Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Malam itu ketika habis memberikan ceramah Ramadhan di kampung Bandar Lampahan, ketika pulang kerumah maka nenekku memberitahukan (wasiet) dari kakek. “Ada lima (wasiet) dari kakekmu untuk orang Gayo, yang mana suatu saat nanti akan terjadi kepada orang Gayo yang lima ini”) itulah yang dibilang nenek. Adapun (wasiet) yang lima itu ialah:
1. Ulama meh I pengat ( Ulama tidak lagi mendapat peran dalam kehidupan bermasyarakat serta ulama berat tantangannya dalam menyiarkan syiar Islam)
2. Buet ni simemedu meh rusak ( Generasi muda meninggalkan agama sebagai pedoman hidup dan lebih memilih berbuat kejahatan yang keluar dari syari’at Islam)
3. Jema kaya jengkat ( Orang kaya sudah mulai sombong dan angkuh)
4. Pemimpin perasat ( Pemimpin tidak lagi amanah dan jauh dari keadilan, sebagai pemimpin susah mendapat kepercayaan dari masyarakatnya karena pemimpinnya hanya memikirkan uang, jabatan dan keluarganya).
5. Beru bebujang gere ne mengen manat ( Pemuda-pemudi tidak lagi mendengar nasihat-nasihat dari orang tua)
Perjalanan kisah beliau (kakek) penulis baca melalui buku-buku sejarah yang susah untuk ditemukan bahkan katanya tak bisa untuk dipublikasi, namun mendengar sejarah kehidupan beliau dari mamakku ada rasa gemetar dari badan dan terharu, ingin rasanya untuk bertemu secara langsung dengan beliau namun beliau telah dipanggil oleh Allah swt.
Mengobati rasa rindu itu dengan merenungkan makna dari lima (wasiet) beliau itu, untuk tidak menyalahi (wasiet) beliau serta melanjutkan misi dakwah beliau baik itu melalui dari orasi dakwah dengan kata-kata secara langung maupun dengan tulisan.
Bagi generasi muda dataran tanah tinggi Gayo siapa yang tidak hafal dengan judul lagu “Beberu Jemen” yang dipopulerkan oleh bang Kandar. Dari lagu itu bisa kita pahami bahwa pemuda-pemudi gayo masa dulu dengan masa sekarang telah jauh berubah.
Penulis masih ingat ketika masa-masa kecil dulu apa yang dikatakan oleh saudara penulis bahwa tingkah laku pemuda-pemudi Gayo begitu sopan dan penuh dengan etika namun keadaan pemuda-pemudi dan remaja Gayo saat sekarang ini hanya para pembaca yang bisa menilainya sendiri dari apa yang pembaca lihat dan perkembangan fenomena muda-mudi Gayo.
Salah satu (wasiet) yang membuat penulis tercengang dan penuh tantangan buat penulis sebagai pemuda yang mudah goyah dalam iman ialah (“Buet ni simemude meh rusak”).
Bagi pemuda dan pemudi Gayo Salah satu tembok agar kita tidak terjatuhh dalam pergaulan bebas ialah hidup dalam keadaan Iman dan menghidupkan suasana Islam dalam kehidupan sehingga bisa menjaga kehidupan dari pergaulan bebas dan sebagainya.
Catatan singkat ini semoga bermanfaat bagi generasi muda gayo dan khususnya bagi penulis sendiri.
*Penulis: Mahasiswa Fak. Tarbiyah Prodi Bahasa Arab, Mahasiswa Fak. Ushuluddin dan Filsafat Prodi Ilmu Aqidah, Kolumnis LintasGayo.com, Kompasianer dan Khadam (Remaja Masjid).