bandar Pusaka,Tenggulun dan Kejuruan Muda) belum pernah diaspal samasekali.
Sutarno seorang buruh tani yang bekerja di salah satu kebun sawit milik PTP Nusantara I misalnya, menyatakan keprihatinannya dikarenakan sampai tahun 2011, akses jalan utama kedaerah mereka belum pernah tercium aspal sama sekali. Padahal jaraknya hanya terpaut sekitar 30 kilometer dari kota Kuala Simpang, ibukota Aceh Tamiang.
“Kami disini masih hidup di masa penjajahan Belanda. kami belum layak dikatakan merdeka,” kata Sutarno diamini oleh sejumlah rekannya saat diwawancarai Lintas Gayo.
Selain jalan, Sutarno mengungkap banyaknya jembatan yang rusak parah serta rawan kecelakaan. Mereka sangat berharap agar pemerintah memperhatikan nasib mereka yang punya hak sama mendapat pelayanan sarana jalan dari negara.
“Kabupaten Aceh Taming sudah mekar sejak tahun 2002 lalu, namun sampai hari ini infrastruktur khususnya jalan tak kunjung diaspal. Padahal 4 kecamatan ini termasuk Kecamatan yang pendapatan aslinya cukup besar terutama dari sawit, karet, galian C dan hasil bumi lainya,” pungkas Sutarno.(Udin V)