Otobiografi Mohammad Daud Gayo Diluncurkan di Jakarta

Jakarta | Lintas Gayo : Dalam sejarah keikutseraakan masyarakat Gayo dalam dunia politik, birokrat, akademisi, ekonomi, dan lain-lain jarang sekali yang terdokumentasi. Pada akhirnya, peran dan sumbangsih orang Gayo baik di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional turut hilang seiring dengan kepergian pelakunya.

Dari sekian banyak tokoh Gayo, baru Mohammad Daud Gayo yang menuliskan otobiografinya. Otobiografi tersebut akan diluncurkan besok, Minggu (8/5/2011) di Gedung Pemuda, Jakarta Pusat. Acara launching tersebut akan dihadiri alumni Indonesia yang kuliah di Uni Soviet-Eropa, pelbagai tokoh nasional, termasuk perwakilan dari Aceh dan tanoh Gayo.

Mohammad Daud Gayo lahir di Takengon, 3 November 1938 dari pasangan H. Tengku Wekep dan Jilah. Daud sendiri merupakan anak ke-4 dan anak laki-laki pertama dari 7 bersaudara. Salah satu kakaknya, Halimah (yang sulung) menikah dengan Abd Latief Rousdiy, salah satu tokoh masyarakat Gayo dimasanya yang sempat menjabat Wakil Ketua DPD Provinsi Aceh. Tahun 1950, Daud menyelesaikan Sekolah Rakyat 6 tahun di Kebayakan. Kemudian, menamatkan SMP Negeri Takengon dan Jakarta, tahun 1955; SMA IV/C Negeri Jakarta, 1958 dengan nilai terbaik. Selesai SMA, Daud meneruskan studinya di Universitas Negeri Moskow, Uni Soviet, 1960-1966 dan menyelesaikan kuliahnya di Universitas Beograd, Yoguslavia 1969-1973.

Namun, sebelum itu, Daud pernah tes Perguruan Tinggi (PT) dan lulus di Universitas Padjadjaran (Bandung) dan Universitas Indonesia (UI). Daud kemudian memutuskan masuk Fakultas Ekonomi UI, 1958. Tahun 1959, Daud harus keluar UI karena terputusnya bantuan dana dari P dan K. Saat yang sama, harus kerja sambil kuliah untuk menutupi biaya hidup dan kuliah. Pada akhirnya, Daud kerja di Badan Industri Negara (BIN) dan memutuskan keluar lagi karena keinginannya yang kuat untuk kuliah dan mendapat beasiswa ke luar negeri.

Saat kuliah di luar negeri, Daud sempat aktif sebagai pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PII) Uni Sovyet, 1960-1966 dan menjadi Ketua Badan Pekerja BK PPI se-Eropa, 1963-1965. Lebih dari itu, Daud merupakan saltu satu aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa di Uni Soviet (KAMUS), di Moskow, 1966. Pada saat itulah, Daud menghadiri pelbagai kegiatan PPI di Eropa. Daud juga sempat latihan kerja di Beogradska Baka, Beograd, 1973; Bremer Landes Bank, Bremen; dan Export Promotion for Developing Countries, 1974.

Disamping itu, Karyawan BIN Jakarta, 1958-1959, Pegawai Departemen P&K, Anggota Tim Khusus Penertiban Personil Ditjen, Perguruan Tinggi&DEPARLU, 1966-1968, serta Staf Pribadi Menutama Politik/Menlu RI, 1966-1968. Selanjutnya, karyawan PT. Krakatu Steel 1976-1994 dan pelbagai pekerjaan lainnya.

Dari pernikahannya dengan Naimah Daud (yang sempat kuliah di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Indonesia), Daud dianugerahi dua orang anak, yaitu Siti Zubaidah dan Mahdi. Setelah pensiun, Daud membina Yayasan Al Muhajirin Barata (2006-sekarang), Anggota Pembina Yayasan Laut Tawar (2005-sekarang), dan Penasehat Pengurus Taman Iskandar Muda (TIM) Cabang Ciledug (2005-sekarang) serta aktif dalam pelbagai aktivitas pendidikan, sosial, dan keagamaan lainnya (Win Kin Tawar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.